Kisah Prabu Geusan Ulun, Pesonanya Membuat Ratu Harisbaya Rela Mati dan Tinggalkan Takhta
loading...
A
A
A
Setelah peristiwa memalukan itu, Panembahan Ratu kemudian mengumumkan perang terhadap Sumedang. Mendapati tantangan dari Cirebon rupanya Sumedang tak gentar, sebab bagi Geusun Ulun Ratu Harisbaya harus menjadi istrinya.
Seluruh penghuni istana bahkan rakyat Cirebon pun kemudian geger, sebab istri Rajanya dibawa lari Raja dari Kerajaan lain. Selepas dibawa larinya Harisbaya ke Sumedang, kemudian Panembahan Ratu memproklamirkan perang. Jayaperkasa menyambut dengan suka cita pengumuman perang itu, sebab begitulah kehendaknya.
Perang kemudian meletus, Cirebon kemudian mengirimkan tentaranya untuk menggempur Sumedang, dengan semangat berapi-api Patih Jayaperkasa melawan gempuran-gempuran Cirebon. Perang sengit antar dua kerajaan tetangga ini baru Reda setelah Cirebon berhasil menawaskan Patih Jayaperkasa.
Selepas meninggalnya Jayaperkasa rupanya kemudian disepakati kesepakatan damai antara kedua kerajaan, hal tersebut dimungkinkan timbul karena kesadaraan dari pejabat-pejabat tinggi di Kerajaan Sumedang, sebab tidak semuanya para pejabat tinggi Sumedang setuju dengan tindakan Jayaperkasa.
Setelah melakukan beberapa perundingan antar kedua kerajaan Islam Sunda ini, dan Panembahan ratu mengetahui jika Harisbaya lah yang meminta dilarikan. Maka untuk kemudian Panembahan Ratu mencerai kan Harisbaya, akan tetapi imbalan dari talaq yang dijatuhkan panembahan Ratu itu harus ditebus oleh Sumedang dengan menyerahkan wilayah Sindangkasih (Kini Kabupaten Majalengka) kedalam kekuasaan Kerajaan Cirebon, Sumedang kemudian menyanggupi.
Baca Juga: Sumpah Embah Jaya Perkasa dan Pelarangan Memakai Baju Batik
Untuk mengakhiri peperangan dan permusuhan dengan Cirebon, Geusun Ulun kemudian berjanji bahwa anak Panembahan Ratu yang masih dalam kandungan Harisbaya nantinya akan dijadikan Raja Sumedang setelah sepeninggalnya.
Mendapati keputusan perundingan yang menguntungkan Cirebon itu, maka untuk selanjutnya permusuhan antara kedua Kerajaan Sunda ini kemudian resmi berakhir. Sementara itu, untuk menghindari konflik dengan keluarganya, Geusun Ulun kemudian membagi-bagikan waris kepada anak-anak dari istrinya yang lain berupa pembagian wilayah dan jabatan Adipati di seluruh wilayah kerajaan Sumedang Larang.
Semasa hidupnya, Prabu Geusan Ulun juga diketahui memiliki tiga istri. Pertama, Nyi Mas Cukang Gedeng Waru yang dikaruniai 14 anak, kemudian kedua Nyi Mas Harisbaya dikaruniai 4 anak, dan ketiga Nyi Mas Pasarean dikaruniai 1 anak. Bukti-bukti kebesaran Prabu Geusan Ulun ini, sampai sekarang masih tersimpan rapi di Museum Prabu Geusan Ulun, Komplek Keraton Sumedang Larang.
Prabu Geusan Ulun lahir pada tanggal 3 bagian terang bulan Srawana 1480 Saka, atau tanggal 19 Juli 1558 Masehi dan meninggal tahun 1601 Masehi, dia dimakamkan di Desa Dayeuh Luhur Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang di daerah yang cukup tinggi, yakni Gunung Rengganis.
Seluruh penghuni istana bahkan rakyat Cirebon pun kemudian geger, sebab istri Rajanya dibawa lari Raja dari Kerajaan lain. Selepas dibawa larinya Harisbaya ke Sumedang, kemudian Panembahan Ratu memproklamirkan perang. Jayaperkasa menyambut dengan suka cita pengumuman perang itu, sebab begitulah kehendaknya.
Perang kemudian meletus, Cirebon kemudian mengirimkan tentaranya untuk menggempur Sumedang, dengan semangat berapi-api Patih Jayaperkasa melawan gempuran-gempuran Cirebon. Perang sengit antar dua kerajaan tetangga ini baru Reda setelah Cirebon berhasil menawaskan Patih Jayaperkasa.
Selepas meninggalnya Jayaperkasa rupanya kemudian disepakati kesepakatan damai antara kedua kerajaan, hal tersebut dimungkinkan timbul karena kesadaraan dari pejabat-pejabat tinggi di Kerajaan Sumedang, sebab tidak semuanya para pejabat tinggi Sumedang setuju dengan tindakan Jayaperkasa.
Setelah melakukan beberapa perundingan antar kedua kerajaan Islam Sunda ini, dan Panembahan ratu mengetahui jika Harisbaya lah yang meminta dilarikan. Maka untuk kemudian Panembahan Ratu mencerai kan Harisbaya, akan tetapi imbalan dari talaq yang dijatuhkan panembahan Ratu itu harus ditebus oleh Sumedang dengan menyerahkan wilayah Sindangkasih (Kini Kabupaten Majalengka) kedalam kekuasaan Kerajaan Cirebon, Sumedang kemudian menyanggupi.
Baca Juga: Sumpah Embah Jaya Perkasa dan Pelarangan Memakai Baju Batik
Untuk mengakhiri peperangan dan permusuhan dengan Cirebon, Geusun Ulun kemudian berjanji bahwa anak Panembahan Ratu yang masih dalam kandungan Harisbaya nantinya akan dijadikan Raja Sumedang setelah sepeninggalnya.
Mendapati keputusan perundingan yang menguntungkan Cirebon itu, maka untuk selanjutnya permusuhan antara kedua Kerajaan Sunda ini kemudian resmi berakhir. Sementara itu, untuk menghindari konflik dengan keluarganya, Geusun Ulun kemudian membagi-bagikan waris kepada anak-anak dari istrinya yang lain berupa pembagian wilayah dan jabatan Adipati di seluruh wilayah kerajaan Sumedang Larang.
Semasa hidupnya, Prabu Geusan Ulun juga diketahui memiliki tiga istri. Pertama, Nyi Mas Cukang Gedeng Waru yang dikaruniai 14 anak, kemudian kedua Nyi Mas Harisbaya dikaruniai 4 anak, dan ketiga Nyi Mas Pasarean dikaruniai 1 anak. Bukti-bukti kebesaran Prabu Geusan Ulun ini, sampai sekarang masih tersimpan rapi di Museum Prabu Geusan Ulun, Komplek Keraton Sumedang Larang.
Prabu Geusan Ulun lahir pada tanggal 3 bagian terang bulan Srawana 1480 Saka, atau tanggal 19 Juli 1558 Masehi dan meninggal tahun 1601 Masehi, dia dimakamkan di Desa Dayeuh Luhur Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang di daerah yang cukup tinggi, yakni Gunung Rengganis.