Iklim Usaha Kecil Menengah Diyakini Meningkat Jelang Era Pasca Pandemi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Iklim usaha di Indonesia, termasuk usaha kecil menengah (UKM) mengalami tren baik seiring dengan pandemi COVID-19 yang mulai melandai. Ini ditandai dengan angka indeks optimisme UKM digital yang meningkat 6% dibanding 2021, yaitu dari 2,49 menjadi 2,64.
Tidak hanya itu, bisnis offline mulai mendapatkan popularitasnya kembali. Nyatanya, bisnis dengan penjualan offline memiliki peningkatan penjualan tertinggi sebesar 44% di paruh kedua 2021 dibandingkan dengan penjualan bisnis online atau bisnis hybrid, yang masing-masing hanya meningkat sebesar 38,2% dan 41,9%.
Laporan ini juga menunjukkan bahwa UKM memiliki kemampuan untuk memetakan tantangan yang mungkin mereka hadapi di masa depan dengan pengalaman selama pandemi.
Baca juga: 33.000 Calon Jamaah Haji Asal Jatim Siap Berangkat Tahun Ini
Kondisi UKM Indonesia di pertengahan 2021 mulai berjalan normal seiring dampak pandemi yang berangsur mereda, dan masyarakat menyambut era pascapandemi. Tahun 2021 juga dianggap sebagai angin segar bagi UKM, di mana para pelaku UKM telah menerima hasil positif dari hybrid channel yang mereka jalankan pada awal 2021.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga mencatat dampak lain dari pandemi adalah mendorong shifting pola konsumsi masyarakat ke arah digital sehingga menjadi momentum yang tepat untuk mengakselerasi transformasi digital bagi UKM.
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Gede Edy Prasetya, menjelaskan rencana pemerintah mendorong pertumbuhan UKM di tahun 2022.
“Dengan melihat tantangan dan kebutuhan UKM di era ini, kami memperkuat kolaborasi berkelanjutan dengan berbagai pihak termasuk private sector. Tujuannya, agar UKM tidak hanya tumbuh dan kembali seperti sebelum pandemi, tapi juga supaya UKM lebih berdaya saing tinggi di masa depan. Selain itu, program-program bantuan yang sedang berjalan akan terus berlanjut untuk memastikan pemerataan jangkauan UKM di seluruh Indonesia,” kata Gede pada Digital SME Confidence Index Report 2nd Half 2021 bertema “Moving Forward: How SMEs Grow Strong in the Post Pandemic Era”.
Julia juga mengamini pentingnya transformasi digital untuk bertahan melalui pandemi. Pemanfaatan digital channel yang baik akan menjadi kunci sukses UKM dalam menghadapi pandemi.
“UKM di Indonesia sangat unik dan rata-rata sudah beradaptasi menggunakan kanal digital untuk pemasaran. Selanjutnya, yang perlu ditingkatkan adalah bagaimana kanal-kanal ini bisa digunakan untuk menganalisa konsumen kita seperti apa, bagaimana cara toko sebelah berjualan, dan inovasi seperti apa yang harus diciptakan agar bisa bertahan dalam berbisnis,” ujarnya.
Mark Bruny selaku Chief Financial Officer KoinWorks menegaskan peran KoinWorks sebagai financial partner bagi UKM untuk bertumbuh.
“Sebagai bentuk kontribusi KoinWorks bagi UKM di Indonesia, KoinWorks menyusun laporan ini dua kali dalam setahun, dan kami bangga dengan hasil yang diperoleh di semester 2 tahun 2021. KoinWorks selalu hadir bagi UKM tidak hanya untuk pembiayaan usaha yang mudah diakses, tapi juga financial partner untuk pertumbuhan usaha. Untuk itu, kami melanjutkan pengembangan ekosistem UKM dan layanan keuangan yang semakin komprehensif untuk UKM Indonesia,” kata Mark.
Diketahui, peluncuran Digital SME Confidence Index Report 2nd Half 2021 menghadirkan Gede Edy Prasetya selaku Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Benedicto Haryono selaku CEO dan Co-Founder KoinWorks, Mark Bruny selaku Chief Financial Officer KoinWorks, dan Julia RGDS selaku pelaku usaha dan social media influencer.
Digital SME Confidence Index Report sendiri merupakan laporan rutin pertengahan tahun yang KoinWorks rilis untuk merangkum pertumbuhan dan perkembangan UKM. KoinWorks melakukan survei kepada lebih dari 2.000 UKM yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Pelaku UKM yang berpartisipasi dalam riset ini terbagi dalam 7 kategori wilayah di Indonesia: Sumatra, DKI Jakarta, Jawa, Bali - Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku - Papua.
