Antisipasi Karhutla Gambut, 150 Sumur Bor di Pulang Pisau Dioptimalkan
loading...
A
A
A
PULANG PISAU - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengoptimalkan sumur bor untuk membasahi lahan gambut dari ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Operasi Pembasahan Lahan Gambut Rawan Kekeringan (OPGRK) guna mencegah kebakaran hutan dan lahan itu dilakukan di dua desa, yaitu Desa Wono Agung, Kecamatan Maliku dan Desa Mintin, Kecamatan Kahayan Hilir, Pulang Pisau.
Langkah taktis itu dilakukan setelah adanya laporan dari Masyarakat Peduli Api (MPA) terkait tidak turunnya hujan selama 7 hari di kawasan dua desa tersebut.
"Awal juli itu sudah mulai jarang hujan, terkadang lima hari ada gerimis saja, terkadang panas lagi, sampai sekarang pun masih kurang hujannya, masih kering. Ada anjuran kalau tidak ada hujan selama tujuh hari disuruh melaporkan," ujar Ketua MPA Desa Wono Agung, Hadi Suwito, Sabtu (21/8/2021).
Baca juga: Musim Kemarau Tiba, Kebakaran Lahan Gambut Mulai Terjang Ogan Ilir
Dia mengatakan, kelompoknya yang terdiri dari 10 orang tersebut baru saja menyelesaikan pemeliharaan 50 sumur bor pada 31 Juli 2021.
"Kondisi semua parit saat ini masih kering. Proses pemeliharan biasanya memakan waktu selama dua hari dan dijadwalkan rutin dilakukan sebulan sekali selama enam bulan," ungkapnya.
Baca juga: Kisah Kesaktian Eyang Bintulu Aji, Sang Pamomong Wahyu Keraton Mataram
Menurut Hadi, upaya pencegahan sangat penting karena bisa meminimalisir terjadinya kebakaran lahan gambut. "Alhamdulillah pada 2020 tidak sampai terjadi kebakaran karena adanya pencegahan. Saya berharap 50 sumur bor yang ada saat ini dapat berfungsi secara optimal," pungkasnya.
Sedangkan di Desa Mintin, Kecamatan Kahayan Hilir, pihak MPA pun terus berupaya untuk melakukan pemeliharaan terhadap 100 titik sumur bor yang ada.
"Kemarin kita sudah lakukan kegiatan di lapangan sesuai petunjuk, ini sudah semingguan kami laksanakan, masih panas. Kemarin ada hujan paling sebentar jadi kering lagi, apalagi sekarang ekstrem sekali panasnya," ujar Ketua MPA Desa Mintin, Irawan.
Namun Irawan membeberkan sejumlah kendala yang dihadapi, di mana terdapat peralatan serta satu sumur bor yang rusak sehingga butuh perbaikan. "Dari 100 sumur bor yang ada sejak 2017, satu di antaranya rusak, kini tersisa 99," ujarnya.
Dia pun berharap ada penambahan 200 sumur bor lagi, karena pada tahun 2019 sempat ditemukan dua titik api yang sulit dipadamkan. Sehingga meluas dan membakar perkebunan warga.
"Saat kemarau itu kewalahan karena titik api enggak bisa padam. Hari ini padam besok ada lagi. Kendalanya ya tidak ada sumber air, sampai kebun kami tinggal beberapa pohon saja," ungkapnya.
Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Restorasi Gambut Kalimantan dan Papua, Jany Tri Raharjo mengatakan, sumur bor dibangun di wilayah rentan terbakar pada musim kemarau yang tidak memiliki atau jauh dari sumber air seperti sungai.
Saat ini, lanjut dia, BRGM terus mendorong upaya pembasahan gambut sebagai bentuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Langkah tersebut tak hanya di Desa Wono Agung dan Desa Mintin. Akan tetapi juga di 86 desa binaan di Kalteng.
"Dalam menunjang kegiatan pembasahan tersebut, TP Satker Kalteng juga melakukan kegiatan pemeliharaan 9,165 SBO pada 7 Kabupaten, 1 kota di 86 desa yang dilaksanakan Pokmas atau MPA binaan," ujarnya.
