Kolaborasi Omah Asa dan Pertamina Foundation Lahirkan Santripreneur
loading...
A
A
A
SLEMAN - Omah Asa, pusat kebajikan yang didirikan Gus Miftah, Ipang Wahid, dan Atta Halilintar berkolaborasi dengan Pertamina Foundation. Kedua pihak sama-sama memiliki kepentingan untuk menciptakan lebih banyak kebaikan di Indonesia melalui program-program hasil kolaborasi keduanya.
"Omah Asa dan Pertamina Foundation ini sangat match. Kita sama-sama punya tujuan untuk menebarkan kebaikan ke anak muda di seluruh Indonesia. Sehingga kita bisa merumuskan atribut model program," kata Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari, dalam pernyataan tertulis, Jumat (10/12/2021).
Agus Mashud mengatakan, Omah Asa dan Pertamina Foundation berkolaborasi untuk mengembangkan program Pesantren Entrepreneur. Program tersebut akan mendorong agar pesantren-pesantren di Indonesia memiliki kekuatan kewirausahaan melalui bisnis yang mereka kelola secara mandiri. Apalagi, jumlah pondok pesantren di Indonesia begitu banyak. Data Kementerian Agama menyebutkan jumlahnya mencapai lebih dari 26.000 pondok pesantren.
“Dari sini kita akan menganalisis apa sebenarnya kebutuhan pesantren agar bisa punya usaha mandiri. Apa yang mereka butuhkan? Skill apa yang bisa kita transfer kepada mereka. Kita dampingi dan kita upayakan agar program ini benar-benar menciptakan kemandirian bagi pesantren,” kata Agus.
Founder Omah Asa Ipang Wahid mengatakan, kekuatan pondok pesantren begitu besar jika dikelola dengan baik. Sampai saat ini, semangat entrepreneurship di pesantren masih sebatas wacana. Kalaupun ada pondok yang sudah mandiri, manajemen pengelolaan bisnis dan pemasarannya masih lemah.
Mereka sangat bergantung pada jaringan keagamaan pondok tersebut. “Padahal, kemandirian ini bisa terwujud jika masyarakat umum percaya dengan produk pesantren,” katanya.
Gus Miftah, founder Omah Asa yang juga pengasuh Ponpes Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, mengatakan bahwa kerjasama ini merupakan upaya untuk mewariskan prasasti pada generasi selanjutnya. Selama ini, pondok pesantren hanya jadi tempat menimba ilmu agama. Padahal, ilmu dan praktik entrepreneurship tak kalah penting.
Bahkan bisa memperkuat umat yang kini dituntut untuk berdaya secara ekonomi. "Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama baik. Nama baik itulah yang akan prasasti bagi generasi penerus kita. Kita berharap ada nilai lebih yang bisa kita berikan kepada masyarakat,” katanya.
"Omah Asa dan Pertamina Foundation ini sangat match. Kita sama-sama punya tujuan untuk menebarkan kebaikan ke anak muda di seluruh Indonesia. Sehingga kita bisa merumuskan atribut model program," kata Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari, dalam pernyataan tertulis, Jumat (10/12/2021).
Agus Mashud mengatakan, Omah Asa dan Pertamina Foundation berkolaborasi untuk mengembangkan program Pesantren Entrepreneur. Program tersebut akan mendorong agar pesantren-pesantren di Indonesia memiliki kekuatan kewirausahaan melalui bisnis yang mereka kelola secara mandiri. Apalagi, jumlah pondok pesantren di Indonesia begitu banyak. Data Kementerian Agama menyebutkan jumlahnya mencapai lebih dari 26.000 pondok pesantren.
“Dari sini kita akan menganalisis apa sebenarnya kebutuhan pesantren agar bisa punya usaha mandiri. Apa yang mereka butuhkan? Skill apa yang bisa kita transfer kepada mereka. Kita dampingi dan kita upayakan agar program ini benar-benar menciptakan kemandirian bagi pesantren,” kata Agus.
Founder Omah Asa Ipang Wahid mengatakan, kekuatan pondok pesantren begitu besar jika dikelola dengan baik. Sampai saat ini, semangat entrepreneurship di pesantren masih sebatas wacana. Kalaupun ada pondok yang sudah mandiri, manajemen pengelolaan bisnis dan pemasarannya masih lemah.
Mereka sangat bergantung pada jaringan keagamaan pondok tersebut. “Padahal, kemandirian ini bisa terwujud jika masyarakat umum percaya dengan produk pesantren,” katanya.
Gus Miftah, founder Omah Asa yang juga pengasuh Ponpes Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, mengatakan bahwa kerjasama ini merupakan upaya untuk mewariskan prasasti pada generasi selanjutnya. Selama ini, pondok pesantren hanya jadi tempat menimba ilmu agama. Padahal, ilmu dan praktik entrepreneurship tak kalah penting.
Bahkan bisa memperkuat umat yang kini dituntut untuk berdaya secara ekonomi. "Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama baik. Nama baik itulah yang akan prasasti bagi generasi penerus kita. Kita berharap ada nilai lebih yang bisa kita berikan kepada masyarakat,” katanya.
(don)