Dari Kabupaten Gowa, UMKM Bangkit Dukung Pembangunan Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
GOWA - Sumringah, Santi Bumulo, 34 tahun, pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dapur Piscok bercerita betapa beruntungnya dirinya memiliki usaha yang tetap eksis meski ditengah pandemi.
Usaha yang dirintisnya sejak lima tahun lalu berlokasi di Jalan Perumahan Zarindah, Kabupaten Gowa bisa tetap tangguh di tengah pandemi. Kondisi itu bisa terjaga dengan baik berkat andil dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa, utamanya dari Dinas Koperasi dan UMKM, serta Penggerak PKK Pemkab Gowa yang senantiasa memberinya ruang untuk terus berkembang.
Dapur Piscok miliknya tersebut memang mengalami penurunan omzet bila dibandingkan sebelum pandemi. Kendati demikian, sangat disyukurinya karena tidak terlalu merosot. Bahkan, hasilnya masih stabil jika dibandingkan dengan usaha serupa lainnya.
“Dulu sebelum pandemi penjualan dikisaran 3-5 lusin atau sekitar Rp1-2 juta per harinya dengan harga per lusin Rp35.000, kondisi saat ini dikisaran Rp500.000 sampai Rp600.000 untuk omzet kotornya. Tapi ini saja sudah sangat disyukuri karena masih berpenghasilan,” ujarnya, saat dihubungi, Minggu, (04/07/2021).
Santi Bumulo mengungkapkan, sejak awal memang metode penjualan diperkuat secara online, jikapun online banyak didukung dengan kegiatan pameran yang diikutkan oleh Pemkab Gowa. Bahkan, terkadang Ketua Penggerak PKK Kabupaten Gowa Priska Paramita Adnan turut membantu UMKM dengan mempromosikan di Instagramnya sehingga banyak pesanan yang masuk.
Pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dapur Piscok memberikan hasil UMKMnya ke Ketua PKK Gowa. Foto:dok
“Pemkab Gowa sangat membantu tidak saja dalam pemasaran, tapi juga mengikutkan pelatihan pengemasan dan bagaimana menjaga omzet tetap ada meski pandemi. Tidak sampai disitu Ibu Priska Ketua PKK membantu mempromosikan. Nah, dari situ biasanya ada pesanan tidak saja personal tapi juga dalam jumlah besar,” terangnya.
Termasuk dukungan di group WhatsApp UMKM Gowa saling mensupport agar produk bisa terjual, bahkan saling merekomendasikan produk. Dia mengakui, dari usaha menjual panganan berbahan dasar pisang membuatnya melakukan ekspansi usaha. Meski bukan kuliner, setidaknya bisa mengepulkan dapur.
“Alhamdulillah pendapatan tetap ada yang masuk, setidaknya tidak nol. Tentu patut disyukuri,” katanya.
Besarnya komitmen Pemkab Gowa dalam mendorong peningkatan ekonomi daerah, utamanya dimasa pandemi tercermin dalam pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Gowa menunjukkan kondisi yang positif meskipun berada di tengah-tengah pandemi Covid-19.
Meski sebelumnya masuk menjadi daerah episentrum penularan, selain Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
Pertumbuhan ekonomi daerah penyangga Kota Makassar ini dalam kondisi stabil. Menurut Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, indikator keberhasilan ekonomi juga menggambarkan kinerja yang cukup baik di masa pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi kita di 2020 mengalami perlambatan akan tetapi masih berada pada kondisi positif atau diatas pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan.
“Trend pertumbuhan ekonomi daerah di masa pandemi masih positif yaitu sekitar 1,76%, sementara pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan berada pada angka minus 0,70%,”katanya saat dihubungi, baru-baru ini.
Dia menyebutkan, jika indikator keberhasilan diantaranya ditopang oleh pendapatan perkapita di Kabupaten Gowa mengalami peningkatan jika pada 2019 mencapai Rp 27,10 juta dan di 2020 naik sebesar 1,29% atau Rp 27,45 juta.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi ini juga terlihat dari pemerintah daerah mampu menekan angka kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Berdasarkan data kemiskinan di Kabupaten Gowa tercatat angka kemiskinan turun dari 7,53% di 2019 menjadi 7,38 persen di 2020. Bahkan, Kabupaten Gowa berada di bawah angka kemiskinan Sulsel sebesar 8,99, sedangkana angka pengangguran kita di tahun ini sekitar 6,44%.
