Cakupan Vaksinasi di Kalangan Pelajar Maros Masih Rendah
loading...
A
A
A
MAROS - Cakupan vaksinasi Covid-19 di kalangan remaja, termasuk pelajar di Kabupaten Maros terbilang masih rendah yakni sebesar 14%. Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Maros, Muhamamad Yunus, Jumat (24/09).
"Vaksinasi remaja 12 tahun kan targetnya 40.000. Saat ini pencapaiaannya baru sekitar 5000-an, yakni 14 persen," kata dia.
Yunus mengatakan lambatnya capaian vaksinasi diakibatkan banyaknya orang tua yang tidak memberikan izin pemberian vaksin kepada anaknya.
"Kalau anak sekolah kan harus ada surat persetujuan dari orang tua baru bisa divaksin. Sementara di Maros itu banyak orang tua yang tidak mau menandatangani, surat persetujuan itu," ucapnya.
Dia juga menuturkan, kebanyakan orang tua enggan memberi izin, karena hoax atau berita bohong yang tersebar.
"Banyaknya juga berita hoaks yang diterima kalangan ibu-ibu mengenai vaksin, sehingga menimbulkan ketakukan terkait vaksinasi remaja," lanjutnya.
Yunus pun mengimbau kepada para orang tua untuk tidak khawatir mengenai vaksinasi anaknya. "Tidak usah khawatir. Sebab untuk remaja, vaksin yang digunakan jenis Sinovac yang efek sampingnya masih ringan," lanjutnya.
Dia pun mengajak untuk bersama-sama menebarkan berita positif mengenai vaksin. "Oleh karena itu, berita positif tentang vaksin harus terus digencarkan. Bisa dilihat juga, dari 5000 yang sudah vaksin kan tidak ada efek samping yang terjadi," tuturnya.
Dia menyebutkan kecamatan dengan capaian vaksinasi remaja tertinggi itu di Kecamatan Bontoa dan Mandai.
"Jadi sistem yang kita pakai sekarang, dimana lokasi yang banyak kasus Covid-19, disitu kita gencarkan vaksinasinya, dan alhamdulillah berbanding lurus. Contohnya di Bontoa menurun drastis, sisa enam kasus," ucapnya.
Untuk langkah percepatan vaksinasi, kata dr Yunus, diperlukan koordinasi dari berbagai pemangku kepentingan. "Seluruh pemangku kepentingan harus memperkuat advokasi, khususnya untuk meyakinkan orang tua siswa untuk memberikan persetujuan vaksin anaknya," tutupnya.
"Vaksinasi remaja 12 tahun kan targetnya 40.000. Saat ini pencapaiaannya baru sekitar 5000-an, yakni 14 persen," kata dia.
Yunus mengatakan lambatnya capaian vaksinasi diakibatkan banyaknya orang tua yang tidak memberikan izin pemberian vaksin kepada anaknya.
"Kalau anak sekolah kan harus ada surat persetujuan dari orang tua baru bisa divaksin. Sementara di Maros itu banyak orang tua yang tidak mau menandatangani, surat persetujuan itu," ucapnya.
Dia juga menuturkan, kebanyakan orang tua enggan memberi izin, karena hoax atau berita bohong yang tersebar.
"Banyaknya juga berita hoaks yang diterima kalangan ibu-ibu mengenai vaksin, sehingga menimbulkan ketakukan terkait vaksinasi remaja," lanjutnya.
Yunus pun mengimbau kepada para orang tua untuk tidak khawatir mengenai vaksinasi anaknya. "Tidak usah khawatir. Sebab untuk remaja, vaksin yang digunakan jenis Sinovac yang efek sampingnya masih ringan," lanjutnya.
Dia pun mengajak untuk bersama-sama menebarkan berita positif mengenai vaksin. "Oleh karena itu, berita positif tentang vaksin harus terus digencarkan. Bisa dilihat juga, dari 5000 yang sudah vaksin kan tidak ada efek samping yang terjadi," tuturnya.
Dia menyebutkan kecamatan dengan capaian vaksinasi remaja tertinggi itu di Kecamatan Bontoa dan Mandai.
"Jadi sistem yang kita pakai sekarang, dimana lokasi yang banyak kasus Covid-19, disitu kita gencarkan vaksinasinya, dan alhamdulillah berbanding lurus. Contohnya di Bontoa menurun drastis, sisa enam kasus," ucapnya.
Untuk langkah percepatan vaksinasi, kata dr Yunus, diperlukan koordinasi dari berbagai pemangku kepentingan. "Seluruh pemangku kepentingan harus memperkuat advokasi, khususnya untuk meyakinkan orang tua siswa untuk memberikan persetujuan vaksin anaknya," tutupnya.
(tri)