Kisah Kebo Iwa, Pemuda Bertubuh Raksasa dan Mitos Terbentuknya Danau Batur di Kintamani
loading...
A
A
A
Kebo Iwa merupakan sosok yang sangat dikenal di Bali. Ada dua kisah yang melegenda tentang sosok Kebo Iwa. Kisah pertama tentang sosoknya yang tinggi besar layaknya raksasa terkait dengan asal usul Danau Batur yang terletak di Desa Penelokan Utara, Kintamani, Bangli, Bali.
Kisahnya yang lain yakni, Kebo Iwa memiliki kesaktian dan kekuatan kanuragan yang tinggi hingga ditakuti prajurit Kerajaan Majapahit saat akan ekspansi menyerang ke Bali.
Cerita pagi kali ini tentang Kebo Iwa yang diyakini terkait dengan terbentuknya Danau Batur.
Danau Batur merupakan destinasi wisata terkenal di Pulau Dewata. Lokasinya yang berhawa dingin dan sejuk berada sekitar 65 km dari Kota Denpasar. Di samping danau berdiri kokoh Gunung Batur dengan ketinggian 1.717 meter di atas permukaan laut atau 686 meter dari permukaan air Danau Batur.
Dalam kisah legenda yang ada di Bali, terbentuknya Danau Batur tak lepas dari sosok Kebo Iwa, raksasa yang suka menolong para penduduk sekitar. Kebo Iwa lahir dari pasangan suami-istri di desa sekitar Danau Batur yang sudah lama sangat menginginkan keturunan.
Hingga akhirnya sang istri hamil dan melahirkan anak. Anehnya, si anak dalam perkembangannya sangat cepat dan mengkonsumsi makanan yang sangat banyak. Bahkan makanan yang disantap hingga beberapa kali porsi orang dewasa.
Karena memiliki tubuh tinggi besar layaknya raksasa maka Kebo Iwa sering dimintai tolong membangun bangunan rumah-rumah dan pura tempat ibadah para penduduk. Dalam kisahnya, Kebo Iwa tidak meminta apapun sebagai imbalan atas bantuannya, ia hanya meminta disediakan makanan yang banyak.
Awalnya, para penduduk pun bisa menyanggupi permintaan makanan dari Kebo Iwa. Namun lama kelamaan para penduduk pun merasa kesulitan terutama saat musim kemarau datang.
Apalagi lumbung padi peduduk desa pelan-pelan menjadi kosong, bahan makanan pokok pun mulai sulit didapat. Kekeringan dan kesulitan bahan makanan menimpa penduduk desa.
Dampaknya makanan yang disajikan untuk Kebo Iwa pun berkurang. Hingga akhirnya sang raksasa pun mengamuk karena tidak mendapatkan keinginannya. Rumah penduduk dirusak Kebo Iwa karena lapar.
Ketakukan dengan amukan Kebo Iwa, disebutkan lebih lanjut para penduduk pun berpikir keras cara untuk melawan sang raksasa yang begitu kuat tersebut.
Hingga akhirnya masyarakat sepakat untuk mengelabui Kebo Iwa dengan berpura-pura membutuhkan pertolongan Kebo Iwa untuk membangun kembali rumah-rumah serta pura tempat peribadatan yang telah dirusak Kebo Iwa.
Sebagai bayarannya penduduk yang diwakili oleh kepala kampung berjanji akan menyediakan makanan yang banyak kepada Kebo Iwa.
Sang raksasa pun tergiur dengan tawaran penduduk desa dan bersedia untuk membangun kembali rumah-rumah dan pura yang telah dirusaknya dalam waktu singkat. Sementara itu, di saat yang sama para penduduk desa disebutkan mengumpulkan kapur dalam jumlah yang banyak.
Kemudian ketika Kebo Iwa sedang sibuk menggali sumur, dengan menggunakan kedua tangannya langsung untuk menggali tanah. Perlahan-lahan, sumur yang digali pun semakin dalam.
Sesekali sang raksasa disebutkan beristirahat di dalam sumur ketika siang hari. Kemudian, para penduduk menggunakan kesempatan ini untuk memusnahkan sang raksasa.
