Abdul Qadir Baraja Ditangkap, Spanduk Tolak Khilafatul Muslimin Marak di Maros
loading...
A
A
A
MAROS - Pimpinan tertinggi kelompok Khilafatul Muslimin , Abdul Qadir Hasan Baraja, di wilayah Lampung, ditangkap Polda Metro Jaya, Selasa (7/6/2022).
Meski belum jelas penyebab penangkapannya, namun diduga penangkapan tersebut berkaitan dengan aksi konvoi yang dilakukan simpatisan dan anggota Khilafatul Muslimin beberapa waktu lalu di Cawang, Kawasan Jakarta Timur.
Baca Juga: Khilafatul Muslimin
Menanggapi penangkapan tersebut, Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Maros , H Abdul Hafid M Talla menyebutkan, di Kabupaten Maros memang ada kelompok Khilafatul Muslimin.
Disinyalir, organisasi yang berpaham Khilafah ini, telah ada di Maros sejak 2008 lalu. Bahkan sejak saat itu, Sekretariat Khilafatul Muslimin berpusat di Desa Barugae, Kecamatan Mallawa, yang jaraknya sekitar 60 km dari pusat kota Kabupaten Maros.
Sejauh ini kata dia, pihaknya telah memantau keberadaan Yayasan Khilafatul Muslimin. Kemenag Maros telah berkoordinasi dengan Kepala Kanwil dan Staf Khusus Kemenag tentang keberadaan yayasan tersebut.
"Kami sudah melakukan koordiasi. Berdasarkan hasil koordinasi tersebut dikatakan, ketika ada pondok pesantren yang tidak memiliki izin operasional, maka itu adalah pondok ilegal," jelasnya.
Dia menuturkan, berdasarkan hasil pemantauan Kemenag, Yayasan Khilafatul Muslimin yang ada di Mallawa adalah pondok pesantren yang ilegal.
Baca Juga: Densus 88
Kedatang Tim Densus 88 ini kata dia, untuk memantau langsung kegiatan Khilafatul Muslimin di Maros. "Sejak kedatangan Densus 88 di Maros, beberapa atribut-atribut Khilafatul Muslimin di Mallawa sudah tidak ada," jelasnya.
Mantan Kepala Kantor Kemenag Luwu Timur ini menjelaskan, sebelumnya mereka juga telah berdialog dengan salah satu tokoh Khilafatul Muslimin di Maros. Dari dialog tersebut kata dia, memang ada gambaran jika yayasan ini enggan untuk memasang simbol-simbol negara di pesantrennya.
"Inilah yang kami laporkan ke Bupati, untuk mencari solusi terkait permasalahan ini. Karena kami sendiri belum mampu mengambil kesimpulan dengan keberadaan mereka di Mallawa," ujarnya.
Berdasarkan penelusuran tim dari Kemenag, cara perekrutan anggota Khilfatul Muslimin ini, dilakukan dengan cara pendekatan dan perekrutan kekeluargaan. Sementara aktivitas yang dilakukan sama seperti organisasi islam lainnya, yakni rutin melakukan kajian dan pengajian.
Baca Juga: Khilfatul Muslimin
Lihat Juga: Takut Ditangkap, Belasan Anggota Khilafatul Muslimin di Lampung Selatan Ikrar Setia NKRI
Meski belum jelas penyebab penangkapannya, namun diduga penangkapan tersebut berkaitan dengan aksi konvoi yang dilakukan simpatisan dan anggota Khilafatul Muslimin beberapa waktu lalu di Cawang, Kawasan Jakarta Timur.
Baca Juga: Khilafatul Muslimin
Menanggapi penangkapan tersebut, Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Maros , H Abdul Hafid M Talla menyebutkan, di Kabupaten Maros memang ada kelompok Khilafatul Muslimin.
Disinyalir, organisasi yang berpaham Khilafah ini, telah ada di Maros sejak 2008 lalu. Bahkan sejak saat itu, Sekretariat Khilafatul Muslimin berpusat di Desa Barugae, Kecamatan Mallawa, yang jaraknya sekitar 60 km dari pusat kota Kabupaten Maros.
Sejauh ini kata dia, pihaknya telah memantau keberadaan Yayasan Khilafatul Muslimin. Kemenag Maros telah berkoordinasi dengan Kepala Kanwil dan Staf Khusus Kemenag tentang keberadaan yayasan tersebut.
"Kami sudah melakukan koordiasi. Berdasarkan hasil koordinasi tersebut dikatakan, ketika ada pondok pesantren yang tidak memiliki izin operasional, maka itu adalah pondok ilegal," jelasnya.
Dia menuturkan, berdasarkan hasil pemantauan Kemenag, Yayasan Khilafatul Muslimin yang ada di Mallawa adalah pondok pesantren yang ilegal.
Baca Juga: Densus 88
Kedatang Tim Densus 88 ini kata dia, untuk memantau langsung kegiatan Khilafatul Muslimin di Maros. "Sejak kedatangan Densus 88 di Maros, beberapa atribut-atribut Khilafatul Muslimin di Mallawa sudah tidak ada," jelasnya.
Mantan Kepala Kantor Kemenag Luwu Timur ini menjelaskan, sebelumnya mereka juga telah berdialog dengan salah satu tokoh Khilafatul Muslimin di Maros. Dari dialog tersebut kata dia, memang ada gambaran jika yayasan ini enggan untuk memasang simbol-simbol negara di pesantrennya.
"Inilah yang kami laporkan ke Bupati, untuk mencari solusi terkait permasalahan ini. Karena kami sendiri belum mampu mengambil kesimpulan dengan keberadaan mereka di Mallawa," ujarnya.
Berdasarkan penelusuran tim dari Kemenag, cara perekrutan anggota Khilfatul Muslimin ini, dilakukan dengan cara pendekatan dan perekrutan kekeluargaan. Sementara aktivitas yang dilakukan sama seperti organisasi islam lainnya, yakni rutin melakukan kajian dan pengajian.
Baca Juga: Khilfatul Muslimin
Lihat Juga: Takut Ditangkap, Belasan Anggota Khilafatul Muslimin di Lampung Selatan Ikrar Setia NKRI
(luq)