Mengenal Mpok Atie, Anak Betawi yang Jadi Penuntut Umum
loading...
A
A
A
KARAWANG - Kepala Kejaksaan Negeri Karawang , Rohayatie (55) mengakhiri tugas di Karawang setelah mendapat promosi sebagai Asisten Pidana Umum (Aspidum) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten . Tiga tahun bertugas di Karawang, banyak pengalaman yang didapat Rohayatie, atau biasa dipanggil Mpok Atie. Mpok Atie memang asli Betawi dan dia bangga menjadi orang Betawi dan bisa bersaing dengan daerah lainnya.
"Saya mah bangga menjadi orang Betawi, seperti juga yang lain bangga dengan daerahnya sendiri. Itu hanya memotivasi kita untuk terus maju," kata Mpok Atie.
Menurut Mpok Atie, yang lahir di Jakarta 19 Januari 1966, sebagai anak Betawi, dia sempat pesimistis meniti karier sebagai Jaksa. Maklum soal pendidikan saat itu masih belum prioritas di Jakarta, apalagi seorang perempuan. Namun orang tuanya terus mendorong melanjutkan sekolah agar bisa menjadi penuntut umum.
"Saya memang lulus CPNS dan tugas pertama saya di Kejaksaan Purwakarta. Namun untuk menjadi penuntut umum saya harus sekolah lagi hingga sarjana. Saya sempat ragu saat itu. Tapi orang tua saya terus mendorong hingga akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah," katanya.
Setelah menjadi jaksa, karier Mpok Atie mulai terlihat bersinar. Setelah tugas di Purwakarta dia kembali ke Jakarta di Badiklat Kejaksaan Agung. Dari situ dia bisa membiayai adik-adik untuk bersekolah.
"Saat itu saya sudah bisa membantu orang tua menyekolahkan adik-adik," timpalnya.
Mpok Atie boleh berbangga hati karena dirinya menjadi satu-satunya anak perempuan Betawi yang menjadi pejabat di Kejaksaan Agung.
Baca juga : Kejari Karawang Buka Layanan Pengaduan Tipikor Secara Online
Sebagai Asisten Pidana Umum (Aspidum) Kejaksaan Tinggi Banten, dia satu-satunya orang Betawi perempuan yang menduduki jabatan penting. "Setahu saya memang belum ada orang Betawi perempuan yang menduduki posisi seperti itu. Saya bersyukur dan bisa membuktikan anak Betawi juga sekolah dan menduduki jabatan penting," tandasnya.
"Saya mah bangga menjadi orang Betawi, seperti juga yang lain bangga dengan daerahnya sendiri. Itu hanya memotivasi kita untuk terus maju," kata Mpok Atie.
Menurut Mpok Atie, yang lahir di Jakarta 19 Januari 1966, sebagai anak Betawi, dia sempat pesimistis meniti karier sebagai Jaksa. Maklum soal pendidikan saat itu masih belum prioritas di Jakarta, apalagi seorang perempuan. Namun orang tuanya terus mendorong melanjutkan sekolah agar bisa menjadi penuntut umum.
"Saya memang lulus CPNS dan tugas pertama saya di Kejaksaan Purwakarta. Namun untuk menjadi penuntut umum saya harus sekolah lagi hingga sarjana. Saya sempat ragu saat itu. Tapi orang tua saya terus mendorong hingga akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah," katanya.
Setelah menjadi jaksa, karier Mpok Atie mulai terlihat bersinar. Setelah tugas di Purwakarta dia kembali ke Jakarta di Badiklat Kejaksaan Agung. Dari situ dia bisa membiayai adik-adik untuk bersekolah.
"Saat itu saya sudah bisa membantu orang tua menyekolahkan adik-adik," timpalnya.
Mpok Atie boleh berbangga hati karena dirinya menjadi satu-satunya anak perempuan Betawi yang menjadi pejabat di Kejaksaan Agung.
Baca juga : Kejari Karawang Buka Layanan Pengaduan Tipikor Secara Online
Sebagai Asisten Pidana Umum (Aspidum) Kejaksaan Tinggi Banten, dia satu-satunya orang Betawi perempuan yang menduduki jabatan penting. "Setahu saya memang belum ada orang Betawi perempuan yang menduduki posisi seperti itu. Saya bersyukur dan bisa membuktikan anak Betawi juga sekolah dan menduduki jabatan penting," tandasnya.
(sms)