Keseruan Lomba Melukis Gus Muhaimin Capres 2024 Pakai Cethe di Batang Rokok
loading...
A
A
A
Menurut Adimas, tujuan lomba cethe dalam rangka mengenalkan Gus Muhaimin, yang dinilai layak jadi presiden RI 2024. Yang tidak kalah penting, kata dia lomba ini juga mewadahi komunitas pecinta cethe untuk berkreasi.
Lomba yang digelar juga sekaligus menumbuhkan perekonomian di Tulungagung, khususnya warung kopi di tengah masa pandemi COVID-19. " Lomba ini juga dalam rangka pembinaan pecinta cethe. Hadiah yang kami sediakan Rp5,7 juta dan tropy," paparnya.
Dalam lomba cethe ini panitia menghadirkan tiga dewan juri. Mereka merupakan seniman lukis senior yang sudah melalang di kancah internasional, yaitu Aditya Krisna, dan Nur Ali, serta Fajar Hidayat (Dewan Kesenian Tulungagung).
Aditya Krisna mengatakan, ada beberapa kriteria penilaian dalam lomba ini, yaitu kerapian, kepadatan dan estetika. "Mereka yang lukisanya bagus biasanya seperti batik," ujarnya.
Lebih lanjut Aditya menyebut, tahapan yang harus dilalui agar menghasilkan lukisan cethe yang bagus. Menurutnya wedang kopi yang sudah ada bubuk, gula dan diberi air panas dalam cangkir. Kopi kemudian diaduk dan dibiarkan dua menit agar bubuk yang kasar turun dan mengendap.
Setelah itu kopi dituangkan ke lepek dan ditunggu beberapa saat. Setelah ampas kopi sudah turun baru wedang kopi dikembalikan ke cangkir. "Untuk lebih mengurangi kadar air bisa diserap dengan tisu. Cethe baru bisa dibuat melukis pada batang rokok. Biasanya ada yang dicampuri susu," pungkasnya.
Sulistiyono atau yang akrab disapa Cak Cuplis keluar sebagai juara dua. Ia berharap ke depannya acara serupa bisa terus diadakan, karena merasa ada penghargaan terhadap karya seni. "Dan kami juga yakin, bahwa Gus Muhaimin adalah tokoh yang dapat membawa perubahan Indonesia menjadi lebih baik," tuturnya.
Lomba yang digelar juga sekaligus menumbuhkan perekonomian di Tulungagung, khususnya warung kopi di tengah masa pandemi COVID-19. " Lomba ini juga dalam rangka pembinaan pecinta cethe. Hadiah yang kami sediakan Rp5,7 juta dan tropy," paparnya.
Dalam lomba cethe ini panitia menghadirkan tiga dewan juri. Mereka merupakan seniman lukis senior yang sudah melalang di kancah internasional, yaitu Aditya Krisna, dan Nur Ali, serta Fajar Hidayat (Dewan Kesenian Tulungagung).
Aditya Krisna mengatakan, ada beberapa kriteria penilaian dalam lomba ini, yaitu kerapian, kepadatan dan estetika. "Mereka yang lukisanya bagus biasanya seperti batik," ujarnya.
Lebih lanjut Aditya menyebut, tahapan yang harus dilalui agar menghasilkan lukisan cethe yang bagus. Menurutnya wedang kopi yang sudah ada bubuk, gula dan diberi air panas dalam cangkir. Kopi kemudian diaduk dan dibiarkan dua menit agar bubuk yang kasar turun dan mengendap.
Setelah itu kopi dituangkan ke lepek dan ditunggu beberapa saat. Setelah ampas kopi sudah turun baru wedang kopi dikembalikan ke cangkir. "Untuk lebih mengurangi kadar air bisa diserap dengan tisu. Cethe baru bisa dibuat melukis pada batang rokok. Biasanya ada yang dicampuri susu," pungkasnya.
Sulistiyono atau yang akrab disapa Cak Cuplis keluar sebagai juara dua. Ia berharap ke depannya acara serupa bisa terus diadakan, karena merasa ada penghargaan terhadap karya seni. "Dan kami juga yakin, bahwa Gus Muhaimin adalah tokoh yang dapat membawa perubahan Indonesia menjadi lebih baik," tuturnya.
(eyt)