Penduduk desa mengubur Kebo Iwa hidup-hidup, yakni menimbunnya dengan kapur yang begitu banyak. Kebo Iwa tubuhnya merasa panas akibat tercampurnya kapur dengan air, hingga disebutkan sang raksasan akhirnya mati tenggelam terkubur di dalam sumur yang ia gali sendiri.
Hal itu akibat air yang bercampur dengan kapur dan menciptakan panas yang melepuhkan kulit.
Lama kelamaan air sumur terus mengalir deras lalu meluap dan banjir melanda desa tempat tinggal warga. Luapan sumur yang terus mengalir itu berubah menjadi danau yang kini di sebut Danau Batur.
Sedangkan tumpukan tanah yang digali dari sumur tersebut menjadi sebuah gunung yang dinamai Gunung Batur. Kisah cerita rakyat ini diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai asal-usul terbentuknya danau dan Gunung Batur.
Namun, jika ditelisik dari sisi ilmu ilmiah, proses terbentuknya Danau Batur dikarenakan dua letusan Gunung Batur tua yang memiliki ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut.
Gunung Batur tua meletus sekitar 29.300 tahun yang lalu dan menghancurkan separuh bagian gunung bagian atas. Letusan dahsyat tersebut mengakibatkan oleh amblasnya dasar Gunung Batur.
Ukuranya 13,8 kali 10 kilometer persegi melingkar dengan diameter 7,5 kilometer lalu membentuk dinding terjal sedalam kira-kira 400 meter, hingga muncul kaldera yang pertama.
Selanjutnya letusan kedua yang terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dari kawasan pusat kaldera dan Danau Batur.
Letusan ini memicu kembali amblasnya dasar Gunung Batur yang membentuk kaldera melingkar di dalam kaldera pertama, terjadilah kaldera kedua yang membentuk topografi dinding terjal sedalam rata-rata 200 meter.
Bagian daerah terendah Gunung Batur inilah yang kemudian membentuk menjadi danau yang disebabkan proses akumulasi air hujan yang sekarang dikenal sebagai Danau Batur.
Sumber: Okezone, dongengceritarakyat dan berbagai sumber diolah
Lihat Juga: Momen Perubahan Gaya Hidup Sultan Hamengkubuwono IV yang Berseberangan dengan Pangeran Diponegoro
Kisahnya yang lain yakni, Kebo Iwa memiliki kesaktian dan kekuatan kanuragan yang tinggi hingga ditakuti prajurit Kerajaan Majapahit saat akan ekspansi menyerang ke Bali.
Cerita pagi kali ini tentang Kebo Iwa yang diyakini terkait dengan terbentuknya Danau Batur.
Danau Batur merupakan destinasi wisata terkenal di Pulau Dewata. Lokasinya yang berhawa dingin dan sejuk berada sekitar 65 km dari Kota Denpasar. Di samping danau berdiri kokoh Gunung Batur dengan ketinggian 1.717 meter di atas permukaan laut atau 686 meter dari permukaan air Danau Batur.
Dalam kisah legenda yang ada di Bali, terbentuknya Danau Batur tak lepas dari sosok Kebo Iwa, raksasa yang suka menolong para penduduk sekitar. Kebo Iwa lahir dari pasangan suami-istri di desa sekitar Danau Batur yang sudah lama sangat menginginkan keturunan.
Hingga akhirnya sang istri hamil dan melahirkan anak. Anehnya, si anak dalam perkembangannya sangat cepat dan mengkonsumsi makanan yang sangat banyak. Bahkan makanan yang disantap hingga beberapa kali porsi orang dewasa.
Karena memiliki tubuh tinggi besar layaknya raksasa maka Kebo Iwa sering dimintai tolong membangun bangunan rumah-rumah dan pura tempat ibadah para penduduk. Dalam kisahnya, Kebo Iwa tidak meminta apapun sebagai imbalan atas bantuannya, ia hanya meminta disediakan makanan yang banyak.
Awalnya, para penduduk pun bisa menyanggupi permintaan makanan dari Kebo Iwa. Namun lama kelamaan para penduduk pun merasa kesulitan terutama saat musim kemarau datang.