Ketiga, hal ini juga terlihat dari keberhasilan pemerintah meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dimana, pada Maret 2020 lalu angka IPM di Kabupaten Gowa naik dari 69,6 pada 2019 menjadi 70,4 pada 2020. Hal ini pun menjadikan status IPM Kabupaten Gowa dari sedang menjadi tinggi.
“Dengan seluruh capaian perekonomian yang diraih tentunya berimplikasi terhadap meningkatnya kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah. Hal ini terbukti pada 2020 kepuas publik mencapai 90,7% dari tahun sebelumnya sekitarnya 83,3% persen,” ungkapnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) ini memaparkan, pada kondisi pandemi telah dilakukan beberapa upaya untuk bisa kembali menggerakkan akselerasi ekonomi.
Upaya tersebut diantaranya dengan menerapkan teori gas dan rem. Teori gas dan rem itu, kalau misalnya terjadi peningkatan covid disuatu daerah maka harus melakukan rem.
Dia mencontohkan, misalnya seperti sekarang ini kita memakai teori rem karena kasus covid-19 meningkat sehingga kita rem kembali. Dimana tempat-tempat ditutup kembali, jamnya diatur kembali, sekolah yang tadinya dibuka ditutup kembali dan segala macam. Tetapi, kalau dalam situasi melandai atau angka penularan covidnya rendah kita baru memakai gas.
“Teori Gas itu untuk meningkatkan ekonomi, karena ini merupakan pilihan yang sulit. Kita fokus pada kesehatan hancur ekonomi kita, ekonomi hancur masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan bahkan mungkin banyak masyarakat yang tidak bisa makan karena ekonomi tidak berjalan. Kekuatan pemerintah juga berkurang untuk bisa membantu masyarakatnnya karena ekonomi tidak berjalan,”terangnya.
Jadi, kalau misalnya dia lagi landai itu yang harus digas. Sekarang kita lagi pakai gas, karena kemarin sempat di rem-rem sekarang kita gas betul.
“Semua tempat kita buka tetapi dengan kita kontrol protokol kesehatannya. Kalau misalnya ada yang melanggar kita beri surat peringatan. Kemarin kita beri surat teguran pertama ke Wisata Kebun di Bontomarannu karena dia tidak membatasi pengunjungnya. Kita tetap awasi, jadi gas bukan berarti abai, tapi gas itu dengan protokol Kesehatan,”terangnya.
Adnan sapaan akrabnya mengungkapkan, saat ini pihaknya melihat dibeberapa daerah terjadi peningkatan, makanya dilakukan tracing oleh tim gugus yang disinkronkan dengan data yang ada di provinsi.
“Kalau misalnya tiba-tiba Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa langsung zonanya berubah misalnya dari oranges s menjadi merah langsung kita lakukan pengereman lagi. Makanya kemarin waktu kita gas saya keluarkan edaran kepada jajaran tidak boleh ada yang melakukan kegiatan diluar wilayah Kabupaten Gowa. Tidak boleh ada pelatihan hotel di Makassar dan segala macam tidak boleh. Harus melakukan kegiatan di wilayah Kabupaten Gowa. Tidak ada gedung pakai tenda, sekaligus bangkitkan kembali ekonominya. Snack-snack yang dipersiapkan ambil dari UMKM Gowa, itulah cara-cara bagaimana kita menggerakkan kembali ekonomi,”ungkapnya.
Dia menyebutkan, data BPS terbaru menunjukkan Gowa tidak minus dan masih plus. Meskipun pertumbuhan ekonominya dikisaran1,18% atau 1,78%.
“Tumbuhnya lambat karena situasi, tapi alhamdulillah kita tidak minus. Karena kita juga tetap menjaga para petani kita yang ada di Gowa khususnya di Tomobolo Pao. Tombolo Pao itukan yang mensupply bahan sandang papan yang ada di Makassar. Sayur, buah-buahan itukan ambilnya dari Tombolopau, itukan di Makassar semua dari kita makanya terus dijaga. Pertanian menjadi penopang ekonomi daerah ini,” tuturnya.
Dari sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) murni berhadapan dengan rumah sakit itu sekitar Rp300 miliaran. Hanya saja dengan situasi pandemi pasti turun, apalagi tahun lalu ada sekitar 3-4 bulan masyarakat dibebaskan bayar pajak sehingga tidak ada pemasukan.
Dari sisi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Adnan menyebutkan tentu terus melakukan upayan untuk hal itu. Bahkan, pihaknya telah mengajukan dana PEN ke pemerintah pusat.
Nantinya, jika cair dana tersebut akan dimanfaatkan pada sektor padat karya seperti perbaikan infrastruktur. Sektor padat karya, ungkapnya, yang mampu memberikan multiflier effect seperti bisa menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.
