Mulai Hari ini Kepala Desa di Gunungkidul Resmi Disebut Lurah Desa
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Salah satu amanat Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta di bidang tata kelola pemeritahan adalah mengubah nama-nama organisasi pemerintah daerah (OPD) hingga desa.Setelah nama kecamatan menjadi Kapenewon dan Camatberubah Panewu, hari ini 144 kepala desa di Gunungkidul dikukuhkan menjadi Lurah Desa.
Pengukuhan dilakukan di Gedong Pracimosono dengan diwakili lima Lurah Desa, sedangkan lainnya di Bangsal Sewokoprojo dan kantor kecamatan melalui teleconference.Dalam sambutannya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan Lurah Desa hendaknya bisa memiliki filosofi Semar. Secara budaya, sebutan Lurah melekat pada sosok Ki Lurah Semar.
"Dari jagat pewayangan, sesungguhnya kita bisa bercermin tentang kehidupan dan perilaku, untuk dijadikan laku mulat-sarira, seperti sosok Semar, yang sejatinya adalah Sanghyang Ismayajati. Atau Ki Nayantaka yang berani menyandang kematian dan Sang Asmarasanta yang ada sejatinya cinta," kata Sultan dalam sambutannya, Kamis (11/6/2020).(Baca Juga: Kecamatan dan Desa Bakal Berubah Jadi Kapenewon dan Kalurahan)
Ngarsa dalem melanjutkan, sebagai abdi, Semar tidak hanya setia, tetapi juga kritis. Berkat dia dan anak-anaknya, maka dalam wayang ada polarisasi. Wayang tidak hanya merupakan pentas penguasa, tetapi juga suara kritis kaum abdi.
Semar bukanlah seorang pengimbau atau pengajar nilai-nilai. Ia hanya menginginkan agar ilmu yang telah dikuasai atasannya selalu dijalankan dengan konsekuen, agar ajaran dan nilai-nilai itu tidak berhenti sebagai pengetahuan dan imbauan saja, tetapi mewujud dalam tindakan nyata, ngèlmu iku kalakoné kanthi laku. Mereka meminta, agar para atasan dan kesatria menghormati dunia, sebab kalau tidak, ia akan membangun dunia dengan caranya sendiri.
Itulah yang terjadi dalam lakon "Sêmar mBangun Kayangan". Di sana, Semar membangun suatu dunia baru, to Build the World a New, yang lain dari dunia kesatria, yang dianggapnya sudah tidak bisa menampung cita-cita para kawulâ lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Sultan juga berpesan kepada Lurah Desa agar menjaga tanah desa serta tanah-tanah milik Keraton Yogyakarta. "Filosifi Semar hendaknya dimaknai bagaimana bisa melayani, termasuk dalam penanggulangan COVID-19, dengan mengajak seluruh warga untuk bersama-sama mencegah wabah tersebut. Selamat bekerja lebih baik lagi," katanya.
Pengukuhan dilakukan di Gedong Pracimosono dengan diwakili lima Lurah Desa, sedangkan lainnya di Bangsal Sewokoprojo dan kantor kecamatan melalui teleconference.Dalam sambutannya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan Lurah Desa hendaknya bisa memiliki filosofi Semar. Secara budaya, sebutan Lurah melekat pada sosok Ki Lurah Semar.
"Dari jagat pewayangan, sesungguhnya kita bisa bercermin tentang kehidupan dan perilaku, untuk dijadikan laku mulat-sarira, seperti sosok Semar, yang sejatinya adalah Sanghyang Ismayajati. Atau Ki Nayantaka yang berani menyandang kematian dan Sang Asmarasanta yang ada sejatinya cinta," kata Sultan dalam sambutannya, Kamis (11/6/2020).(Baca Juga: Kecamatan dan Desa Bakal Berubah Jadi Kapenewon dan Kalurahan)
Ngarsa dalem melanjutkan, sebagai abdi, Semar tidak hanya setia, tetapi juga kritis. Berkat dia dan anak-anaknya, maka dalam wayang ada polarisasi. Wayang tidak hanya merupakan pentas penguasa, tetapi juga suara kritis kaum abdi.
Semar bukanlah seorang pengimbau atau pengajar nilai-nilai. Ia hanya menginginkan agar ilmu yang telah dikuasai atasannya selalu dijalankan dengan konsekuen, agar ajaran dan nilai-nilai itu tidak berhenti sebagai pengetahuan dan imbauan saja, tetapi mewujud dalam tindakan nyata, ngèlmu iku kalakoné kanthi laku. Mereka meminta, agar para atasan dan kesatria menghormati dunia, sebab kalau tidak, ia akan membangun dunia dengan caranya sendiri.
Itulah yang terjadi dalam lakon "Sêmar mBangun Kayangan". Di sana, Semar membangun suatu dunia baru, to Build the World a New, yang lain dari dunia kesatria, yang dianggapnya sudah tidak bisa menampung cita-cita para kawulâ lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Sultan juga berpesan kepada Lurah Desa agar menjaga tanah desa serta tanah-tanah milik Keraton Yogyakarta. "Filosifi Semar hendaknya dimaknai bagaimana bisa melayani, termasuk dalam penanggulangan COVID-19, dengan mengajak seluruh warga untuk bersama-sama mencegah wabah tersebut. Selamat bekerja lebih baik lagi," katanya.
(abd)