Apalagi lumbung padi peduduk desa pelan-pelan menjadi kosong, bahan makanan pokok pun mulai sulit didapat. Kekeringan dan kesulitan bahan makanan menimpa penduduk desa.
Dampaknya makanan yang disajikan untuk Kebo Iwa pun berkurang. Hingga akhirnya sang raksasa pun mengamuk karena tidak mendapatkan keinginannya. Rumah penduduk dirusak Kebo Iwa karena lapar.
Ketakukan dengan amukan Kebo Iwa, disebutkan lebih lanjut para penduduk pun berpikir keras cara untuk melawan sang raksasa yang begitu kuat tersebut.
Hingga akhirnya masyarakat sepakat untuk mengelabui Kebo Iwa dengan berpura-pura membutuhkan pertolongan Kebo Iwa untuk membangun kembali rumah-rumah serta pura tempat peribadatan yang telah dirusak Kebo Iwa.
Sebagai bayarannya penduduk yang diwakili oleh kepala kampung berjanji akan menyediakan makanan yang banyak kepada Kebo Iwa.
Sang raksasa pun tergiur dengan tawaran penduduk desa dan bersedia untuk membangun kembali rumah-rumah dan pura yang telah dirusaknya dalam waktu singkat. Sementara itu, di saat yang sama para penduduk desa disebutkan mengumpulkan kapur dalam jumlah yang banyak.
Kemudian ketika Kebo Iwa sedang sibuk menggali sumur, dengan menggunakan kedua tangannya langsung untuk menggali tanah. Perlahan-lahan, sumur yang digali pun semakin dalam.
Sesekali sang raksasa disebutkan beristirahat di dalam sumur ketika siang hari. Kemudian, para penduduk menggunakan kesempatan ini untuk memusnahkan sang raksasa.
Penduduk desa mengubur Kebo Iwa hidup-hidup, yakni menimbunnya dengan kapur yang begitu banyak. Kebo Iwa tubuhnya merasa panas akibat tercampurnya kapur dengan air, hingga disebutkan sang raksasan akhirnya mati tenggelam terkubur di dalam sumur yang ia gali sendiri.
Hal itu akibat air yang bercampur dengan kapur dan menciptakan panas yang melepuhkan kulit.
Lama kelamaan air sumur terus mengalir deras lalu meluap dan banjir melanda desa tempat tinggal warga. Luapan sumur yang terus mengalir itu berubah menjadi danau yang kini di sebut Danau Batur.
Sedangkan tumpukan tanah yang digali dari sumur tersebut menjadi sebuah gunung yang dinamai Gunung Batur. Kisah cerita rakyat ini diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai asal-usul terbentuknya danau dan Gunung Batur.
Namun, jika ditelisik dari sisi ilmu ilmiah, proses terbentuknya Danau Batur dikarenakan dua letusan Gunung Batur tua yang memiliki ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut.
Gunung Batur tua meletus sekitar 29.300 tahun yang lalu dan menghancurkan separuh bagian gunung bagian atas. Letusan dahsyat tersebut mengakibatkan oleh amblasnya dasar Gunung Batur.
Ukuranya 13,8 kali 10 kilometer persegi melingkar dengan diameter 7,5 kilometer lalu membentuk dinding terjal sedalam kira-kira 400 meter, hingga muncul kaldera yang pertama.
Selanjutnya letusan kedua yang terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dari kawasan pusat kaldera dan Danau Batur.
Letusan ini memicu kembali amblasnya dasar Gunung Batur yang membentuk kaldera melingkar di dalam kaldera pertama, terjadilah kaldera kedua yang membentuk topografi dinding terjal sedalam rata-rata 200 meter.
Bagian daerah terendah Gunung Batur inilah yang kemudian membentuk menjadi danau yang disebabkan proses akumulasi air hujan yang sekarang dikenal sebagai Danau Batur.
Sumber: Okezone, dongengceritarakyat dan berbagai sumber diolah
Lihat Juga: Momen Perubahan Gaya Hidup Sultan Hamengkubuwono IV yang Berseberangan dengan Pangeran Diponegoro
(shf)