Marak Baliho Puan di Semeru, Pengamat: Mengeksploitasi Orang Kesusahan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Sebuah video baliho ketua DPR RI Puan Maharani bertebaran di sepanjang jalan menuju lokasi bencana letusan Gunung Semeru di Lumajang. Video itu dibagikan oleh akun instagram @surabayamelawan dan diberi caption 'semeru meletus, korban tak terurus, politik jalan terus'.
Baliho tersebut bertuliskan "Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan." Tampak foto Puan dengan latar belakang gambar para pengungsi erupsi Gunung Semeru. Baliho tersebut muncul sejak Puan Maharani datang ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan pada Senin (20/12/2021).
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo (UTM) Madura, Surokim Abdussalam, keberadaan baliho tersebut tidak memiliki makna apapun. Justru yang akan didapat Puan bukanlah simpati, melainkan antipati. "Baliho itu tidak bermakna karena Puan tidak lama bersama pengungsi Semeru. Baliho itu harus ada tautan faktualnya. Balihonya ada, tapi orangnya tidak ada," katanya, Kamis (23/12/2021).
Menurut Surokim, Puan Maharani sangat dirugikan dengan baliho tersebut. Jika itu memang dipasang oleh tim dari Puan, maka Ketua DPR RI itu harus segera mengklarifikasi. Jika itu dipasang oleh relawan maupun lawan politik, maka harus segera minta untuk dicopot. "Baliho itu justru merugikan Puan. Tidak perlulah menonjolkan baliho, tapi aksi memberi bantuan " ujarnya.
Peneliti senior dari Surabaya Survey Center (SSC) berharap politisi berhati-hati dalam mengambil langkah menyikapi bencana. Jika keliru, maka berpotensi kehilangan pemilih. "(Baliho) itu kesannya mengeksploitasi orang yang sedang susah ditimpa bencana. Kecuali Puan mendampingi korban selama sebulan atau dalam waktu yang lama, adanya baliho itu masuk akal," pungkasnya.
Baliho tersebut bertuliskan "Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan." Tampak foto Puan dengan latar belakang gambar para pengungsi erupsi Gunung Semeru. Baliho tersebut muncul sejak Puan Maharani datang ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan pada Senin (20/12/2021).
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo (UTM) Madura, Surokim Abdussalam, keberadaan baliho tersebut tidak memiliki makna apapun. Justru yang akan didapat Puan bukanlah simpati, melainkan antipati. "Baliho itu tidak bermakna karena Puan tidak lama bersama pengungsi Semeru. Baliho itu harus ada tautan faktualnya. Balihonya ada, tapi orangnya tidak ada," katanya, Kamis (23/12/2021).
Menurut Surokim, Puan Maharani sangat dirugikan dengan baliho tersebut. Jika itu memang dipasang oleh tim dari Puan, maka Ketua DPR RI itu harus segera mengklarifikasi. Jika itu dipasang oleh relawan maupun lawan politik, maka harus segera minta untuk dicopot. "Baliho itu justru merugikan Puan. Tidak perlulah menonjolkan baliho, tapi aksi memberi bantuan " ujarnya.
Peneliti senior dari Surabaya Survey Center (SSC) berharap politisi berhati-hati dalam mengambil langkah menyikapi bencana. Jika keliru, maka berpotensi kehilangan pemilih. "(Baliho) itu kesannya mengeksploitasi orang yang sedang susah ditimpa bencana. Kecuali Puan mendampingi korban selama sebulan atau dalam waktu yang lama, adanya baliho itu masuk akal," pungkasnya.
(don)