Kisah Laskar Wanita BKR Beranggotakan Gadis dan Janda yang Penggal Komandan Gurkha

Rabu, 13 April 2022 - 08:27 WIB
loading...
Kisah Laskar Wanita BKR Beranggotakan Gadis dan Janda yang Penggal Komandan Gurkha
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil saat meresmikan beroperasi jalan layang yang membentang di atas Jalan Laswi. Foto/Dok.SINDOphoto
A A A
Soesilowati dan Willy tiba-tiba datang menenteng kepala komandan pasukan Gurkha. Kedua wanita itu berhasil memenggal kepala komandan pasukan Inggris asal India, yang ditugaskan meluluhlantakkan Jawa Barat.



Kisah keberanian dua wanita anggota Laskar Wanita Indonesia (Laswi) ini, juga diakui oleh Jenderal (Purn) AH Nasution dalam bukunya yang berjudul "Memenuhi Panggilan Tugas Jilid I: Kenangan Masa Muda".



Para anggota Laswi yang terdiri dari gadis berusia di atas 18 tahun, ibu rumah tangga, dan janda tersebut, pada awalnya selalu diremehkan dan dianggap bakal menghambat laju pergerakan pasukan pejuang di garis depan.



Kelaskaran wanita yang dibentuk pada 2 Oktober 1945 ini, ternyata memiliki keberanian dan totalitas dalam bertarung di medan pertempuran yang ganas. Mereka dengan penuh keberanian, langsung terlibat pertempuran di medan laga menghadapi pasukan Belanda, yang didukung pasukan Inggris dan Gurkha.

Hanya berselang 10 hari sejak dibentuk, para anggota Laswi sudah dihadapkan dengan kedatangan pasukan Inggris dan Gurkha di Bandung, pada 12 Oktober 1945. Salah satu peristiwa yang membuktikan keberanian anggota Laswi, adalah ketika dua anggotanya Soesilowati dan Willy yang memenggal kepala perwira muda dari Gurkha Riffles.

Pasukan elite Inggris-India yang ditugaskan Belanda menggempur Jawa Barat, dibuat keder oleh keberanian para anggota Laswi. Para anggota Laswi juga membuktikan ketangguhannya saat peristiwa Bandung Lautan Api, dan mengikuti hijrahnya pasukan Divisi Siliwangi ke Jogjakarta.



Dalam catatan di Wikipedia, disebutkan Laswi merupakan badan pergerakan dan perjuangan kaum perempuan yang berkontribusi dalam era menegakkan Republik Indonesia. Laswi merupakan organ afiliasi Musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3), yang sebelumnya bernama Markas Dewan Pimpinan Perjuangan (MDPP).

Laswi mengkoordinir 61 kesatuan perjuangan di seluruh Jawa Barat. Pembentukan Laswi diinisiasi oleh Sumarsih Subiyati yang akrab disapa Yati Aruji. Yati merupakan istri Arudji Kartawinata, yang kala itu menjabat sebagai Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Divisi III Jawa Barat.

Anggota Laswi yang beragam, tidak melunturkan sifat disiplin mereka. Bahkan, pasukan wanita bersenjata ini dikenal memiliki disiplin tinggi dan solidaritas yang kuat. Mereka yang masih gadis, dilarang keras terlibat percintaan di dalam asrama.



Dalam penelitiannya yang berjudul "Peran Ny. Sumarsih Yati Arudji Kartawinata dalam Laskar Wanita Indonesia (Laswi) tahun 1945-1949", Siti Saidah dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, menyebutkan, anggota Laswi turut terlibat aktif dalam pembakaran gedung-gedung di Bandung.

Yati Arudji juga turut berperan membentuk Laswi Cabang Jogjakarta. Selain memanggul senjata untuk bertempur, para anggota Laswi juga membantu pasukan dan laskar yang bertempur di garis depan, dengan menyiapkan dapur umum serta keperluan medis.

Dalam buku "Satu Abad Kartini" karya Annie Bertha Simamorra, juga disebutkan alasan utama didirikannya Laswi, yakni untuk mengikuti perintah Allah SWT seperti halnya yang dilakukan istri Rasulullah, Siti Aisyah yang terjun ke medan perang.



Bukan hanya kemampuan bertempur yang terus diasah, Yati Arudji juga menguatkan para anggotanya melalui berbagai buku bacaan, salah satunya "Sarinah" karya Bung Karno. Hal ini sebagai upaya untuk terus membangkitkan semangat anggota Laswi dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, di tengah desingan peluru di garis depan.

Upaya Yati Arudji membentuk Laswi tak sedikit mengalami hambatan. Laswi terbentuk di tengah stigma masyarakat, yang melihat wanita tak pantas memakai celana, duduk di atas truk, dan mengangkat senjata untuk bertempur di garis depan.

Bahkan, banyak orang tua yang tidak rela anak-anak perempuannya harus berada di tengah medan pertempuran, yang bukan hanya bisa mencerabut nyawa dari raga, namun juga menjadi incaran para lelaki jahat.

Berbagai tantangan bagi kaum perempuan ini, dengan penuh keyakinan dihadapi Yati Arudji bersama para anggota Laswi. Keteguhan, keberanian, dan ketulusan hati untuk terus menegakkan kemerdekaan Indonesia, telah mampu dibuktikan para anggota Laswi dengan menuntaskan perjalanannya di garis depan pertempuran.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3308 seconds (0.1#10.140)