Operasi Pembasahan Lahan Gambut Rawan Kekeringan (OPGRK) guna mencegah kebakaran hutan dan lahan itu dilakukan di dua desa, yaitu Desa Wono Agung, Kecamatan Maliku dan Desa Mintin, Kecamatan Kahayan Hilir, Pulang Pisau.
Langkah taktis itu dilakukan setelah adanya laporan dari Masyarakat Peduli Api (MPA) terkait tidak turunnya hujan selama 7 hari di kawasan dua desa tersebut.
"Awal juli itu sudah mulai jarang hujan, terkadang lima hari ada gerimis saja, terkadang panas lagi, sampai sekarang pun masih kurang hujannya, masih kering. Ada anjuran kalau tidak ada hujan selama tujuh hari disuruh melaporkan," ujar Ketua MPA Desa Wono Agung, Hadi Suwito, Sabtu (21/8/2021).
Baca juga: Musim Kemarau Tiba, Kebakaran Lahan Gambut Mulai Terjang Ogan Ilir
Dia mengatakan, kelompoknya yang terdiri dari 10 orang tersebut baru saja menyelesaikan pemeliharaan 50 sumur bor pada 31 Juli 2021.
"Kondisi semua parit saat ini masih kering. Proses pemeliharan biasanya memakan waktu selama dua hari dan dijadwalkan rutin dilakukan sebulan sekali selama enam bulan," ungkapnya.
Baca juga: Kisah Kesaktian Eyang Bintulu Aji, Sang Pamomong Wahyu Keraton Mataram
Menurut Hadi, upaya pencegahan sangat penting karena bisa meminimalisir terjadinya kebakaran lahan gambut. "Alhamdulillah pada 2020 tidak sampai terjadi kebakaran karena adanya pencegahan. Saya berharap 50 sumur bor yang ada saat ini dapat berfungsi secara optimal," pungkasnya.
Sedangkan di Desa Mintin, Kecamatan Kahayan Hilir, pihak MPA pun terus berupaya untuk melakukan pemeliharaan terhadap 100 titik sumur bor yang ada.
"Kemarin kita sudah lakukan kegiatan di lapangan sesuai petunjuk, ini sudah semingguan kami laksanakan, masih panas. Kemarin ada hujan paling sebentar jadi kering lagi, apalagi sekarang ekstrem sekali panasnya," ujar Ketua MPA Desa Mintin, Irawan.
Namun Irawan membeberkan sejumlah kendala yang dihadapi, di mana terdapat peralatan serta satu sumur bor yang rusak sehingga butuh perbaikan. "Dari 100 sumur bor yang ada sejak 2017, satu di antaranya rusak, kini tersisa 99," ujarnya.
Dia pun berharap ada penambahan 200 sumur bor lagi, karena pada tahun 2019 sempat ditemukan dua titik api yang sulit dipadamkan. Sehingga meluas dan membakar perkebunan warga.
"Saat kemarau itu kewalahan karena titik api enggak bisa padam. Hari ini padam besok ada lagi. Kendalanya ya tidak ada sumber air, sampai kebun kami tinggal beberapa pohon saja," ungkapnya.
Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Restorasi Gambut Kalimantan dan Papua, Jany Tri Raharjo mengatakan, sumur bor dibangun di wilayah rentan terbakar pada musim kemarau yang tidak memiliki atau jauh dari sumber air seperti sungai.
Saat ini, lanjut dia, BRGM terus mendorong upaya pembasahan gambut sebagai bentuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Langkah tersebut tak hanya di Desa Wono Agung dan Desa Mintin. Akan tetapi juga di 86 desa binaan di Kalteng.
"Dalam menunjang kegiatan pembasahan tersebut, TP Satker Kalteng juga melakukan kegiatan pemeliharaan 9,165 SBO pada 7 Kabupaten, 1 kota di 86 desa yang dilaksanakan Pokmas atau MPA binaan," ujarnya.
(shf)