Terdampak Corona, Peternak Bebek Pedaging di Purwakarta Terancam Gulung Tikar
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Para peternak bebek pedaging di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Jabar), mulai terkena dampak pandemik Corona (COVID-19). Peternak bebek pedaging terancam gulung tikar. Aktivitas peternakan lebih sebulan harus terhenti, lantaran kesulitan pemasaran. Sehingga unggas yang sudah siap panen terpaksa tertahan di kandang.
Salah satu kelompok peternak bebek pedaging yang merugi di Purwakarta adalah di Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur. Di lokasi ini, terdapat enam peternak dengan jumlah bebek yang dipelihara mencapai 4.500 ekor untuk sekali pembibitan. Adapun dalam sebulan bisa sampai dua kali pembibitan.
Salah seorang peternak, Toyib (50) mengaku, di kandang saat ini terdapat 4.500 ekor bebek yang tertahan. Unggas itu tidak bisa kami pasarkan karena bandarnya sudah lebih dulu menyetop pengambilan. Termasuk juga suplai DOD (day old duck) yang sudah lebih dulu terhenti sejak beberapa waktu lalu.
“Bebek yang tertahan itu tentu saja menambah beban biaya. Karena kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan. Sementara harga pakan saat ini mengalami kenakan dari Rp6.500 menjadi Rp7.000 per kilogram. Jadinya bebek tidak bisa terjual secara massal, namun kami harus tetap mengeluarkan cost. Kerugian kami hingga saat ini sudah mencapai Rp15 juta,”ungkap Toyib kepada SINDOnews, Minggu (26/4/2020).
Solusi untuk meminimalisasi kerugian, terang dia, bebek pedagang yang tertahan di kandang it akhirnya dijual dengan cara eceran. Tingat laku dengan cara seperti ini tentu saja sangat rendah. Dalam sehari paling banter hanya laku sekitar 10 ekor.
Pihaknya berharap, situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan ini bisa secepatnya berakhir. Meskipun jika pandemi COVID -19 selesai, kehidupan ekonomi tidak akan mungkin bisa pulih dengan cepat, termasuk pemulihan di kalangan peternak.
Salah satu kelompok peternak bebek pedaging yang merugi di Purwakarta adalah di Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur. Di lokasi ini, terdapat enam peternak dengan jumlah bebek yang dipelihara mencapai 4.500 ekor untuk sekali pembibitan. Adapun dalam sebulan bisa sampai dua kali pembibitan.
Salah seorang peternak, Toyib (50) mengaku, di kandang saat ini terdapat 4.500 ekor bebek yang tertahan. Unggas itu tidak bisa kami pasarkan karena bandarnya sudah lebih dulu menyetop pengambilan. Termasuk juga suplai DOD (day old duck) yang sudah lebih dulu terhenti sejak beberapa waktu lalu.
“Bebek yang tertahan itu tentu saja menambah beban biaya. Karena kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan. Sementara harga pakan saat ini mengalami kenakan dari Rp6.500 menjadi Rp7.000 per kilogram. Jadinya bebek tidak bisa terjual secara massal, namun kami harus tetap mengeluarkan cost. Kerugian kami hingga saat ini sudah mencapai Rp15 juta,”ungkap Toyib kepada SINDOnews, Minggu (26/4/2020).
Solusi untuk meminimalisasi kerugian, terang dia, bebek pedagang yang tertahan di kandang it akhirnya dijual dengan cara eceran. Tingat laku dengan cara seperti ini tentu saja sangat rendah. Dalam sehari paling banter hanya laku sekitar 10 ekor.
Pihaknya berharap, situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan ini bisa secepatnya berakhir. Meskipun jika pandemi COVID -19 selesai, kehidupan ekonomi tidak akan mungkin bisa pulih dengan cepat, termasuk pemulihan di kalangan peternak.
(zil)