Desa Miliarder Bakal Kehilangan Setengah Kampungnya untuk Tol Yogyakarta-Bawen
loading...
A
A
A
SLEMAN - Sekitar 90 rumah di Dusun Sanggrahan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, masuk daftar terdampak pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen. Pembangunan jalan tol ini, membuat warga desa tersebut mendadak menjadi miliarder.
Secara wilayah administrasi, Dusun Sanggrahan ini bakal kehilangan setengah wilayahnya, karena menjadi titik pertemuan tiga ruas tol yakni Yogyakarta-Bawen; Yogyakarta-Solo; dan Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta.
Di Kalurahan Tirtoadi sendiri, saat ini sekitar 98 persen warganya sudah menerima pembayaran pelepasan lahan untuk pembangunan jalan tol tersebut, dan hanya tinggal sekitar 17 orang yang belum menerima karena berbagai faktor.
Perangkat kalurahan Tirtonadi, Heky Prihantoro menyebutkan, lahan milik warga yang terdampak pembangunan jalan tol tersebut, mencapai 265 bidang. "Kalau fasilitas umum ada sekitar 300 bidang," tuturnya.
Pembebasan lahan paling banyak, menurutnya ada di Padukuhan Sanggrahan. Ada sekitar 90 rumah warga dan 80 bidang tanah yang terdampak pembangunan jalan tol. "Padukuhan Sanggrahan secara wilyah administrasi akan kehilangan setengah wilayahnya," tuturnya.
Setelah menerima pembayaran pembebasan lahan, warga langsung membongkar rumah dan membangun rumah baru di lokasi lain. Mereka rata-rata mendapat uang pembebasan lahan mencapai miliaran rupiah, tergantung luas dan letaknya.
Salah satu warga Padukuhan Pasanggrahan, Gunadi menyebutkan, banyak rumah warga yang sudah dibongkar dan pindah ke kampung lain, karena pembayaran pembebasan lahannya sudah selesai. "Kondisi kampung mulai sepi," tuturnya.
Di Kalurahan Tirtoadi, ada lima padukuhan yang terdampak pembangunan tol Yogyakarta-Bawen, dengan jumlah bidang yang dibebaskan mencapai 300-an termasuk fasum, dan 265 rumah. Warga yang menjadi miliarder baru, langsung menggunakan uangnya untuk membeli tanah serta barang lainnya.
Secara wilayah administrasi, Dusun Sanggrahan ini bakal kehilangan setengah wilayahnya, karena menjadi titik pertemuan tiga ruas tol yakni Yogyakarta-Bawen; Yogyakarta-Solo; dan Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta.
Di Kalurahan Tirtoadi sendiri, saat ini sekitar 98 persen warganya sudah menerima pembayaran pelepasan lahan untuk pembangunan jalan tol tersebut, dan hanya tinggal sekitar 17 orang yang belum menerima karena berbagai faktor.
Perangkat kalurahan Tirtonadi, Heky Prihantoro menyebutkan, lahan milik warga yang terdampak pembangunan jalan tol tersebut, mencapai 265 bidang. "Kalau fasilitas umum ada sekitar 300 bidang," tuturnya.
Pembebasan lahan paling banyak, menurutnya ada di Padukuhan Sanggrahan. Ada sekitar 90 rumah warga dan 80 bidang tanah yang terdampak pembangunan jalan tol. "Padukuhan Sanggrahan secara wilyah administrasi akan kehilangan setengah wilayahnya," tuturnya.
Setelah menerima pembayaran pembebasan lahan, warga langsung membongkar rumah dan membangun rumah baru di lokasi lain. Mereka rata-rata mendapat uang pembebasan lahan mencapai miliaran rupiah, tergantung luas dan letaknya.
Salah satu warga Padukuhan Pasanggrahan, Gunadi menyebutkan, banyak rumah warga yang sudah dibongkar dan pindah ke kampung lain, karena pembayaran pembebasan lahannya sudah selesai. "Kondisi kampung mulai sepi," tuturnya.
Di Kalurahan Tirtoadi, ada lima padukuhan yang terdampak pembangunan tol Yogyakarta-Bawen, dengan jumlah bidang yang dibebaskan mencapai 300-an termasuk fasum, dan 265 rumah. Warga yang menjadi miliarder baru, langsung menggunakan uangnya untuk membeli tanah serta barang lainnya.
(eyt)