Perguruan Tinggi Vokasi Bukan Perguruan Tinggi Kelas Dua
loading...
A
A
A
SEMARANG - Pendidikan menjadi salah satu program pemerintah yang harus serius diperhatikan. Salah satunya adalah pendidikan vokasi sebagai isu penting peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.
Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin), Dr Sri Tutie Rahayu, M.Si mengatakan, melalui kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi, pemerintah terus berupaya meningkatkan produktivitas, inovasi, serta daya saing bangsa. Menurutnya, program digitalisasi sekolah, langkah pemerintah untuk mempersiapkan sekolah memasuki era revolusi industri 4.0.
“Sebagaimana pernah disampaikan Presiden Jokowi. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, bonus demografi jadi perhatian khusus untuk mempersiapkan tenaga kerja yang bersaing di pasar global. Urgensi peningkatan daya saing sumber daya manusia dan revitalisasi pendidikan vokasi secara terpadu untuk menyongsong bonus demografi,” kata Sri Tutie, Minggu (14/6/2020).
Dia menambahan, revitalisasi pendidikan vokasi diartikan lebih pada menyiapkan tenaga kerja berdaya saing, terampil, bermutu, serta relevan dengan tuntutan dunia kerja.
“Jadi, Perguruan tinggi Vokasi bukanlah perguruan tinggi kelas dua, seperti rumor yang masih beredar sampai saat ini di masyarakat. Tetapi adalah perguruan tinggi ilmu terapan. Di sini mahasiswa betul-betul dipersiapkan untuk siap bekerja,” tegasnya.
Kesiapan mahasiswa bekerja ini, lanjut dia, sudah dibekali oleh perguruan tinggi Vokasi ketika magang di industri yang telah bekerjasama, yang sering kita kenal dengan istilah Dunia Usaha Dan Industri (DUDI)
“Polimarin sebagai garda terdepan pendidikan telah berkarya di mata dunia. Adanya para pelaut lulusan Polimarin telah digunakan di berbagai negara bukan hanya Indonesia,” ungkapnya.
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud RI Wikan Sakarinro ST MSc PhD saat menjadi keynote speech dalam seminar webinar mengutarakan bahwa tuntutan DUDI pada dunia pendidikan, termasuk sekolah maupun pendidikan tinggi (PT) vokasi, saat ini tidak lagi pada tataran link and match.
“Namun sudah lebih jauh lagi yaitu lulusan harus sudah siap plug and play alias langsung “tancap dan jalan/main” kalau diibaratkan perangkat elektronik,” kata Wikan.(Baca juga : Direksi-Komisaris Baru PT LIB, PSIS : Jangan Untuk Main-Main! )
Menurutnya, masalah link and match sekolah dan PT termasuk PT vokasi dengan DUDI sudah sangat lama digalakkan dan sudah dilakukan di era Menteri Wardiman dan diteruskan ke era-era menteri setelahnya. Sehingga saat ini sudah harus pada tataran selanjutnya yaitu plug and play.
“Selain itu hard skill tidak terlalu dipentingkan, lima tahun mendatang akan usang sehingga yang utama perlu ditanamkan adalah soft skills agar lulusan menjadi pribadi pembelajar mandiri sepanjang hayat,” jelasnya.
Sementara, dalam seminar webinar (12/6) bertemakan Sinergitas Pendidikan Vokasi Unggul dengan Dunia Usaha Menjadikan Politeknik Kelas Dunia menghadirkan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Zainal Arief, Direktur Politeknik Negeri Batam Priyono Eko Sanyoto , Direktur Politeknik Negeri Bandung Rachmad Imbang Tritjahjono, dan Wakil Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Suprapto.
Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin), Dr Sri Tutie Rahayu, M.Si mengatakan, melalui kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi, pemerintah terus berupaya meningkatkan produktivitas, inovasi, serta daya saing bangsa. Menurutnya, program digitalisasi sekolah, langkah pemerintah untuk mempersiapkan sekolah memasuki era revolusi industri 4.0.
“Sebagaimana pernah disampaikan Presiden Jokowi. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, bonus demografi jadi perhatian khusus untuk mempersiapkan tenaga kerja yang bersaing di pasar global. Urgensi peningkatan daya saing sumber daya manusia dan revitalisasi pendidikan vokasi secara terpadu untuk menyongsong bonus demografi,” kata Sri Tutie, Minggu (14/6/2020).
Dia menambahan, revitalisasi pendidikan vokasi diartikan lebih pada menyiapkan tenaga kerja berdaya saing, terampil, bermutu, serta relevan dengan tuntutan dunia kerja.
“Jadi, Perguruan tinggi Vokasi bukanlah perguruan tinggi kelas dua, seperti rumor yang masih beredar sampai saat ini di masyarakat. Tetapi adalah perguruan tinggi ilmu terapan. Di sini mahasiswa betul-betul dipersiapkan untuk siap bekerja,” tegasnya.
Kesiapan mahasiswa bekerja ini, lanjut dia, sudah dibekali oleh perguruan tinggi Vokasi ketika magang di industri yang telah bekerjasama, yang sering kita kenal dengan istilah Dunia Usaha Dan Industri (DUDI)
“Polimarin sebagai garda terdepan pendidikan telah berkarya di mata dunia. Adanya para pelaut lulusan Polimarin telah digunakan di berbagai negara bukan hanya Indonesia,” ungkapnya.
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud RI Wikan Sakarinro ST MSc PhD saat menjadi keynote speech dalam seminar webinar mengutarakan bahwa tuntutan DUDI pada dunia pendidikan, termasuk sekolah maupun pendidikan tinggi (PT) vokasi, saat ini tidak lagi pada tataran link and match.
“Namun sudah lebih jauh lagi yaitu lulusan harus sudah siap plug and play alias langsung “tancap dan jalan/main” kalau diibaratkan perangkat elektronik,” kata Wikan.(Baca juga : Direksi-Komisaris Baru PT LIB, PSIS : Jangan Untuk Main-Main! )
Menurutnya, masalah link and match sekolah dan PT termasuk PT vokasi dengan DUDI sudah sangat lama digalakkan dan sudah dilakukan di era Menteri Wardiman dan diteruskan ke era-era menteri setelahnya. Sehingga saat ini sudah harus pada tataran selanjutnya yaitu plug and play.
“Selain itu hard skill tidak terlalu dipentingkan, lima tahun mendatang akan usang sehingga yang utama perlu ditanamkan adalah soft skills agar lulusan menjadi pribadi pembelajar mandiri sepanjang hayat,” jelasnya.
Sementara, dalam seminar webinar (12/6) bertemakan Sinergitas Pendidikan Vokasi Unggul dengan Dunia Usaha Menjadikan Politeknik Kelas Dunia menghadirkan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Zainal Arief, Direktur Politeknik Negeri Batam Priyono Eko Sanyoto , Direktur Politeknik Negeri Bandung Rachmad Imbang Tritjahjono, dan Wakil Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Suprapto.
(nun)