“Jadi kalau misalnya kita dapat kucuran PEN itu secara tidak langsung itu pasti akselerasi ekonomi langsung meroket. Karena kita ini terus terjadi pemotongan bahkan tidak turun. Kita harus pahami kondisi nasional bagaimana susahnya di pandemi ini. Misalnya satu bidang aja, tahun lalu itu kita dapat Dana Alokasi Umum (DAK) khusus untuk infrastruktur jalan itu Rp95 miliar, r karena pandemi kita hanya ditransfer sekitar Rp14 miliar. Jadi bayangkan luas Kabupaten Gowa 2.239 km, tahun lalu hanya Rp14 miliar r bagaimana masyarakat tidak mengamuk, masyarakat tidak tahu kondisi kita seperti apa, dia merasa jalannya tidak diperbaiki,”paparnya.
Disisi lain pasca dilantik sebagai Sekjen APKASI, Adnan Purichta melihat asosiasi ini sangat memiliki andil besar menjadi jembatan aspirasi bagi pemerintah kabupaten di seluruh Indonesia .
“Kami bersama pengurus berkomitmen mengembangkan daerah, makanya dilakukan penyamaan persepsi dalam mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di setiap daerah,”pungkasnya.
Terpisah, Kadis Koperasi dan UMKM Gowa, Andy Aziz Peter mengakui, jika trend pertumbuhan UMKM terus membaik, bahkan semakin bertambah. Sebelum pandemi jumlah UMKM di Gowa dikisaran 37.000, setelah pandemi mencapai 80.000 UMKM merujuk pada data penerima Bantuan bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM) dari pemerintah pusat.
“ Alhamdulillah UMKM di kabupaten Gowa berjalan dengan baik. Karena memang disisi lain tetap menjalankan protokol kesehatan setiap pelaku usaha. Kemudian beberapa instansi OPD yang terkait dengan UMKM tak henti-hentinya memberi edukasi terkait dengan produksi para pelaku usaha di kabupaten Gowa. Paling banyak yang tumbuh disetiap berapa kecamatan ini kuliner-kuliner dan sebagian juga dari industri rumah tangga,” ungkapnya.
Dia menambahkan, bentuk dukungan ke UMKM seperti dengan memberikan bantuan peralatan tempat jualan, industri rumah tangga untuk kompor dan sebagainya.
Usaha yang dirintisnya sejak lima tahun lalu berlokasi di Jalan Perumahan Zarindah, Kabupaten Gowa bisa tetap tangguh di tengah pandemi. Kondisi itu bisa terjaga dengan baik berkat andil dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa, utamanya dari Dinas Koperasi dan UMKM, serta Penggerak PKK Pemkab Gowa yang senantiasa memberinya ruang untuk terus berkembang.
Dapur Piscok miliknya tersebut memang mengalami penurunan omzet bila dibandingkan sebelum pandemi. Kendati demikian, sangat disyukurinya karena tidak terlalu merosot. Bahkan, hasilnya masih stabil jika dibandingkan dengan usaha serupa lainnya.
“Dulu sebelum pandemi penjualan dikisaran 3-5 lusin atau sekitar Rp1-2 juta per harinya dengan harga per lusin Rp35.000, kondisi saat ini dikisaran Rp500.000 sampai Rp600.000 untuk omzet kotornya. Tapi ini saja sudah sangat disyukuri karena masih berpenghasilan,” ujarnya, saat dihubungi, Minggu, (04/07/2021).
Santi Bumulo mengungkapkan, sejak awal memang metode penjualan diperkuat secara online, jikapun online banyak didukung dengan kegiatan pameran yang diikutkan oleh Pemkab Gowa. Bahkan, terkadang Ketua Penggerak PKK Kabupaten Gowa Priska Paramita Adnan turut membantu UMKM dengan mempromosikan di Instagramnya sehingga banyak pesanan yang masuk.
Pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dapur Piscok memberikan hasil UMKMnya ke Ketua PKK Gowa. Foto:dok
“Pemkab Gowa sangat membantu tidak saja dalam pemasaran, tapi juga mengikutkan pelatihan pengemasan dan bagaimana menjaga omzet tetap ada meski pandemi. Tidak sampai disitu Ibu Priska Ketua PKK membantu mempromosikan. Nah, dari situ biasanya ada pesanan tidak saja personal tapi juga dalam jumlah besar,” terangnya.
