China: Vaksin COVID-19 Siap pada September
loading...
A
A
A
BEIJING - Otoritas kesehatan di China menyampaikan bahwa vaksin untuk virus corona jenis baru, COVID-19, siap diberikan kepada petugas kesehatan pada bulan September mendatang. Sedangkan untuk umum baru akan tersedia awal tahun depan.
Pengumuman itu disampaikan Kepala Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) China, Dr Gao Fu. Menurutnya, penggunaan "darurat" vaksin tersebut paling cepat bulan September. Ini berarti vaksin dapat dikembangkan pada waktunya untuk melawan gelombang kedua infeksi COVID-19.
Pengumuman muncul ketika ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk menemukan inokulasi yang efektif terhadap COVID-19, yang secara luas dilihat sebagai satu-satunya cara jangka panjang untuk membendung virus tersebut. (BACA JUGA: WNI Positif Corona 25 April Capai 558 Orang, 142 Sembuh)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akan membutuhkan waktu 18 bulan untuk menemukan vaksin COVID-19.
Dr Gao, yang juga seorang ahli virologi terkemuka, seperti dikutip South China Morning Post, Sabtu (25/4/2020), mengatakan China dapat mulai meluncurkan satu sebelum akhir tahun.
Jika percobaan berhasil, vaksin pada tahap awal akan diberikan kepada petugas kesehatan dan baru bisa tersedia untuk umum awal tahun depan.
"Vaksin yang baru dikembangkan ini, yang masih dalam uji klinis fase dua atau fase tiga, dapat digunakan untuk beberapa kelompok orang, misalnya pekerja perawatan kesehatan," katanya kepada China Global Television Network (CGTN).
Pengumuman soal temuan vaksin ini merupakan yang pertama kalinya bagi China, yang telah menetapkan target waktu dalam upayanya mengembangkan vaksin untuk COVID-19. Virus itu kini telah menewaskan hampir 200.000 orang di seluruh dunia.
Gao mengatakan China telah memimpin upaya penelitian global dalam menemukan vaksin untuk COVID-19. Pengumumannya muncul setelah sebuah kota dengan sekitar 10 juta orang di China memberlakukan tindakan penguncian atau lockdown baru setelah ada lonjakan kasus infeksi COVID-19.
Kota di China yang lockdown adalah Harbin. Ada sekitar 70 kasus infeksi COVID-19 di kota itu yang dikaitkan dengan seorang pelajar berusia 22 tahun yang secara tidak sadar menyebarkan virus setelah kembali dari New York.
Sementara itu para peneliti di University of Oxford memulai uji coba vaksin COVID-19 pada manusia pada hari Kamis, dan Imperial College akan segera memulai dua uji klinis.
Sarah Gilbert, seorang profesor vaksinologi yang memimpin proyek Oxford, sebelumnya mengatakan dia 80 persen percaya diri upaya timnya akan terbukti efektif pada musim gugur.
Lebih dari 800 sukarelawan akan mengambil bagian dalam uji coba selama beberapa minggu mendatang.
Menteri Kesehatan Matt Hancock telah berjanji menggelontorkan £20 juta untuk upaya University of Oxford dan £22,5 juta lainnya untuk tim Imperial College.
Hancock mengatakan Inggris akan melempar semua yang dimiliki untuk mengembangkan vaksin dan unggul di depan dari upaya penelitian global. "Kami telah menempatkan lebih banyak uang daripada negara lain dalam pencarian global untuk vaksin dan, untuk semua upaya di seluruh dunia, dua pengembangan vaksin terkemuka sedang berlangsung di sini, di Oxford dan Imperial," katanya.
Beberapa uji coba vaksin kepada manusia juga sedang dilakukan di Amerika Serikat. Perusahaan Moderna dan Inovio telah memulai uji coba, ketika beberapa kelompok penelitian lain telah menyatakan minat untuk meluncurkan uji coba dalam beberapa minggu mendatang.
Pengumuman itu disampaikan Kepala Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) China, Dr Gao Fu. Menurutnya, penggunaan "darurat" vaksin tersebut paling cepat bulan September. Ini berarti vaksin dapat dikembangkan pada waktunya untuk melawan gelombang kedua infeksi COVID-19.
Pengumuman muncul ketika ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk menemukan inokulasi yang efektif terhadap COVID-19, yang secara luas dilihat sebagai satu-satunya cara jangka panjang untuk membendung virus tersebut. (BACA JUGA: WNI Positif Corona 25 April Capai 558 Orang, 142 Sembuh)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akan membutuhkan waktu 18 bulan untuk menemukan vaksin COVID-19.
Dr Gao, yang juga seorang ahli virologi terkemuka, seperti dikutip South China Morning Post, Sabtu (25/4/2020), mengatakan China dapat mulai meluncurkan satu sebelum akhir tahun.
Jika percobaan berhasil, vaksin pada tahap awal akan diberikan kepada petugas kesehatan dan baru bisa tersedia untuk umum awal tahun depan.
"Vaksin yang baru dikembangkan ini, yang masih dalam uji klinis fase dua atau fase tiga, dapat digunakan untuk beberapa kelompok orang, misalnya pekerja perawatan kesehatan," katanya kepada China Global Television Network (CGTN).
Pengumuman soal temuan vaksin ini merupakan yang pertama kalinya bagi China, yang telah menetapkan target waktu dalam upayanya mengembangkan vaksin untuk COVID-19. Virus itu kini telah menewaskan hampir 200.000 orang di seluruh dunia.
Gao mengatakan China telah memimpin upaya penelitian global dalam menemukan vaksin untuk COVID-19. Pengumumannya muncul setelah sebuah kota dengan sekitar 10 juta orang di China memberlakukan tindakan penguncian atau lockdown baru setelah ada lonjakan kasus infeksi COVID-19.
Kota di China yang lockdown adalah Harbin. Ada sekitar 70 kasus infeksi COVID-19 di kota itu yang dikaitkan dengan seorang pelajar berusia 22 tahun yang secara tidak sadar menyebarkan virus setelah kembali dari New York.
Sementara itu para peneliti di University of Oxford memulai uji coba vaksin COVID-19 pada manusia pada hari Kamis, dan Imperial College akan segera memulai dua uji klinis.
Sarah Gilbert, seorang profesor vaksinologi yang memimpin proyek Oxford, sebelumnya mengatakan dia 80 persen percaya diri upaya timnya akan terbukti efektif pada musim gugur.
Lebih dari 800 sukarelawan akan mengambil bagian dalam uji coba selama beberapa minggu mendatang.
Menteri Kesehatan Matt Hancock telah berjanji menggelontorkan £20 juta untuk upaya University of Oxford dan £22,5 juta lainnya untuk tim Imperial College.
Hancock mengatakan Inggris akan melempar semua yang dimiliki untuk mengembangkan vaksin dan unggul di depan dari upaya penelitian global. "Kami telah menempatkan lebih banyak uang daripada negara lain dalam pencarian global untuk vaksin dan, untuk semua upaya di seluruh dunia, dua pengembangan vaksin terkemuka sedang berlangsung di sini, di Oxford dan Imperial," katanya.
Beberapa uji coba vaksin kepada manusia juga sedang dilakukan di Amerika Serikat. Perusahaan Moderna dan Inovio telah memulai uji coba, ketika beberapa kelompok penelitian lain telah menyatakan minat untuk meluncurkan uji coba dalam beberapa minggu mendatang.
(vit)