8 Strategi Perang Kerajaan Majapahit, Nomor 3 Seperti Amukan Gajah yang Secara Cepat Hancurkan Musuh
loading...
A
A
A
Serangan Garuda Ngalayang menjadi serangan andalan keduanya. Pasukan ini mengandalkan kekuatan pasukan yang besar dan meniru gerakan terbang burung garuda. Di mana panglima dan pemimpin pasukan yang berada di paruh, kepala, sayap, dan ekor memberikan perintah kepada anak buahnya dengan bertingkah seperti burung garuda, menyambar, mematuk, dan sebagainya. Inilah kenapa dinamakan serangan Garuda Nglayang.
Serangan ini mengandalkan seorang senapati utama pada posisi paruh, kemudian sayap kiri kanan bergerak bebas dengan posisi sebagai pengatur yang sedikit heroik. Karena perlindungan posisi cakar kaki, kemudian pemimpin utama berada di ekor sebagai posisi penyapu terakhir.
3. Dirada Meta
Dirada Meta, menjadi strategi perang Majapahit berikutnya. Dirada Meta menerapkan strategi seperti gajah yang mengamuk. Karenanya pasukan akan seperti seekor gajah bertenaga luar biasa besarnya sedang marah, memainkan belalainya, dan mengerahkan kekuatan gadingnya yang keras dan tajam. Gajah terus bergerak maju tanpa kenal rasa takut dan sakit.
Siasat perang Dirada Meta dilakukan dengan mengerahkan seluruh kekuatan pasukan. Pasukan induk dan pasukan pendamping akan bergerak bersama-sama, bergerak maju dengan target menghancurkan lawan. Strategi ini menginginkan pertempuran yang singkat dan habis-habisan.
Sedapat mungkin strategi ini dapat menghancurkan sebanyak-banyaknya pauskan musuh, karena membawa pesan ingin segera mengakhiri pertempuran baik menang ataupun kalah, gelar pasukan ini dapat menggetarkan nyali musuh.
4. Emprit Neba
Emprit Neba, adalah strategi perang dengan membentuk formasi seperti burung gelatik dalam jumlah banyak yang bersama-sama turun dari udara atau datang ke sawah untuk mencari makanan padi. Perang ini biasanya dilakukan oleh Senapati Agung atau sepasukan prajurit yang sudah putus asa karena sudah terjepit namun pantang menyerah.
Serangan ini mengandalkan seorang senapati utama pada posisi paruh, kemudian sayap kiri kanan bergerak bebas dengan posisi sebagai pengatur yang sedikit heroik. Karena perlindungan posisi cakar kaki, kemudian pemimpin utama berada di ekor sebagai posisi penyapu terakhir.
3. Dirada Meta
Dirada Meta, menjadi strategi perang Majapahit berikutnya. Dirada Meta menerapkan strategi seperti gajah yang mengamuk. Karenanya pasukan akan seperti seekor gajah bertenaga luar biasa besarnya sedang marah, memainkan belalainya, dan mengerahkan kekuatan gadingnya yang keras dan tajam. Gajah terus bergerak maju tanpa kenal rasa takut dan sakit.
Siasat perang Dirada Meta dilakukan dengan mengerahkan seluruh kekuatan pasukan. Pasukan induk dan pasukan pendamping akan bergerak bersama-sama, bergerak maju dengan target menghancurkan lawan. Strategi ini menginginkan pertempuran yang singkat dan habis-habisan.
Sedapat mungkin strategi ini dapat menghancurkan sebanyak-banyaknya pauskan musuh, karena membawa pesan ingin segera mengakhiri pertempuran baik menang ataupun kalah, gelar pasukan ini dapat menggetarkan nyali musuh.
4. Emprit Neba
Emprit Neba, adalah strategi perang dengan membentuk formasi seperti burung gelatik dalam jumlah banyak yang bersama-sama turun dari udara atau datang ke sawah untuk mencari makanan padi. Perang ini biasanya dilakukan oleh Senapati Agung atau sepasukan prajurit yang sudah putus asa karena sudah terjepit namun pantang menyerah.