Perang Rusia-Ukraina Dongkrak Harga Minyak Mentah, Ridwan Kamil: Momentum Kembangkan EBT

Rabu, 16 Maret 2022 - 14:41 WIB
loading...
A A A
"Tidak perlu program yang muluk-muluk, tetapi buatlah skema program yang masuk akal dan applicable di daerah, kecil tapi bisa dijalankan dan memberi manfaat untuk masyarakat. Saya sebagai ketua ADPMET bersedia membantu mencarikan investor (untuk pengembangan potensi ET) asalkan daerah sudah siap dengan data-datanya, tetapi no data no action," lanjut Kang Emil.

Namun demikian, dikarenakan kenaikan harga minyak mentah dunia ini akibat isu geopolitik global yang disebabkan perang Rusia vs Ukraini, pihaknya pun berharap, perang tersebut dapat segera berakhir. "Semoga Rusia dan Ukraina bisa kembali ke meja perundingan dan perang antarnegara ini bisa selesai secepatnya," ucapnya.

Terakhir, Kang Emil pun berharap, melalui ADPMET, daerah-daerah penghasil migas anggota ADPMET bisa menjadi contoh atau pelopor bagi daerah lainnya terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia. "ADPMET juga akan terus mendorong dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk terus membantu daerah tidak hanya dalam sektor migas namun juga energi terbarukan," tandasnya.

Sementara itu, Sekjen ADPMET, Andang Bachtiar mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan daerah penghasil migas akibat kemungkinan adanya peningkatan penerimaan daerah dari DBH Migas, khususnya untuk diversiasi energi.

Menurutnya, dalam konteks ADPMET, kondisi tersebut tentunya dapat dipergunakan untuk pilot-pilot project energi terbarukan atau pembuatan dan pengembangan fasilitas-fasilitas energi terbarukan di daerah. "ADPMET melihat kenaikan harga ICP saat ini dapat dimanfaatkan sebagai berkah bagi daerah penghasil migas, sehingga daerah bisa turut serta mengembangkan potensi energi baru dan terbarukan dari kenaikan DBH yang akan diterima nantinya," terangnya

Andang juga menyampaikan bahwa gejolak harga minyak tersebut diprediksi akan berlangsung cukup lama dan semakin diperburuk dengan ketengangan antara Rusia dengan NATO. "Hal tersebut berkaitan dengan ancaman penyetopan suplai gas oleh Rusia ke pasar global, khususnya suplai gas ke negara-negara Eropa sebagai tanggapan terhadap sanksi-sanksi yang dijatuhkan. Salah satunya terkait rencana Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakukan pelarangan impor minyak Rusia akibat invasi yang dilakukan ke Ukraina," kata Andang.
(don)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1537 seconds (0.1#10.140)