Termasuk dukungan di group WhatsApp UMKM Gowa saling mensupport agar produk bisa terjual, bahkan saling merekomendasikan produk. Dia mengakui, dari usaha menjual panganan berbahan dasar pisang membuatnya melakukan ekspansi usaha. Meski bukan kuliner, setidaknya bisa mengepulkan dapur.
“Alhamdulillah pendapatan tetap ada yang masuk, setidaknya tidak nol. Tentu patut disyukuri,” katanya.
Besarnya komitmen Pemkab Gowa dalam mendorong peningkatan ekonomi daerah, utamanya dimasa pandemi tercermin dalam pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Gowa menunjukkan kondisi yang positif meskipun berada di tengah-tengah pandemi Covid-19.
Meski sebelumnya masuk menjadi daerah episentrum penularan, selain Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
Pertumbuhan ekonomi daerah penyangga Kota Makassar ini dalam kondisi stabil. Menurut Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, indikator keberhasilan ekonomi juga menggambarkan kinerja yang cukup baik di masa pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi kita di 2020 mengalami perlambatan akan tetapi masih berada pada kondisi positif atau diatas pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan.
“Trend pertumbuhan ekonomi daerah di masa pandemi masih positif yaitu sekitar 1,76%, sementara pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan berada pada angka minus 0,70%,”katanya saat dihubungi, baru-baru ini.
Dia menyebutkan, jika indikator keberhasilan diantaranya ditopang oleh pendapatan perkapita di Kabupaten Gowa mengalami peningkatan jika pada 2019 mencapai Rp 27,10 juta dan di 2020 naik sebesar 1,29% atau Rp 27,45 juta.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi ini juga terlihat dari pemerintah daerah mampu menekan angka kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Berdasarkan data kemiskinan di Kabupaten Gowa tercatat angka kemiskinan turun dari 7,53% di 2019 menjadi 7,38 persen di 2020. Bahkan, Kabupaten Gowa berada di bawah angka kemiskinan Sulsel sebesar 8,99, sedangkana angka pengangguran kita di tahun ini sekitar 6,44%.
Ketiga, hal ini juga terlihat dari keberhasilan pemerintah meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dimana, pada Maret 2020 lalu angka IPM di Kabupaten Gowa naik dari 69,6 pada 2019 menjadi 70,4 pada 2020. Hal ini pun menjadikan status IPM Kabupaten Gowa dari sedang menjadi tinggi.
“Dengan seluruh capaian perekonomian yang diraih tentunya berimplikasi terhadap meningkatnya kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah. Hal ini terbukti pada 2020 kepuas publik mencapai 90,7% dari tahun sebelumnya sekitarnya 83,3% persen,” ungkapnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) ini memaparkan, pada kondisi pandemi telah dilakukan beberapa upaya untuk bisa kembali menggerakkan akselerasi ekonomi.
Upaya tersebut diantaranya dengan menerapkan teori gas dan rem. Teori gas dan rem itu, kalau misalnya terjadi peningkatan covid disuatu daerah maka harus melakukan rem.
Dia mencontohkan, misalnya seperti sekarang ini kita memakai teori rem karena kasus covid-19 meningkat sehingga kita rem kembali. Dimana tempat-tempat ditutup kembali, jamnya diatur kembali, sekolah yang tadinya dibuka ditutup kembali dan segala macam. Tetapi, kalau dalam situasi melandai atau angka penularan covidnya rendah kita baru memakai gas.
“Teori Gas itu untuk meningkatkan ekonomi, karena ini merupakan pilihan yang sulit. Kita fokus pada kesehatan hancur ekonomi kita, ekonomi hancur masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan bahkan mungkin banyak masyarakat yang tidak bisa makan karena ekonomi tidak berjalan. Kekuatan pemerintah juga berkurang untuk bisa membantu masyarakatnnya karena ekonomi tidak berjalan,”terangnya.
Jadi, kalau misalnya dia lagi landai itu yang harus digas. Sekarang kita lagi pakai gas, karena kemarin sempat di rem-rem sekarang kita gas betul.
“Semua tempat kita buka tetapi dengan kita kontrol protokol kesehatannya. Kalau misalnya ada yang melanggar kita beri surat peringatan. Kemarin kita beri surat teguran pertama ke Wisata Kebun di Bontomarannu karena dia tidak membatasi pengunjungnya. Kita tetap awasi, jadi gas bukan berarti abai, tapi gas itu dengan protokol Kesehatan,”terangnya.
Adnan sapaan akrabnya mengungkapkan, saat ini pihaknya melihat dibeberapa daerah terjadi peningkatan, makanya dilakukan tracing oleh tim gugus yang disinkronkan dengan data yang ada di provinsi.
