Perkembangan Perbankan Syariah di Sumbagsel di Atas Angka Nasional
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Pangsa pasar perekonomian syariah di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mulai berkembang pasca melakukan merger. Hal ini juga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, meski masih dalam situasi pandemi COVID-19.
"Perbankan syariah di Sumbagsel berada di angka 15,97 persen, di atas angka nasional yang hanya 8,93 persen," ujar Direktur Pengawasan OJK Regional 7 Sumbagsel, Iwan M Ridwan, Kamis (11/11/2021).
Menurutnya, meski persentase keuangan tumbuh positif sejak Juli 2021, perbankan syariah tetap membutuhkan pengembangan di beberapa sektor seperti pengawasan ekspansi kegiatan mobilitas syariah, sinergi ekosistem ekonomi syariah serta penguatan perizinan, pengaturan, penguatan identitas.
"Tren total keuangan syariah di Sumbagsel didominasi pasar modal dengan kinerja perbankan di angka 13,8 persen untuk aset, kemudian pembiayaan 12,5 persen dengan NPF 1,7 persen," jelasnya.
Sementara itu, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo menjelaskan, perekonomian syariah saat ini sedang transisi proses pemulihan dari resesi akibat pandemi COVID-19.
"Tekanan perekonomian sempat terjadi saat lonjakan kasus pada Juli-Agustus, pada gelombang kedua COVID-19. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal III 2021 turun 3,15 persen dengan kontraksi transportasi, akomodasi, serta konsumsi rumah tangga," ucapnya.
Meski ada lonjakan kasus COVID-19, lanjut Banjaran, perbankan syariah justru mendapatkan opsi peningkatan pembiayaan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional."Pada Juli 2021, minat perbankan syariah dan industri halal berada di angka 16,35 persen dengan pengumpulan aset senilai Rp632 triliun. Dan pada Agustus terjadi peningkatan sebesar Rp635 triliun," ungkapnya.
Akademisi Sumsel sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Heri Junadi mengungkapkan, bahwa market share syariah belum bisa mengejar kecepatan pertumbuhan ekonomi perbankan syariah. Oleh karena itu, potensi perbankan syariah perlu dikaji lebih mendalam.
"Bank syariah belum sampai pelosok, inklusi, dan literasi syariah masih rendah. Banyak yang mengetahui hanya soal riba saja, tetapi masyarakat tidak memahami dampak positif dari layanan lainnya," ungkap dia. Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Luncurkan Pembiayaan Mitraguna Online via BSI Mobile
Padahal, kata Heri, pertumbuhan dan kontribusi keuangan syariah di Sumatera di angka 21,36 persen atau menjadi nomor kedua setelah Jawa. Semestinya, peluang pengembangan syariah di Sumatera mampu dimanfaatkan secara optimal.
"Seperti memanfaatkan potensi pesantren, sehingga pasar bisnis di Sumatera kian luas atau memberikan literasi syariah di pedesaan dengan menggandeng banyak pihak agar ada penguatan perbankan syariah," katanya.
"Perbankan syariah di Sumbagsel berada di angka 15,97 persen, di atas angka nasional yang hanya 8,93 persen," ujar Direktur Pengawasan OJK Regional 7 Sumbagsel, Iwan M Ridwan, Kamis (11/11/2021).
Baca Juga
Menurutnya, meski persentase keuangan tumbuh positif sejak Juli 2021, perbankan syariah tetap membutuhkan pengembangan di beberapa sektor seperti pengawasan ekspansi kegiatan mobilitas syariah, sinergi ekosistem ekonomi syariah serta penguatan perizinan, pengaturan, penguatan identitas.
"Tren total keuangan syariah di Sumbagsel didominasi pasar modal dengan kinerja perbankan di angka 13,8 persen untuk aset, kemudian pembiayaan 12,5 persen dengan NPF 1,7 persen," jelasnya.
Sementara itu, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo menjelaskan, perekonomian syariah saat ini sedang transisi proses pemulihan dari resesi akibat pandemi COVID-19.
"Tekanan perekonomian sempat terjadi saat lonjakan kasus pada Juli-Agustus, pada gelombang kedua COVID-19. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal III 2021 turun 3,15 persen dengan kontraksi transportasi, akomodasi, serta konsumsi rumah tangga," ucapnya.
Meski ada lonjakan kasus COVID-19, lanjut Banjaran, perbankan syariah justru mendapatkan opsi peningkatan pembiayaan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional."Pada Juli 2021, minat perbankan syariah dan industri halal berada di angka 16,35 persen dengan pengumpulan aset senilai Rp632 triliun. Dan pada Agustus terjadi peningkatan sebesar Rp635 triliun," ungkapnya.
Akademisi Sumsel sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Heri Junadi mengungkapkan, bahwa market share syariah belum bisa mengejar kecepatan pertumbuhan ekonomi perbankan syariah. Oleh karena itu, potensi perbankan syariah perlu dikaji lebih mendalam.
"Bank syariah belum sampai pelosok, inklusi, dan literasi syariah masih rendah. Banyak yang mengetahui hanya soal riba saja, tetapi masyarakat tidak memahami dampak positif dari layanan lainnya," ungkap dia. Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Luncurkan Pembiayaan Mitraguna Online via BSI Mobile
Padahal, kata Heri, pertumbuhan dan kontribusi keuangan syariah di Sumatera di angka 21,36 persen atau menjadi nomor kedua setelah Jawa. Semestinya, peluang pengembangan syariah di Sumatera mampu dimanfaatkan secara optimal.
"Seperti memanfaatkan potensi pesantren, sehingga pasar bisnis di Sumatera kian luas atau memberikan literasi syariah di pedesaan dengan menggandeng banyak pihak agar ada penguatan perbankan syariah," katanya.
(don)