Warga Baduy Bangga Presiden Jokowi Pake Baju Adat Baduy

Senin, 16 Agustus 2021 - 21:54 WIB
loading...
Warga Baduy Bangga Presiden Jokowi Pake Baju Adat Baduy
Presiden RI, Joko Widodo saat memberikan pidato di sidang MPR/DPR. Pada momen spesial itu orang nomor satu di Indonesia mengenakan baju adat Baduy. Foto: Istimewa
A A A
SERANG - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada acara Sidang Tahunan MPR dan Pidato Kenegaraan Presiden dalam rangka HUT RI ke-76 di Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021), mengenakan baju adat Baduy .

Hal itu pun menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Baduy. Jaro Pamarentah atau Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija mengaku bangga orang nomor satu di Indonesia memakai pakaian adat mereka.

“Banyak wartawan yang nelepon. Yang jelas, tanggapan kami, kami mah sebagai (Suku Baduy) merasa dibanggakan. Soalnya kami yah hari Kamis ajudannya ke sini mengambil pakain itu, merasakan bangga ke RI-1 (Presiden Jokowi), sebagai dipinta untuk pakaina itu,” kata Jaro Saija saat dihubungi, Senin (16/8/2021).



Saat diminta menjelaskan ikhwal Presiden Jokowi mendapatkan pakaian adat itu, Saija menjelaskan, pada Selasa (10/8/2021) dihubungi oleh orang istana. "Selasa ditelepon, Kamis (12/8/2021), baju diambil," ujarnya.

Saija menilai, pemakaian pakaian adat itu menjadi bentuk perhatian bagi masyarakat adat Suku Baduy di Banten. "Iya (merasa diperhatikan)," katanya singkat.

Saat ditanya apakah Presiden RI pernah melakukan kunjungan ke Baduy, Saija mengaku belum. Sama halnya apakah Suku Baduy berencana mengundang Jokowi ke Baduy, dia mengaku tidak berencana mengundang.

Meski begitu, jika Presiden Jokowi ingin datang ke Baduy mereka dengan senang hati mempersilahkan. "Ngga usah (ngundang) ke sini (Baduy). Era (malu) ngundang RI satu ke sini. Tapi kalau Beliau mau ke sini silahkan saja, kalau ngundang mah malu,” ujarnya.



Ditanya apakah ada usulan dari masyarakat Baduy untuk Presiden Jokowi, Saija mengaku, pihaknya tidak pernah mengusulkan apapun ke pemerintah pusat. "Kami ngga sejauh itu, ngga mengusulkan apa-apa. Yang jelas kami bergembira (beliau memakai pakaian adata kami)," jelas Saija.

Sementara, pemerhati Suku Baduy, Uday Suhada menilai, pemakaian pakaian adat Suku Baduy oleh Kepala Negara di ajang Sidang Paripurna MPR RI menjadi sebuah kehormatan bagi masyaraat Adat Suku Baduy.

"Tentu saja masyarakat Adat Baduy merasa terhormat karena pakaian adat mereka dikenakan oleh Kepala Negara di ajang Sidang Paripurna MPR RI. Saya sebagai pemerhati Baduy berterima kasih atas apresiasi Pak Jokowi terhadap saudara-saudara kita di Baduy," ujar Uday.

Meski begitu, Uday menyayangkan Presiden Jokowi hingga saat ini belum pernah berkunjung langsung ke Baduy."Mudah-mudahan Beliau bisa sisihkan waktu untuk menyapa langsung masyarakat Baduy. Sebab banyak kearifan lokal yang patut kita teladani. Kita harus belajar soal kemandirian pangan, soal menjaga bahkan hidup menyatu dengan alam, soal keteraturan sosial, soal penegakan hukum dan lainnya," kata Uday.

"Setidaknya ada kebanggaan bagi mereka, bahwa eksistensi masyarakat Baduy diakui, terlebih alasan Presiden mengenakan pakaian adat Baduy karena menghormati adat istiadat yang berlaku disana," sambung Uday.



Namun demikian, ada sejumlah masalah yang dihadapi masyarakat Baduy saat ini, yakni soal kolom KTP yang masih dikosongkan atau diisi dengan agama lain. Padahal agama/kepercayaan mereka adalah Sunda Wiwitan.

“Kemudian soal keterbatasan lahan. Keluhan ini sudah disampaikan oleh para pemangku adat ke pemerintah daerah setempat. Tapi terkendala karena hal itu menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Seperti diketahui luas tanah ulayat Baduy 5.101,85 hektare. 3.000 hektare diantaranya dijadikan hutan tutupan. Sedangkan perkampungan, huma dan hutan produksi hanya 2.000 hektare.

Persoalan ini muncul karena jumlah penduduk semakin bertambah. Saat ini sudah sekitar 14.600 jiwa, yang tersebar di 68 kampung, 3 diantaranya adalah kampung Baduy Dalam (Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana)," tuturnya.

Uday berharap, pemerintah dapat mengakomodir keinginan masyarakat Baduy tersebut. "Salah satunya menghilangkan istilah wisata Baduy dan mengganti dengan kalimat Saba Budaya Baduy,” tandasnya. teguh mahardika
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2522 seconds (0.1#10.140)