3.000 Alat Tes Antigen Bakal Disiapkan di Perbatasan Makassar-Gowa
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar memutuskan akan membentuk posko perbatasan di enam titik antara Kabupaten Gowa dan Makassar. Hal itu diputuskan usai koordinasi kedua daerah pada Selasa (3/8/2021).
Wali Kota Makassar , Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto mengatakan posko perbatasan tersebut akan dibekali dengan 3.000 alat tes antigen untuk memastikan masyarakat yang melintas di perbatasan tidak terpapar Covid-19.
"Kami support 3.000 antigen di perbatasan kita, kalo tidak salah itu ada enam pintu (perbatasan). Jadi kita akan drop semua," ujarnya.
Rencana di wilayah perbatasan akan dibuat swab massal, dimana selain adanya keterlibatan TNI dan Polri, Pemkot Makassar juga akan mengerahkan sejumlah detektor.
Danny mengaku belum bisa membeberkan waktu pengadaan posko dan rapid antigen tersebut di perbatasan. Masih perlu pembicaraan lanjutan bersama forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda).
"Untuk pelaksanaan itu belum, nanti kita koordinasi dengan Forkopimda. Teknisnya, saya sudah serahkan ke TNI-Polri. Mengenai penegakan, ketegasan prokes, saya serahkan ke TNI-Polri biar mereka duluan. Untuk Swab langsung saya tidak tahu, tapi permintaan seperti itu kami sudah siapkan. Menyiapkan orang menyiapkan antigen," ucapnya.
Selain menyediakan posko di perbatasan, Danny juga bakal menyediakan 998 posko yang disebar di seluruh kelurahan.
"Sekarang pekerjaan terbesar adalah mencari. Besok ini saya sudah mulai tes posko RW itu (jumlahnya) seribu. Nanti detektor akan ditraining saya akan langsung training bersama teman-teman IDI lewat virtual, 1.000 posko (tepatnya) 998 posko detektor kumpul di situ kami akan training sekaligus menguji posko," pungkasnya.
Ahli Epidemiologi Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin mengatakan pengadaan antigen di perbatasan merupakan langkah yang cukup baik. Beberapa daerah, kata dia, termasuk ibu kota menerapkan hal serupa.
Hanya saja dinilai kurang efektif, karena yang seharusnya menjadi sasaran tracing dan testing adalah klaster keluarga yang tinggi yang di Kota Makassar.
"Tapi dari satu sisi sebenarnya sekarang ini positifity rate Makassar itu 35% sampai 40% penularan pada klaster keluarga. Jadi sebenarnya kasus ini sudah ada di dalam kota. Sudah ada di rumah-rumah," sebutnya.
Menurut Prof Ridwam, tracing dan testing semestinya menyasar orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19 alih-alih secara acak melakukan screening terhadap orang yang hampir bisa dipastikan sehat saat melintasi perbatasan.
"Setiap yang positif itu harus dipastikan siapa kontak erat. Itu yang tidak dijalankan Pemkot. Sekarang kontak tracing cuma 1 banding 2 terlalu rendah. Jadi pertumbuhan kasus jalan terus padahal prinsip dasar kalau mau dihentikan itu, dimaksimalkan tracing, maksimalkan testing," lanjutnya.
Wali Kota Makassar , Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto mengatakan posko perbatasan tersebut akan dibekali dengan 3.000 alat tes antigen untuk memastikan masyarakat yang melintas di perbatasan tidak terpapar Covid-19.
"Kami support 3.000 antigen di perbatasan kita, kalo tidak salah itu ada enam pintu (perbatasan). Jadi kita akan drop semua," ujarnya.
Rencana di wilayah perbatasan akan dibuat swab massal, dimana selain adanya keterlibatan TNI dan Polri, Pemkot Makassar juga akan mengerahkan sejumlah detektor.
Danny mengaku belum bisa membeberkan waktu pengadaan posko dan rapid antigen tersebut di perbatasan. Masih perlu pembicaraan lanjutan bersama forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda).
"Untuk pelaksanaan itu belum, nanti kita koordinasi dengan Forkopimda. Teknisnya, saya sudah serahkan ke TNI-Polri. Mengenai penegakan, ketegasan prokes, saya serahkan ke TNI-Polri biar mereka duluan. Untuk Swab langsung saya tidak tahu, tapi permintaan seperti itu kami sudah siapkan. Menyiapkan orang menyiapkan antigen," ucapnya.
Selain menyediakan posko di perbatasan, Danny juga bakal menyediakan 998 posko yang disebar di seluruh kelurahan.
"Sekarang pekerjaan terbesar adalah mencari. Besok ini saya sudah mulai tes posko RW itu (jumlahnya) seribu. Nanti detektor akan ditraining saya akan langsung training bersama teman-teman IDI lewat virtual, 1.000 posko (tepatnya) 998 posko detektor kumpul di situ kami akan training sekaligus menguji posko," pungkasnya.
Ahli Epidemiologi Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin mengatakan pengadaan antigen di perbatasan merupakan langkah yang cukup baik. Beberapa daerah, kata dia, termasuk ibu kota menerapkan hal serupa.
Hanya saja dinilai kurang efektif, karena yang seharusnya menjadi sasaran tracing dan testing adalah klaster keluarga yang tinggi yang di Kota Makassar.
"Tapi dari satu sisi sebenarnya sekarang ini positifity rate Makassar itu 35% sampai 40% penularan pada klaster keluarga. Jadi sebenarnya kasus ini sudah ada di dalam kota. Sudah ada di rumah-rumah," sebutnya.
Menurut Prof Ridwam, tracing dan testing semestinya menyasar orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19 alih-alih secara acak melakukan screening terhadap orang yang hampir bisa dipastikan sehat saat melintasi perbatasan.
"Setiap yang positif itu harus dipastikan siapa kontak erat. Itu yang tidak dijalankan Pemkot. Sekarang kontak tracing cuma 1 banding 2 terlalu rendah. Jadi pertumbuhan kasus jalan terus padahal prinsip dasar kalau mau dihentikan itu, dimaksimalkan tracing, maksimalkan testing," lanjutnya.
(agn)