Jejak Kejayaan Rempah-Rempah di Bumi Nusantara

Sabtu, 20 Juni 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Perdagangan rempah di Nusantara juga secara masif meninggalkan jejak peradaban yang signifikan berupa peninggalan situs sejarah, situs budaya, hingga melahirkan beragam produk budaya yang terinspirasi dari alam Nusantara yang kaya. Tampak sekali, di masa lalu orang-orang berbagai bangsa berbondong-bondong ke Nusantara tidak semata untuk berdagang, tetapi lebih pada untuk membangun peradaban.

Mulai dari pelabuhan Barus di Sumatera Utara yang diperkirakan ahli sudah berusia lebih dari 5.000 tahun, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kejayaan Wangsa Syailendra, Kerajaan Kahuripan, hingga negara-negara bandar seperti di Banten, Maluku, dan Sulawesi. Semuanya terbentuk karena perdagangan rempah-rempah alias politik ekonomi masa itu.

"Malah menurut cerita sejarah masyarakat dulu, pada abad ke-6 China sudah menambatkan kapalnya di pulau Tidore. Mereka membawa kapas, sutra untuk ditukar dengan rempah-rempah," kata M Amin Faaroek, Perdana Menteri Kesultanan Tidore (Jajou), Provinsi Maluku Utara.

Beranjak dari kesejarahan yang panjang dan temuan-temuan inilah, narasi besar Jalur Rempah menjadi penting digelorakan. Ini juga untuk membungkam berbagai argumentasi dari para ahli terutama dari luar, yang banyak memperdebatkan Jalur Rempah hingga kurang mendapatkan apresiasi.

Kondisi makin rumit, ditambah selama ini masyarakat Indonesia senantiasa memahami sejarah Nusantara dari perspektif asing (Barat). Padahal, narasi besar Jalur Rempah ini sebagai diplomasi sekaligus posisi tawar Indonesia, dan untuk lebih mempertegas jati diri atau identitas bangsa.

"Satu hal yang penting ditekankan, membicarakan jalur rempah jangan malah kita terjebak apalagi mengulang nostalgia masa lalu yang tak mengenakkan. Jalur rempah mesti menjadi spirit bangsa mewujudkan kemajuan dan kemandirian," ujar Hasan Wirajuda, Menteri Luar Negeri periode 2001-2009 yang saat ini menjabat Ketua Dewan Pembina Yayasan Negeri Rempah.

Narasi Jalur Rempah yang berangkat dari inisiatif masyarakat ini memiliki semangat untuk belajar dan menularkan antusiasmenya kepada publik yang lebih luas tentang betapa pentingnya masyarakat Nusantara mengenal sejarah dan budaya negeri sendiri, betapapun dengan cara yang sederhana.

Perspektif Jalur Rempah bahkan diyakini dapat menjadi entry point sekaligus memberikan bingkai yang kontekstual untuk memahami Indonesia. Karena Jalur Rempah bukan hanya berisi perdagangan rempah-rempah, tetapi juga sekaligus menghasilkan pertukaran ilmu, sosial-budaya, bahasa, keahlian, keterampilan, dan bahkan agama di antara manusia yang berasal dari berbagai tempat yang jauh.

Jalur Rempah merupakan melting pot berbagai konsep, gagasan, dan praksis. Dan, Jalur Rempah menjadi sarana perpindahan semua itu, dari satu tempat ke tempat lain. Pengetahuan dan pemahaman terhadap hal tersebut di atas menjadi penting untuk senantiasa dipupuk dan ditumbuhkan, agar manusia Indonesia tak lupa dengan multikulturalisme yang telah membentuknya.
(sms)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)