Seniman Yogyakarta Ini Diseret ke Pengadilan Musik Gara-gara Album Kudu

Sabtu, 27 November 2021 - 10:00 WIB
loading...
Seniman Yogyakarta Ini Diseret ke Pengadilan Musik Gara-gara Album Kudu
Bagus Dwi Danto diadili di Djarum Cokelat Dot Com (DCDC) Pengadilan Musik di Cafe Panas Dalam, Kota Bandung, Jumat (26/11/2021) malam. Foto arif budianto
A A A
BANDUNG - Nahas bagi Bagus Dwi Danto. Seniman asal Bantul, Yogyakarta ini diundang jauh-jauh ke Bandung untuk diadili di Djarum Cokelat Dot Com (DCDC) Pengadilan Musik di Cafe Panas Dalam, Kota Bandung, Jumat (26/11/2021) malam.

Bagus yang bergaya santai dan kalem ini, tak gentar dengan berbagai pertanyaan yang diajukan jaksa penuntut Budi Dalton dan Pidi Baiq. Pertanyaan-pertanyaan serius jaksa penuntut, dibantu pembela Jon Kastella dan satu pembela yang ditunjuk oleh terdakwa, Bang El. Dia merupakan hasil seleksi dari warganet yang mengajukan diri menjadi pembela. Pengadilan yang tampak lebih serius ini dipimpin oleh Man (Jasad) sebagai hakim dan jalannya persidangan diatur oleh Eddi Brokoli sebagai Panitera.

Seniman Yogyakarta Ini Diseret ke Pengadilan Musik Gara-gara Album Kudu


Setelah sidang dibuka, tak menunggu lama, pertanyaan pertama yang dilontarkan jaksa adalah soal kapan dia mulai menggeluti dunia musik. "Kapan mulai bermusik, tahun, tanggal, dimana," kata Budi Dhalton memulai sidang.

Pertanyaan itupun dijawab bahwa dia mulai pertama kali belajar bermain gitar sejak tahun 1996. Kemudian, Bagus Dwi Danto cukup dikenal sebagai aktor intelektual di balik nama Sisir Tanah. Sebuah nama yang terinspirasi dari sebuah alat pertanian "penggaruk". Lewat nama itu, Bagus cukup dikenal luas di jajaran musik indie.

Nama itupun tak lepas dari posisi dia yang dikenal sebagai musisi yang aktif terjun dalam berbagai kegiatan aktivisme sosial dan gerakan akar rumput. Keterlibatan Bagus secara personal dalam banyak ruang penderitaan warga yang menjadi korban atas perampasan hak-hak sipil, penggusuran, hingga praktik ketidakadilan berbekas dan meninggalkan jejak sejarah perlawanan dalam setiap karyanya.

Namun, perjalanannya yang dibangun dari grup band akhirnya membawanya solo karier. Seniman asal Yogyakarta ini memulai perjalanan barunya dalam dunia musik folk melalui album pribadi yang menceritakan perjuangannya melewati masa kelam kala dunia dicengkram pandemi Covid-19.

Seniman Yogyakarta Ini Diseret ke Pengadilan Musik Gara-gara Album Kudu


Debut solonya dibuktikan lewat album perdananya yang berjudul "Kudu". Album disajikan dengan konsep kaya akan unsur nuansa alam, seperti bunyi-bunyi di pesawahan dan pantai. Kudu dalam bahasa Indonesia mempunyai arti harus, kuntum bunga, atau cat warna merah.

"Apakah ada korelasi antara Kudu dengan isi lagu. Karena kalau diartikan bahasa Sunda, Kudu artinya harus," tanya Pidi Baiq.

Pertanyaan itupun dijawab Bagus, bahwa tak ada korelasi judul album dengan isi lagunya. "Tidak ada hubungan apapun, karena tidak mau terjebak soal bikin judul lagu," jelas dia.

Walaupun, secara eksplisit dia menjelaskan bahwa makna Kudu adalah sebuah ajakan agar masyarakat harus berbuat positif, harus semangat, harus tegar, dan lainnya.

Menurut dia, album ini direkam pada pertengahan Februari 2021 di Bali dan dikerjakan secara gotong royong melibatkan beberapa kawan musisi. Mengingat tidak ada satupun orang yang siap menghadapi pandemi yang datang secara tiba-tiba pada awal tahun 2020, maka gotong royong adalah semangat hidup yang harus tetap tumbuh.

Album Kudu ini terdiri atas 12 lagu. Lagu banyak membahas tentang perdamaian. Walaupun, isu isu yang dibahas dilatarbelakangi oleh kondisi perselisihan. "Lagu-lagu ini diharapkan mampu membangkitkan harapan teman-teman musisi untuk terus berkarya," katanya.

Salah satu judul lagu "Lagu Hari Ini" misalnya, mengangkat tentang kondisi pandemi. Sebuah kondisi dimana banyak orang yang perjalanannya melambat, makin privat, rentan. "Ini menggambarkan bagaimana kita ini sangat rentan terhadap sebuah kondisi, seperti pandemi," ujar dia.

Bagus pun diputus persidangan dengan kesimpulan lolos bersyarat. Dia harus meneruskan karyanya dengan lebih banyak kolaborasi. "Setelah ini tentu akan terus melanjutkan hidup dan terus berkarya. Kemudian menulis lagu dan bisa kolaborasi dengan seniman lain," imbuh dia.

Sementara itu, perwakilan DCDC Cokelat Kita Addy mengaku, salah satu alasan menyeret Bagus ke Pengadilan Musik adalah karena terjadinya perubahan nama yang signifikan dari karier musiknya. Selama ini nama Sisir Tanah cukup terkenal tapi saat ini memilih debut sendiri.

"Aktivitas terbaru dari Bagus Dwi Danto bersama debutnya Kudu membuatnya terseret untuk diadili di Pengadilan Musik ini," kata dia.

Pada kesempatan itu, DCDC juga memperkenalkan sebuah produk baru, DCDC Magazine. Sebuah media berbasis majalah yang akan mengupas tentang musik indie di Indoensia, namun dijadikan lebih detail dan lengkap.

"DCDC Magazine akan dilaunching awal Desember dan akan bisa dibaca atau di download di kanal DCDC," kata pengelola DCDC Magazine Boy.
(atk)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4185 seconds (0.1#10.140)