Laznas LMI Gagas Wirausaha Sosial Saat New Normal

Senin, 22 Juni 2020 - 21:50 WIB
loading...
Laznas LMI Gagas Wirausaha Sosial Saat New Normal
LMI menggelar halal bihalal virtual sekaligus menggagas wirausaha sosial saat new normal.Foto/Edi Purwanto
A A A
SURABAYA - Zaman terus berubah, masa demi masa menuntut manusia beradaptasi, terlebih ketika melewati pandemi. Menyikapi hal ini, Laznas LMI (Lembaga Manajemen Infaq) melaksanakan halalbihalal dengan tema Innovation of Sociopreneur to Deal with New Normal yang dihadiri beberapa tokoh nasional.

Acara yang sukses dilaksanakan secara daring pada Minggu (21/6) pagi ini menghadirkan Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc. (Wakil Gubernur Jawa Timur), KH. Abdussomad Bukhori (Ketua MUI Jatim), Prof. Dr (H.C). Dahlan Iskan (Menteri BUMN 2011-2014), Helmy Yahya, MPA. AK (Sociopreneur), KH. Abdul Hamid Abdullah (Imam Masjid Al-Akbar Surabaya) dan moderator Ir. Misbahul Huda, MBA (Ketua Gerakan Wakaf Indonesia).

Direktur LMI Agung Wijayanto menyatakan terima kasih kepada seluruh donatur LMI di penjuru Indonesia dan dunia atas dukungan selama ini sehingga LMI terus eksis. Ia berharap keberadaan LMI dalam rangka berkhidmat untuk kepentingan masyarakat selalu diberikan kelancaran.

“Segenap direksi dan amil LMI mengucapkan selamat idulfitri, mudah-mudahan bisa terus berkarya untuk Indonesia yang kita cintai,” ujar Agung, sesuai rilis yang diterima Senin 22 Juni 2020

Helmy Yahya sebagai narasumber pertama mengajak peserta belajar dari Selandia Baru, negeri yang berhasil melawan Covid-19.(Baca juga: 1.629 Pasien Covid-19 di Surabaya Sembuh, Ini Resepnya )

Menurut Helmy, Perdana Menteri Selandia Baru punya kebijakan menarik di saat pandemi. Perdana Menteri memerintahkan masyarakat untuk spending money supaya perekonomian hidup dan berputar. Kemudian, lanjut Helmy, anjuran untuk membeli produk dalam negeri.

“Bagi Selandia Baru, pandemi saatnya berdikari dan tidak bergantung dari bahan produksi impor. Kita juga bisa melakukan ini, jangan tergantung dengan siapa pun, berdikari,” tegas Helmy.

Helmy menyebut tidak ada yang bisa kita selesaikan dengan mengeluh. Persoalan Covid-19 harus diselesaikan, dan diatasi dengan disiplin luar biasa. Ada banyak peluang, meskipun di satu sisi ada bisnis mati tapi ada bisnis lain yang tumbuh.

“Jadi menurut saya banyak hal yang bisa dikembangkan, asal jeli, mau bersyukur, tidak menyalahkan orang lain, peluang selalu terbuka. Para donatur LMI pun bisa membantu UMKM untuk bangkit. Mereka cepat beradaptasi, berbeda dengan perusahaan raksasa,” tutupnya.

Sementara itu, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menjelaskan bahwa usaha sosial sah-sah saja mencari untung, karena dari keuntungan inilah bisa menjalankan kegiatan sosial.

“Nonprofit bukan berarti tidak mencari laba, tapi harus mencari laba. Karena perusahaan harus laba, maka manajemen harus bagus, kegiatan yang dibuat juga berorientasi laba. Kemudian laba ini dibagi tiga; untuk pajak, untuk kegiatan sosial dan dikembalikan ke perusahaan agar terus besar,” imbuhnya.

Kenapa perusahaan harus lebih besar? Karena pertahanan yang baik adalah menyerang. Kalau sebagian laba dikembalikan ke perusahaan agar terus besar, paling tidak perusahaan tidak mati. Labanya semakin besar, bagian untuk kegiatan sosial pun akan membesar.

Tapi Dahlan mengingatkan, jangan terlena dengan memperbesar laba untuk perusahaan sehingga menunda-nunda kegiatan sosial.(Baca juga: Dikeluarkan dari Kampus karena Mencuri, Gadis Manis Ini Kembali Beraksi )

“Sekarang sudah waktunya berbagi tugas, siapa yang menggarap bantuan jangka pendek dan jangka panjang. Ini sudah tren di negara maju. Agar tidak semuanya bergerak di bantuan jangka pendek,” tutup mantan Dirut PLN ini.

Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak menyampaikan materi socioprenuership dan semangat gotong royong dalam masa pandemi Covid-19.

Emil menjelaskan para pelaku socioprenuership harus bisa memahami permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan kewirausahaan untuk menciptakan peningkatan di berbagai bidang sosial.

“Socioprenuership dapat mendorong perekonomian rakyat dan melakukan pemerataan kesejahtreaan. Dimulai dari adanya misi sosial, bisnis rintisan, pemberdayaan, dampak sosial, manajemen bisnis professional, keberlanjutan.

“Zakato yang digagas LMI ini bisa jadi konsep socioprenuer yang progresif,” kata Emil.

“Kata kuncinya adalah teknologi, dan inovasi serta solusi bagi permasalahan masyarakat. Pemerintah membuka ruang bagi ide ini untuk mendapat pijakan, inkubasi dan peningkatan. Dengan tujuan sebagai investasi yang membawa dampak besar ke masyarakat,” ujar Emil.

Halalbihalal yang diikuti partisipan dari seluruh Indonesia dan berbagai negara ini juga membagikan voucher menarik berupa 3 paket umrah dan 10 voucher qurban sapi
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2803 seconds (0.1#10.140)