Kisah Perjuangan Pelajar SMP di Sikka, Seberangi Sungai dan Menantang Maut agar Bisa Sekolah

Senin, 24 Januari 2022 - 10:36 WIB
loading...
Kisah Perjuangan Pelajar SMP di Sikka, Seberangi Sungai dan Menantang Maut agar Bisa Sekolah
Para pelajar SMPN di Sikka berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki menyeberang sungai dan melewati areal hutan agar bisa belajar.Foto/Joni Nura
A A A
MAUMERE - Demi kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, seorang pelajar SMPN 1 Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa menyeberang sungai dan menantang maut. Semua ini dilakukan setelah jembatan penghubung desa mereka putus diterjang banjir.

Para siswa berbondong-bondong ke sungai yang merupakan jalan pintas mereka ke sekolah. Apabila sungai ini banjir, mereka tidak masuk sekolah.

Baca juga: Jatuh dari Kapal, Bocah 5 Tahun Hilang Terbawa Arus

Hal ini dilakukan menyusul jebolnya jembatan di Dusun Kangarus, Desa Wolowiro, yang dihantam banjir dua hari lalu. Akses transportasi putus, tak ada kendaraan bermotor yang bisa melintas.

Namun para pelajar ini tak kecil semangat untuk tetap ke sekolah. Letak sekolahnya 50 meter dari lokasi jembatan yang roboh. Mereka melintasi jembatan yang roboh dan melompat ke jalan. "Kita harus hati-hati agar tidak terperosok ke lubang dan melintas di sungai," terang salah seorang pelajar, Marina Wende.

Menurutnya, semua itu dia lakukan bersama teman-temannya agar tetap bisa menuntut ilmu di tengah keterbatasan. "Kami berharap pemerintah segera bertindak dan membangun kembali jembatan yang putus ini," tambahnya.

Baca juga: Arteria Dahlan Minta Maaf, Budayawan: Warga Sunda Jangan Mau Dipolitisasi

"Bapak pemerintah, tolong bantu bangun kembali jembatan kami yang putus ini agar kami ke sekolah tidak ada rasa takut harus turun sungai," pintanya.

Dia juga menyesalkan jika harus sering-sering bolos sekolah karena sungai yang dia lewati banjir. "Apabila banjir besar, maka kami tidak bisa sekolah. Kami diliburkan karena tidak bisa melintas," imbuhnya.



Beda dengan Marina, banyak pelajar lain yang pilih jalan alternatif tetapi jaraknya cukup jauh. Harus melewati kawasan hutan, menyeberangi sungai untuk sampai ke sekolah.

Kepala Sekolah Suaharti Gesi berharap pemerintah bisa membangun jalan alternatif agar kegiatan belajar mengajar 200 siswa bisa berjalan normal. "Kalau saat banjir, maka kamu liburkan. Siswa kami takut banjir," tuturnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3725 seconds (0.1#10.140)