Dukung Iwan Dento Raih Kalpataru 2022, Bupati-Wabup Maros Voting ke KLHK
loading...
A
A
A
Hampir semua orang tahu peran Iwan Dento dalam mengadvokasi eksploitasi kars di Maros. Termasuk juga dia sebagai perintis wisata kars di Kabupaten yang akhirnya terkenal hingga ke mancanegara.
"Kalau bicara Rammang-rammang, pertama kita bicara soal kehidupan dan kedua kita bicara soal identitas. Ada peninggalan leluhur kami yang berusia 42 ribu tahun lalu," ujar Iwan beberapa waktu lalu.
Saat ini, Iwan bersama komunitas anak sungai, terus memperjuangkan Karst Rammang-rammang agar bisa masuk dalam golongan UNESCO Global Geopark, sebagai upaya perlindungan warisan masa depan.
Pria lulusan IAIN Alauddin Makassar ini telah menghabiskan waktunya selama 12 tahun sebagai pemerhati lingkungan yang menolak tambang karst di Desa Salenrang. Dia mengaku, apa yang dilakukannya itu, semata-mata sebagai tanggung jawab kepada anaknya.
"Saya mulai berlawan saat anak pertama saya lahir, sekitar tahun 2008. Ini saya lakukan bukan untuk menang, tapi untuk mempersiapkan jawaban ke anak-anak saya nanti, apabila perusahaan berhasil mengeruk habis karst di sini," lanjutnya sambil menunjuk gunung yang dipenuhi karst di samping rumahnya.
Bukan tanpa hasil, pria dengan empat anak ini sudah berhasil mencabut 12 izin pertambangan di Desa Salenrang. "Saya selalu percaya, bahwa apa yang saat ini kita lakukan pasti ada campur tangan Tuhan. Dan saat ini Tuhan ingin saya tetap berlawan," katanya.
"Kalau bicara Rammang-rammang, pertama kita bicara soal kehidupan dan kedua kita bicara soal identitas. Ada peninggalan leluhur kami yang berusia 42 ribu tahun lalu," ujar Iwan beberapa waktu lalu.
Saat ini, Iwan bersama komunitas anak sungai, terus memperjuangkan Karst Rammang-rammang agar bisa masuk dalam golongan UNESCO Global Geopark, sebagai upaya perlindungan warisan masa depan.
Pria lulusan IAIN Alauddin Makassar ini telah menghabiskan waktunya selama 12 tahun sebagai pemerhati lingkungan yang menolak tambang karst di Desa Salenrang. Dia mengaku, apa yang dilakukannya itu, semata-mata sebagai tanggung jawab kepada anaknya.
"Saya mulai berlawan saat anak pertama saya lahir, sekitar tahun 2008. Ini saya lakukan bukan untuk menang, tapi untuk mempersiapkan jawaban ke anak-anak saya nanti, apabila perusahaan berhasil mengeruk habis karst di sini," lanjutnya sambil menunjuk gunung yang dipenuhi karst di samping rumahnya.
Bukan tanpa hasil, pria dengan empat anak ini sudah berhasil mencabut 12 izin pertambangan di Desa Salenrang. "Saya selalu percaya, bahwa apa yang saat ini kita lakukan pasti ada campur tangan Tuhan. Dan saat ini Tuhan ingin saya tetap berlawan," katanya.
(agn)