Karomah dan Siasat Jenderal Sudirman Lolos dari Kepungan Belanda serta Pengkhianatan

Jum'at, 17 September 2021 - 05:00 WIB
loading...
Karomah dan Siasat Jenderal Sudirman Lolos dari Kepungan Belanda serta Pengkhianatan
Jenderal Soedirman sedang melaksanakan sholat Idul Fitri di Lapangan Ikada November 1946. Foto Indonesian Press Photo Service/Arsip Nasional RI
A A A
Sosok Panglima Besar Jenderal Sudirman sudah tak asing lagi karena merupakan salah satu pahlawan nasional . Keberhasilannya saat berpangkat Kolonel memimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) memukul mundur Pasukan Tank Sekutu di Ambarawa menjadikannya sebagai Panglima TKR sekarang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Bahkan Jenderal Sudirman merupakan salah satu sosok di Indonesia yang memperoleh pangkat bintang lima atau jenderal besar.



Dimana sosok Jenderal Sudirman dikenal memiliki karomah dan kharisma saat memimpin pasukan TKR menghadapi penjajah. Kemampuannya mengolah ilmu kedigdayaan diakui sebagai salah satu kelebihannya selain itu, perhitungannya matang, tepat, dan akurat.

Dimana sang jenderal pernah berguru ke tokoh spritual Kiai Haji Busyro Syuhada seorang ulama besar yang berasal dari Banjarnegara.

Selain itu rupanya sang jenderal besar ini juga mempunyai amalan atau jimat yang selalu diandalkannya. Namun jimat yang dimaksud, bukan jimat benda seperti keris atupun tongkat. Namun yang pertama adalah dirinya selalu menjaga wudlu. Kedua, selalu shalat pada awal waktu dan ketiga ikhlas berjuang.

Anak bungsu Jenderal Sudirman, Mohamad Teguh Sudirman, mendengar banyak cerita tentang kelebihan ayahnya itu. Teguh lahir pada 1949, ketika ibunya bersembunyi di Keraton Yogyakarta, dan pada saat ayahnya bergerilya.

Dia tak sempat bertemu dengan ayahnya, yang meninggal dua bulan sesudah dia lahir. Teguh hanya mendengar kisah Jenderal Sudirman dari sang ibu, Siti Alfiah.

Satu di antara penggalan ceritanya, ketika Sudirman sampai di Gunungkidul, Yogyakarta. Sudirman tak mengizinkan pasukannya beristirahat lama-lama. Benar saja, beberapa saat kemudian, pasukan Belanda tiba di lokasi peristirahatan pasukannya.

Jika Sudirman yang dalam sakit dan tubuh rapuh, tak segera meminta mereka untuk jalan lagi, pertempuran tak akan bisa dihindari. "Dan bisa jadi pasukan Bapak kalah," kata Teguh.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0993 seconds (0.1#10.140)