Tak Lagi Khawatir Melaut, BPJamsostek Peluk Asa Nelayan Paotere
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Jam menunjukkan pukul 17.45 Wita. Matahari perlahan turun di ufuk barat. Keindahannya menjadi alarm bagi para nelayan di Pelabuhan Paotere untuk segera melaut menjemput asa demi masa depan.
H Idris, salah satunya. Sejak sore ia sudah mempersiapkan berbagai keperluan melaut. Mulai dari bekal, jaring, hingga bahan bakar. Persiapan harus matang, tak boleh ada yang terlewat. Melaut bukan pekerjaan setengah hati, setiap detiknya bertaruh nyawa.
Setidaknya begitulah yang dirasakan pria 61 tahun itu. Melaut sudah ia lakoni sejak usianya masih sangat muda, 12 jam setiap hari, beradu dengan ombak, tanpa jeda, selama puluhan tahun. Tidak heran, ia mengetahui betul ganasnya angin dan gelombang yang bisa mengancam kapan saja jika lengah.
Meski demikian, pekerjaan sebagai nelayan tetap ia nikmati. Mulia, tentunya. Juga bisa membuat dapur tetap mengepul, meja makan terisi, dan kebutuhan hidup keluarga terpenuhi.
"Saya sudah melaut sejak tahun 80-an, berangkat sore sekitar jam 5, lalu kembali jam 5 pagi, setiap hari. Namanya melaut yah, sudah sering angin kencang, ombak besar," ujarnya.
Pada tahun 2018, H Idris ditawari untuk menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ( BPJamsostek ) atau BPJS Ketenagakerjaan.
Laki-laki yang beralamat di Jalan Barukang Utara itu menyambut gembira. Program jaminan sosial ketenagakerjaan sangat cocok dengannya. Menjadi solusi dan penyambung harapan atas kekhawatiran jika sewaktu-waktu nasib baik sedang tak berpihak padanya ketika sedang melaut.
"Kalau kita melaut, ada-ada saja (musibah). Tidak ada jaminan bahwa kalau berangkat, kita akan selalu bagus di jalanan. Tidak menjamin bisa selamat. Nanti tiba di rumah baru bisa kita bilang selamat, alhamdulillah," kata H Idris.
Laki-laki kelahiran tahun 1960 ini menilai, program jaminan sosial yang dihadirkan BPJamsostek menjawab kebutuhannya, mulai dari Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), hingga Jaminan Hari Tua (JHT).
H Idris, salah satunya. Sejak sore ia sudah mempersiapkan berbagai keperluan melaut. Mulai dari bekal, jaring, hingga bahan bakar. Persiapan harus matang, tak boleh ada yang terlewat. Melaut bukan pekerjaan setengah hati, setiap detiknya bertaruh nyawa.
Setidaknya begitulah yang dirasakan pria 61 tahun itu. Melaut sudah ia lakoni sejak usianya masih sangat muda, 12 jam setiap hari, beradu dengan ombak, tanpa jeda, selama puluhan tahun. Tidak heran, ia mengetahui betul ganasnya angin dan gelombang yang bisa mengancam kapan saja jika lengah.
Meski demikian, pekerjaan sebagai nelayan tetap ia nikmati. Mulia, tentunya. Juga bisa membuat dapur tetap mengepul, meja makan terisi, dan kebutuhan hidup keluarga terpenuhi.
"Saya sudah melaut sejak tahun 80-an, berangkat sore sekitar jam 5, lalu kembali jam 5 pagi, setiap hari. Namanya melaut yah, sudah sering angin kencang, ombak besar," ujarnya.
Pada tahun 2018, H Idris ditawari untuk menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ( BPJamsostek ) atau BPJS Ketenagakerjaan.
Laki-laki yang beralamat di Jalan Barukang Utara itu menyambut gembira. Program jaminan sosial ketenagakerjaan sangat cocok dengannya. Menjadi solusi dan penyambung harapan atas kekhawatiran jika sewaktu-waktu nasib baik sedang tak berpihak padanya ketika sedang melaut.
"Kalau kita melaut, ada-ada saja (musibah). Tidak ada jaminan bahwa kalau berangkat, kita akan selalu bagus di jalanan. Tidak menjamin bisa selamat. Nanti tiba di rumah baru bisa kita bilang selamat, alhamdulillah," kata H Idris.
Laki-laki kelahiran tahun 1960 ini menilai, program jaminan sosial yang dihadirkan BPJamsostek menjawab kebutuhannya, mulai dari Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), hingga Jaminan Hari Tua (JHT).