Masuk Zona Merah, Kesadaran Prokes di Daerah Masih Rendah dan Stigma Sosial Tinggi

Minggu, 15 Agustus 2021 - 09:32 WIB
loading...
Masuk Zona Merah, Kesadaran Prokes di Daerah Masih Rendah dan Stigma Sosial Tinggi
Koordinator Bidang Literasi dan Edukasi Forum Solidaritas Kemanusiaan Dinny Jusuf menyebut rendahnya kesadaran prokes dan stigma sosial tinggi di daerah. Foto/Ist
A A A
TANA TORAJA - Sejumlah daerah masuk zona merah COVID-19 dengan tingkat kesadaran protokol kesehatan (prokes) masih rendah dan stigma sosial masih terjadi di masyarakat.

Baca juga: Batam, Tanjungpinang dan Lingga Zona Merah COVID-19

Pemerintah menerapkan PPKM Level 4 di luar Pulau Jawa. Di antaranya beberapa daerah di Sulawesi Selatan, termasuk Tana Toraja yang terdiri dari Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara.

Baca juga: Kabur saat Kepergok Curi HP, Wanita Ditemukan Tewas Tergantung Tanpa Bra di Tembok Kawat Berduri

Koordinator Bidang Literasi dan Edukasi Forum Solidaritas Kemanusiaan (ForumSK) Dinny Jusuf menceritakan pengalamannya saat pulang ke kampung halaman suaminya di Tana Toraja selama pandemi. Dia mengamati apa yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.

Dinny menuturkan, selama PPKM Level 4 berlangsung sejak 3 Juli 2021 telah membawa dampak baik bagi laju kasus COVID-19 di Pulau Jawa. Tapi tidak bagi daerah di luar Pulau Jawa. "PPKM di Jawa beres, tapi di kampung kita celaka. Dalam hal penularan, juga fasilitasnya," bebernya.

Dia juga mencontohkan, kalau kasus naik 10 ribu sehari di Jawa maka ada rumah sakit memadai. "Kalau di Toraja, di sini Puskesmas enggak siap kalau ada lonjakan kasus," lanjutnya.

Sangat disayangkan juga, Dinny banyak masyarakat yang masih abai mematuhi prokes. "Di rumah saya orang lewat enggak ada pakai masker. Di sini kena COVIDp-19 dapat stigma, kalau isoman juga," tuturnya.

Begitu juga dengan pendatang masih sering dianggap pembawa penyakit. "Saya saja pernah pulang ke Toraja disemprot air disinfektan," ungkapnya.

Padahal masyarakat di Tana Toraja juga masih suka berkerumun. Tadinya kampung yang ditinggalinya steril. Sekarang dengan adanya transmisi COVID-19 mulai ada yang meninggal dunia.

Belum lagi soal vaksinasi, banyak masyarakat yang masih enggan disuntik vaksin COVID-19. Selain itu, akses untuk dapat vaksin masih sangat terbatas. Bersama FSK, Dinny ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya patuh protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19.

Dia mencari cara yang tepat dan menyenangkan agar pesan ini sampai ke masyarakat. "Kami inginnya jangka panjang dan pendek melakukan sosialisasi dan edukasi dengan pendekatan kearifan lokal. Bisa menggandeng tokoh masyarakat untuk jadi role model atau teladan."

"Karena kita sudah hidup berdampingan dengan COVID-19. Mikirnya sekarang kalau seandainya kena COVID-19 harus berbuat apa," bebernya.

Melihat kenyataan ini, Koordinator Nasional Forum Solidaritas Kemanusiaan, Sudirman Said menilai, kebijakan PPKM serta langkah pencegahan COVID-19 yang telah diterapkan pemerintah seharusnya dipatuhi oleh masyarakat di mana saja. Kaitannya dengan patuh prokes dan ikut vaksinasi.

"Vaksinasi akan memerlukan waktu, karena menyangkut ketersediaan pasokan, manajemen logistik, dan juga beban tenaga kesehatan," terangnya. Dia menyebut sambil diimbangi dengan pelaksanaan prokes ketat, edukasi dan literasi akan sangat menentukan keberhasilan mengendalikan pandemi.

Sudirman menambahkan, masalah stigma di masyarakat menjadi tantangan bersama. Menurutnya, antar warga harus menjaga keharmonisan, agar tidak terjadi saling curiga. "Peran para pemimpin masyarakat akan sangat penting menjaga saling percaya antar warga. Bahkan semangat saling bantu yang harus digelorakan," tuturnya.

Selain itu, dia mengatakan ada 3 upaya penting yang akandilakukan FSK, mulai dari edukasi dan peningkatan literasi secara massif, membantu pemulihan kesehatan, serta memperkuat pemberdayaan sosial dan ekonomi sebagai dampak dari pandemi.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2487 seconds (0.1#10.140)