“Kalau misalnya tiba-tiba Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa langsung zonanya berubah misalnya dari oranges s menjadi merah langsung kita lakukan pengereman lagi. Makanya kemarin waktu kita gas saya keluarkan edaran kepada jajaran tidak boleh ada yang melakukan kegiatan diluar wilayah Kabupaten Gowa. Tidak boleh ada pelatihan hotel di Makassar dan segala macam tidak boleh. Harus melakukan kegiatan di wilayah Kabupaten Gowa. Tidak ada gedung pakai tenda, sekaligus bangkitkan kembali ekonominya. Snack-snack yang dipersiapkan ambil dari UMKM Gowa, itulah cara-cara bagaimana kita menggerakkan kembali ekonomi,”ungkapnya.
Dia menyebutkan, data BPS terbaru menunjukkan Gowa tidak minus dan masih plus. Meskipun pertumbuhan ekonominya dikisaran1,18% atau 1,78%.
“Tumbuhnya lambat karena situasi, tapi alhamdulillah kita tidak minus. Karena kita juga tetap menjaga para petani kita yang ada di Gowa khususnya di Tomobolo Pao. Tombolo Pao itukan yang mensupply bahan sandang papan yang ada di Makassar. Sayur, buah-buahan itukan ambilnya dari Tombolopau, itukan di Makassar semua dari kita makanya terus dijaga. Pertanian menjadi penopang ekonomi daerah ini,” tuturnya.
Dari sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) murni berhadapan dengan rumah sakit itu sekitar Rp300 miliaran. Hanya saja dengan situasi pandemi pasti turun, apalagi tahun lalu ada sekitar 3-4 bulan masyarakat dibebaskan bayar pajak sehingga tidak ada pemasukan.
Dari sisi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Adnan menyebutkan tentu terus melakukan upayan untuk hal itu. Bahkan, pihaknya telah mengajukan dana PEN ke pemerintah pusat.
Nantinya, jika cair dana tersebut akan dimanfaatkan pada sektor padat karya seperti perbaikan infrastruktur. Sektor padat karya, ungkapnya, yang mampu memberikan multiflier effect seperti bisa menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.
“Jadi kalau misalnya kita dapat kucuran PEN itu secara tidak langsung itu pasti akselerasi ekonomi langsung meroket. Karena kita ini terus terjadi pemotongan bahkan tidak turun. Kita harus pahami kondisi nasional bagaimana susahnya di pandemi ini. Misalnya satu bidang aja, tahun lalu itu kita dapat Dana Alokasi Umum (DAK) khusus untuk infrastruktur jalan itu Rp95 miliar, r karena pandemi kita hanya ditransfer sekitar Rp14 miliar. Jadi bayangkan luas Kabupaten Gowa 2.239 km, tahun lalu hanya Rp14 miliar r bagaimana masyarakat tidak mengamuk, masyarakat tidak tahu kondisi kita seperti apa, dia merasa jalannya tidak diperbaiki,”paparnya.
Disisi lain pasca dilantik sebagai Sekjen APKASI, Adnan Purichta melihat asosiasi ini sangat memiliki andil besar menjadi jembatan aspirasi bagi pemerintah kabupaten di seluruh Indonesia .
“Kami bersama pengurus berkomitmen mengembangkan daerah, makanya dilakukan penyamaan persepsi dalam mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di setiap daerah,”pungkasnya.
Terpisah, Kadis Koperasi dan UMKM Gowa, Andy Aziz Peter mengakui, jika trend pertumbuhan UMKM terus membaik, bahkan semakin bertambah. Sebelum pandemi jumlah UMKM di Gowa dikisaran 37.000, setelah pandemi mencapai 80.000 UMKM merujuk pada data penerima Bantuan bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM) dari pemerintah pusat.
“ Alhamdulillah UMKM di kabupaten Gowa berjalan dengan baik. Karena memang disisi lain tetap menjalankan protokol kesehatan setiap pelaku usaha. Kemudian beberapa instansi OPD yang terkait dengan UMKM tak henti-hentinya memberi edukasi terkait dengan produksi para pelaku usaha di kabupaten Gowa. Paling banyak yang tumbuh disetiap berapa kecamatan ini kuliner-kuliner dan sebagian juga dari industri rumah tangga,” ungkapnya.
Dia menambahkan, bentuk dukungan ke UMKM seperti dengan memberikan bantuan peralatan tempat jualan, industri rumah tangga untuk kompor dan sebagainya.
(agn)