Monolog Pakai Hazmat, Seniman Meimura Ingatkan Ancaman Corona Saat New Normal

Sabtu, 13 Juni 2020 - 12:30 WIB
loading...
Monolog Pakai Hazmat, Seniman Meimura Ingatkan Ancaman Corona Saat New Normal
Meimura mengenakan Hazmat ketika pentas monolog dirumahnya, di Surabaya. Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Pentolan Teater Ragil Surabaya, Meimura, terus mengingatkan masyarakat tetap waspada terhadap ancaman virus corona. Apalagi saat ini pemerintah sudah mencabut PSBB dan mulai menerapkan tatanan kehidupan baru atau New Normal.

Meimura mengatakan, pencabutan PSBB bukan berarti virus Corona sudah lenyap. Hal itu dibuktinya semakin meningkatnya jumlah penghuni rumah sakit rujukan Covid-19. Ditambah lagi banyaknya para tenaga medis yang gugur akibat tersengat virus dari Wuhan tersebut.

"Saat ini masyarakat menghadapi new normal. Dimana ada tatanan normal baru yang artinya kita harus tetap waspada dengan corona," katanya pada Sindonews.com usai pentas molonog di rumahnya.

Dalam monolognya, Meimura mengenakan properti berupa Alap Pelindung Diri (APD) lengkap dan obor. Pemakaian APD tersebut sebagai simbol bahwa setiap waktu, setiap detik masyarakat harus siap menghadapi musuh yang tidak nampak. Setiap orang, kata Meimura, harus mempersenjatai diri secara lahir dan batin.

Secara batin musti terus berdoa pada Tuhan supaya wabah segera berakhir, sedangkan secara lahir wajib memproteksi dirinya sesuai dengan protokol yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Seperti melengkapi diri dengan masker, hand sanitizer, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak sosial.

"Kalau perang secara fisik kita bisa pakai senjata dan kekuatan fisik hingga ilmu kanuragan. Nah, dalam konteks ini tidak begitu. Kita harus safety, aman betul mulai diri kita baik secara lahiriyah maupun batin," tuturnya.

Meimura sendiri mengakui, untuk mentaati protokol pencegahan corona memang tidak mudah karena berlawan dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan berkumpul, berdekatan, salaman dan lainnya. Sedangkan didalam normal baru ini kebiasaan harus berubah.

"Maka kita harus menemukan sesuatu yang baru yang kemudian menjadi normal. Kkarena corona ini sama dengan flu, berarti akan ada terus. Bedanya flu yang kita alami ini tidak mengancam jiwa, namun corona ini mengancam," imbuhnya.

Ia berpendapat, dalam menghadapi Pandemi Covid-19 ini masyarakat khususnya Jawa Timur perlu diikat layaknya resolusi jihad. Bedanya yang dihadapi saat ini memang musuh yang tidak terlihat namun berakibat fatal jika terjangkit. Siapapun yang lengah maka akan sakit dan kalau tidak sembuh akan meninggal dunia.

Selain itu, lanjut dia, peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan dalam melawan wabah ini. Kebudayaan gotong royong yang selama ini telah mengakar diyakini bisa menjadi senjata ampuh.

"Saya ingin jadi bagian yang ingin terus mengingatkan pada publik. Sebagai seniman, mungkin saat ini hanya itu yang bisa kita lakukan yakni terus mengingatkan dengan cara kita," ujarnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1800 seconds (0.1#10.140)