Kasus HIV/AIDS di Makassar Naik 1,6 Persen Selama Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar mencatat kenaikan kasus HIV/AIDS terjadi selama masa pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil skrining yang dilakukan, ada kenaikan sebesar 1,6 persen.
Staf Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Kota Makassar , Harfianti Firman, mengatakan meski ada kenaikan, namun dalam kurun tiga tahun terakhir tidak ditemukan lonjakan yang signifikan.
"Suatu kemajuan karena HIV yang bersifat hidden (tersembunyi) bisa dengan mudah dideteksi, didorong adanya kemajuan aplikasi yang semakin berkembang," ungkapnya.
Ia membeberkan, pada tahun 2020 lalu, ditemukan 675 orang yang terinfeksi HIV/AIDS dari 44 ribu orang yang diskrining. Lalu pada tahun 2021, ditemukan 784 orang dari 48 ribu yang diskrining.
"Untuk tahun ini sampai bulan Maret, sudah diskrining 13 orang dan ditemukan 231 orang yang terinfeksi.Skrining ini terus kami lakukan untuk mendeteksi dini," jelasnya.
Dia menuturkan lonjakan HIV AIDS ini harus terus dijaga. Selain dengan alat kontrasepsi sebagai pemutus mata rantai, pasien terinfeksi juga harus rutin meminum obat ARV.
"Dari hasil penelitian, ODHA (Orang Dengan HIV AIDS ) yang meminum ARV dapat menurunkan kemungkinan penularan lebih kecil ke orang lain," jelas dia.
Sebagai langkah pencegahan, lanjut Harfianti, Puskesmas di Makassar sudah menjalankan program Sufa, yaitu akselerasi pengobatan dini, di mana setiap orang diskrining. Khususnya pada ibu hamil, semua pasien TB, Hepatitis B dan C, IMS, dan pastinya melakukan operasi kunci.
"Saat ini target sasaran yang ingin dicapai adalah semua orang mengetahui status HIV-nya, terutama orang-orang yang melakukan perilaku beresiko. Bagi orang yang terinfeksi, terus menjalankan pengobatan hingga berstatus undetectable atau virus sudah tidak terdeteksi," pungkasnya.
Staf Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Kota Makassar , Harfianti Firman, mengatakan meski ada kenaikan, namun dalam kurun tiga tahun terakhir tidak ditemukan lonjakan yang signifikan.
"Suatu kemajuan karena HIV yang bersifat hidden (tersembunyi) bisa dengan mudah dideteksi, didorong adanya kemajuan aplikasi yang semakin berkembang," ungkapnya.
Ia membeberkan, pada tahun 2020 lalu, ditemukan 675 orang yang terinfeksi HIV/AIDS dari 44 ribu orang yang diskrining. Lalu pada tahun 2021, ditemukan 784 orang dari 48 ribu yang diskrining.
"Untuk tahun ini sampai bulan Maret, sudah diskrining 13 orang dan ditemukan 231 orang yang terinfeksi.Skrining ini terus kami lakukan untuk mendeteksi dini," jelasnya.
Dia menuturkan lonjakan HIV AIDS ini harus terus dijaga. Selain dengan alat kontrasepsi sebagai pemutus mata rantai, pasien terinfeksi juga harus rutin meminum obat ARV.
"Dari hasil penelitian, ODHA (Orang Dengan HIV AIDS ) yang meminum ARV dapat menurunkan kemungkinan penularan lebih kecil ke orang lain," jelas dia.
Baca Juga
Sebagai langkah pencegahan, lanjut Harfianti, Puskesmas di Makassar sudah menjalankan program Sufa, yaitu akselerasi pengobatan dini, di mana setiap orang diskrining. Khususnya pada ibu hamil, semua pasien TB, Hepatitis B dan C, IMS, dan pastinya melakukan operasi kunci.
"Saat ini target sasaran yang ingin dicapai adalah semua orang mengetahui status HIV-nya, terutama orang-orang yang melakukan perilaku beresiko. Bagi orang yang terinfeksi, terus menjalankan pengobatan hingga berstatus undetectable atau virus sudah tidak terdeteksi," pungkasnya.
(tri)