Perang Rusia-Ukraina Dongkrak Harga Minyak Mentah, Ridwan Kamil: Momentum Kembangkan EBT

Rabu, 16 Maret 2022 - 14:41 WIB
loading...
Perang Rusia-Ukraina...
Gubernur Jabar yang juga Ketua ADPMET, Ridwan Kamil. Foto/Dok
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, gejolak geopolitik dunia saat ini, khususnya di Eropa sangat berpengaruh terhadap situasi global, tak terkecuali terhadap sektor energi. Salah satu yang cukup terasa akibat dari invasi Rusia atas Ukraina adalah terjadinya lonjakan harga minyak mentah dunia yang cukup tinggi yang berpengaruh terhadap harga minyak Indonesia (ICP). Lonjakan harga minyak mentah dunia menjadi momentum pengembangan riset energi baru terbarukan (EBT).

"Harga rata-rata ICP per bulan Februari 2022 sudah dipatok 95,72 US Dolar per barel, kenaikan ini cukup signifikan jika dibandingkan harga setahun sebelumnya yang berada di sekitar 60,36 US Dolar per barel," kata Ridwan Kamil di Bandung, Rabu (16/3/2022). Baca Juga: Melihat Kemegahan Museum Tsunami Aceh Rancangan Ridwan Kamil

Menurut Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, kondisi ini tentu saja akan menjadi berkah bagi penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas), termasuk juga pada penerimaan dana bagi hasil (DBH) migas kepada daerah.

"Kenaikan harga minyak ini diharapkan menjadi momentum bagi daerah penghasil migas untuk memanfaatkan windfall profit dari DBH migas untuk pengembangan energi baru dan terbarukan di daerah," kata Kang Emil yang juga Ketua Umum Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET).

Kang Emil mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup lengkap dan sangat berpotensi untuk dikembangkan dan dimafaatkan. Namun, saat ini, komitmen serius dari pemerintah daerah untuk mengembangkan energi terbarukan masih sangat kecil.



Oleh karenanya, Kang Emil mengimbau dan mendorong agar daerah-daerah penghasil migas untuk mempersiapkan pilot-pilot project pengembangan energi terbarukan untuk kemandirian energi di daerah ke depannya.

"Saya menghimbau, mari daerah-daerah sambil mengurusi migas yang di depan mata, kita mulai pelan-pelan mempersiapkan proyek-proyek energi terbarukan," imbuhnya.

Sebagai Ketua ADPMET, Kang Emil menyatakan, pihaknya bersedia membantu daerah-daerah anggota ADPMET yang telah siap mengembangkan energi terbarukan di daerahnya, khususnya untuk mendapatkan investor dalam pengembangan energi terbarukan.

"ADPMET siap menjadi fasilitator untuk daerah-daerah dalam mengembangkan pembangkit listrik renewable, khususnya di desa-desa. Kepada anggota ADPMET, silahkan menyampaikan proposal kepada ADPMET sesuai dengan potensi yang ada di daerah masing-masing," jelasnya.

"Tidak perlu program yang muluk-muluk, tetapi buatlah skema program yang masuk akal dan applicable di daerah, kecil tapi bisa dijalankan dan memberi manfaat untuk masyarakat. Saya sebagai ketua ADPMET bersedia membantu mencarikan investor (untuk pengembangan potensi ET) asalkan daerah sudah siap dengan data-datanya, tetapi no data no action," lanjut Kang Emil.

Namun demikian, dikarenakan kenaikan harga minyak mentah dunia ini akibat isu geopolitik global yang disebabkan perang Rusia vs Ukraini, pihaknya pun berharap, perang tersebut dapat segera berakhir. "Semoga Rusia dan Ukraina bisa kembali ke meja perundingan dan perang antarnegara ini bisa selesai secepatnya," ucapnya.

Terakhir, Kang Emil pun berharap, melalui ADPMET, daerah-daerah penghasil migas anggota ADPMET bisa menjadi contoh atau pelopor bagi daerah lainnya terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia. "ADPMET juga akan terus mendorong dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk terus membantu daerah tidak hanya dalam sektor migas namun juga energi terbarukan," tandasnya.

Sementara itu, Sekjen ADPMET, Andang Bachtiar mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan daerah penghasil migas akibat kemungkinan adanya peningkatan penerimaan daerah dari DBH Migas, khususnya untuk diversiasi energi.

Menurutnya, dalam konteks ADPMET, kondisi tersebut tentunya dapat dipergunakan untuk pilot-pilot project energi terbarukan atau pembuatan dan pengembangan fasilitas-fasilitas energi terbarukan di daerah. "ADPMET melihat kenaikan harga ICP saat ini dapat dimanfaatkan sebagai berkah bagi daerah penghasil migas, sehingga daerah bisa turut serta mengembangkan potensi energi baru dan terbarukan dari kenaikan DBH yang akan diterima nantinya," terangnya

Andang juga menyampaikan bahwa gejolak harga minyak tersebut diprediksi akan berlangsung cukup lama dan semakin diperburuk dengan ketengangan antara Rusia dengan NATO. "Hal tersebut berkaitan dengan ancaman penyetopan suplai gas oleh Rusia ke pasar global, khususnya suplai gas ke negara-negara Eropa sebagai tanggapan terhadap sanksi-sanksi yang dijatuhkan. Salah satunya terkait rencana Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakukan pelarangan impor minyak Rusia akibat invasi yang dilakukan ke Ukraina," kata Andang.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2281 seconds (0.1#10.140)