Informasi terkait kinerja usaha mereka selama pandemi, yang meliputi penjualan, pertumbuhan usaha, supply chain, operasional usaha, permodalan, dan inovasi bisnis, diperhitungkan sebagai titik data dalam laporan ini.
Tidak hanya itu, bisnis offline mulai mendapatkan popularitasnya kembali. Nyatanya, bisnis dengan penjualan offline memiliki peningkatan penjualan tertinggi sebesar 44% di paruh kedua 2021 dibandingkan dengan penjualan bisnis online atau bisnis hybrid, yang masing-masing hanya meningkat sebesar 38,2% dan 41,9%.
Laporan ini juga menunjukkan bahwa UKM memiliki kemampuan untuk memetakan tantangan yang mungkin mereka hadapi di masa depan dengan pengalaman selama pandemi.
Baca juga: 33.000 Calon Jamaah Haji Asal Jatim Siap Berangkat Tahun Ini
Kondisi UKM Indonesia di pertengahan 2021 mulai berjalan normal seiring dampak pandemi yang berangsur mereda, dan masyarakat menyambut era pascapandemi. Tahun 2021 juga dianggap sebagai angin segar bagi UKM, di mana para pelaku UKM telah menerima hasil positif dari hybrid channel yang mereka jalankan pada awal 2021.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga mencatat dampak lain dari pandemi adalah mendorong shifting pola konsumsi masyarakat ke arah digital sehingga menjadi momentum yang tepat untuk mengakselerasi transformasi digital bagi UKM.
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Gede Edy Prasetya, menjelaskan rencana pemerintah mendorong pertumbuhan UKM di tahun 2022.
“Dengan melihat tantangan dan kebutuhan UKM di era ini, kami memperkuat kolaborasi berkelanjutan dengan berbagai pihak termasuk private sector. Tujuannya, agar UKM tidak hanya tumbuh dan kembali seperti sebelum pandemi, tapi juga supaya UKM lebih berdaya saing tinggi di masa depan. Selain itu, program-program bantuan yang sedang berjalan akan terus berlanjut untuk memastikan pemerataan jangkauan UKM di seluruh Indonesia,” kata Gede pada Digital SME Confidence Index Report 2nd Half 2021 bertema “Moving Forward: How SMEs Grow Strong in the Post Pandemic Era”.
Julia juga mengamini pentingnya transformasi digital untuk bertahan melalui pandemi. Pemanfaatan digital channel yang baik akan menjadi kunci sukses UKM dalam menghadapi pandemi.
“UKM di Indonesia sangat unik dan rata-rata sudah beradaptasi menggunakan kanal digital untuk pemasaran. Selanjutnya, yang perlu ditingkatkan adalah bagaimana kanal-kanal ini bisa digunakan untuk menganalisa konsumen kita seperti apa, bagaimana cara toko sebelah berjualan, dan inovasi seperti apa yang harus diciptakan agar bisa bertahan dalam berbisnis,” ujarnya.
Mark Bruny selaku Chief Financial Officer KoinWorks menegaskan peran KoinWorks sebagai financial partner bagi UKM untuk bertumbuh.
“Sebagai bentuk kontribusi KoinWorks bagi UKM di Indonesia, KoinWorks menyusun laporan ini dua kali dalam setahun, dan kami bangga dengan hasil yang diperoleh di semester 2 tahun 2021. KoinWorks selalu hadir bagi UKM tidak hanya untuk pembiayaan usaha yang mudah diakses, tapi juga financial partner untuk pertumbuhan usaha. Untuk itu, kami melanjutkan pengembangan ekosistem UKM dan layanan keuangan yang semakin komprehensif untuk UKM Indonesia,” kata Mark.
Diketahui, peluncuran Digital SME Confidence Index Report 2nd Half 2021 menghadirkan Gede Edy Prasetya selaku Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Benedicto Haryono selaku CEO dan Co-Founder KoinWorks, Mark Bruny selaku Chief Financial Officer KoinWorks, dan Julia RGDS selaku pelaku usaha dan social media influencer.
Digital SME Confidence Index Report sendiri merupakan laporan rutin pertengahan tahun yang KoinWorks rilis untuk merangkum pertumbuhan dan perkembangan UKM. KoinWorks melakukan survei kepada lebih dari 2.000 UKM yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Pelaku UKM yang berpartisipasi dalam riset ini terbagi dalam 7 kategori wilayah di Indonesia: Sumatra, DKI Jakarta, Jawa, Bali - Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku - Papua.
Informasi terkait kinerja usaha mereka selama pandemi, yang meliputi penjualan, pertumbuhan usaha, supply chain, operasional usaha, permodalan, dan inovasi bisnis, diperhitungkan sebagai titik data dalam laporan ini.
(msd)