Gunungkidul Geger, 13 Warga Suspect Antraks Usai Makan Daging Sapi Sakit
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Sebanyak 13 warga Desa Gombang, Ponjong, Gunungkidul, DIY suspect antraks. Dugaan itu muncul setelah mereka membrandu atau memakan daging sapi yang sakit dan ternyata terjangkit penyakit antraks. Hasil laboratorium yang sudah dikeluarkan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) terdapat 5 ekor sapi dan 3 ekor kambing yang positif antraks.
Kepala Desa Gombang, Supriyanto dan warga menunjukkan kandang sapi yang terjangkit penyakit antraks. Foto/iNews TV/Kismaya
Saat ini pihak desa meminta kepada warga untuk menahan diri untuk tidak menjual binatang ternak hingga temuan antraks bisa dikendalikan.
Hal itu dilakukan pasca 13 warga Desa Gombang suspect antraks yang disebabkan karena ada kebiasaan membrandu atau menyembelih hewan sakit untuk kemudian dibagi-bagikan ataupun dijual dengan harga miring.
Peristiwa tersebut berawal ketika sapi milik salah Rudiyanto, salah seorang warga Desa Gombang tiba-tiba sakit. Sapi yang dibeli seharga 16 juta pada usai perayaan Idul Adha 2021 tersebut mendadak tidak mau makan. Kemudian sempat dipanggilkan dokter hewan untuk memeriksanya.
Rudiyanto menuturkan, karena kondisi sapi yang semakin memburuk akhirnya diputuskan untuk menyembelih sapi tersebut sebelum mati. Selanjutnya membagi-bagikan daging tersebut kepada warga sekitar. Bahkan terdapat juga sapi yang dijual dengan harga miring karena ukurannya yang besar.
"Selisih beberapa hari kemudian, kejadian serupa juga terjadi di mana terdapat kambing dan juga sapi yang tiba-tiba mengalami sakit dan mati. Sehingga total terdapat 5 sapi dan 3 ekor kambing yang sakit atau mati mendadak," ujarnya, Selasa (1/2/2022).
Usai memakan daging sapi tersebut, sebanyak 13 warga Desa Gombang mengalami sakit dengan gejala mirip antraks. Mulai dari mengalami mencret, demam hingga di beberapa bagian tubuh menjadi hitam.
Atas kejadian tersebut, warga berharap kepada pemerintah agar segera menindaklanjuti agar penyebaran antraks tidak semakin melebar.
Kepala Desa Gombang, Supriyanto menjelaskan, berdasarkan data sebanyak 5 sapi dan 3 kambing sejauh ini sudah positif antraks. Sapi dan kambing yang positif ini ada yang sudah disembelih, namun juga ada yang sudah langsung dikubur oleh pemiliknya.
"Di Desa Gombang pernah terjadi kasus antraks pada akhir 2019 lalu. Sehingga banyak warga yang sudah paham dan mengetahui cara penangannnya," ujarnya.
Khusus untuk warga yang suspect antraks, pemerintah desa sudah berkoordinasi untuk memberikan antibiotik. Selain itu meminta kepada warga untuk senatiasa menjaga kebersihan.
Sebab, antraks tidak menular dari manusia ke manusia sehingga tidak perlu membuat kekhawatiran berlebihan.
Pemerintah Desa berencana akan menggelar vaksinasi bagi seluruh binatang ternak serta mengimbau kepada warga Desa Gombang agar tidak menjual binatang ternak hingga adanya intruksi dari pemerintah terkait dengan penanganan antraks.
Kepala Desa Gombang, Supriyanto dan warga menunjukkan kandang sapi yang terjangkit penyakit antraks. Foto/iNews TV/Kismaya
Saat ini pihak desa meminta kepada warga untuk menahan diri untuk tidak menjual binatang ternak hingga temuan antraks bisa dikendalikan.
Hal itu dilakukan pasca 13 warga Desa Gombang suspect antraks yang disebabkan karena ada kebiasaan membrandu atau menyembelih hewan sakit untuk kemudian dibagi-bagikan ataupun dijual dengan harga miring.
Peristiwa tersebut berawal ketika sapi milik salah Rudiyanto, salah seorang warga Desa Gombang tiba-tiba sakit. Sapi yang dibeli seharga 16 juta pada usai perayaan Idul Adha 2021 tersebut mendadak tidak mau makan. Kemudian sempat dipanggilkan dokter hewan untuk memeriksanya.
Rudiyanto menuturkan, karena kondisi sapi yang semakin memburuk akhirnya diputuskan untuk menyembelih sapi tersebut sebelum mati. Selanjutnya membagi-bagikan daging tersebut kepada warga sekitar. Bahkan terdapat juga sapi yang dijual dengan harga miring karena ukurannya yang besar.
"Selisih beberapa hari kemudian, kejadian serupa juga terjadi di mana terdapat kambing dan juga sapi yang tiba-tiba mengalami sakit dan mati. Sehingga total terdapat 5 sapi dan 3 ekor kambing yang sakit atau mati mendadak," ujarnya, Selasa (1/2/2022).
Usai memakan daging sapi tersebut, sebanyak 13 warga Desa Gombang mengalami sakit dengan gejala mirip antraks. Mulai dari mengalami mencret, demam hingga di beberapa bagian tubuh menjadi hitam.
Atas kejadian tersebut, warga berharap kepada pemerintah agar segera menindaklanjuti agar penyebaran antraks tidak semakin melebar.
Kepala Desa Gombang, Supriyanto menjelaskan, berdasarkan data sebanyak 5 sapi dan 3 kambing sejauh ini sudah positif antraks. Sapi dan kambing yang positif ini ada yang sudah disembelih, namun juga ada yang sudah langsung dikubur oleh pemiliknya.
"Di Desa Gombang pernah terjadi kasus antraks pada akhir 2019 lalu. Sehingga banyak warga yang sudah paham dan mengetahui cara penangannnya," ujarnya.
Khusus untuk warga yang suspect antraks, pemerintah desa sudah berkoordinasi untuk memberikan antibiotik. Selain itu meminta kepada warga untuk senatiasa menjaga kebersihan.
Sebab, antraks tidak menular dari manusia ke manusia sehingga tidak perlu membuat kekhawatiran berlebihan.
Pemerintah Desa berencana akan menggelar vaksinasi bagi seluruh binatang ternak serta mengimbau kepada warga Desa Gombang agar tidak menjual binatang ternak hingga adanya intruksi dari pemerintah terkait dengan penanganan antraks.
(shf)