Integrasi Papua ke NKRI Sudah Final, Berikut Ulasan Sejarahnya

Jum'at, 13 Mei 2022 - 12:56 WIB
loading...
A A A
Seperti disebutkan oleh pendeta Dr F.C. Kamma. Disebutkan, bahwa orang-orang Papua bekerja di kapal-kapal orang Tidore sebagai pendayung. Pelayaran terjauh yang mereka lakukan, yang diketahui dari data-data resmi, mereka berlayar jauh sampai ke laut Jawa. Bahkan semenanjung Malaka dan sekitarnya dan mengancam alur perdagangan di laut Jawa hingga Selat Malaka.

"Selain itu, catatan sejarah kontak orang asli Papua dengan bangsa asing dapat pula diendus melalui berbagai peninggalan lain, yang menurut pendapat Balai Arkeologi Papua dipastikan lebih lama sekitar 3500-2500 tahun silam. Seperti artefak kapak corong dan kapak mata bundar di kawasan Danau Sentani misalnya," bebernya.



Para teolog Protestan Papua juga mencatatkan, beberapa pemikiran kritis historis atas integrasi Tanah Papua ke dalam NKRI sebagai berikut:

Pertama, Integrasi Papua ke dalam Indonesia dipersiapkan oleh Tuhan pemimpin sejarah jauh sebelum 1 Mei 1963.

"Tuhan menetapkan garis linier kesejarahan Tanah Papua dengan kepulauan sebelah Barat Tanah Papua yaitu Indonesia dan bukan sebaliknya ke sebelah Timur dengan kepulauan Pasifik atau ke selatan dengan Benua Australia," jelasnya.

Dia melanjutkan, bukan pula ke Utara dengan kepulauan Jepang. Melainkan kedatangan para pekabar injil (misionaris) pertama ke Tanah Papua, datang dari Batavia (Jakarta), belajar Bahasa Indonesia (Melayu) di Batavia, sebelum ke Tidore sebagai basis akhir menuju Tanah Papua.



"Menurut sejarawan Indonesia Des Alwi, di Tidore pada tahun 1825 tercatat 25.000 orang Papua yang tinggal dan bekerja di sana dan di pulau-pulau lain di Maluku Utara sampai Sulawesi Utara," sambungnya.

Orang-orang Papua itu adalah para budak yang diperjualbelikan oleh para Mambri Papua kepada Sultan Tidore dan oleh sultan kepada para Kolonis Portugis. Kemudian, juga Belanda pengusaha perkebunan kelapa, cengkeh dan pala atau dipekerjakan sebagai pendayung perahu-perahu kembara.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3809 seconds (0.1#10.140)