Habiskan Anggaran Rp145 Miliar, RSUD Blitar Dinilai Masih Kalah Bersaing dengan Swasta

Senin, 07 Juni 2021 - 18:35 WIB
loading...
Habiskan Anggaran Rp145 Miliar, RSUD Blitar Dinilai Masih Kalah Bersaing dengan Swasta
Pelayanan di RSUD Srengat, Kabupaten Blitar yang pembangunannya menelan anggaran Rp145 miliar dinilai masih kalah bersaing dengan rumah sakit swasta. Foto/SINDOnews/Solichan Arif
A A A
BLITAR - Pembangunan RSUD Srengat Kabupaten Blitar, Jatim yang menelan anggaran Rp145 miliar diharapkan menjadi rumah sakit andalan di wilayah barat yang berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kediri.

Baca juga: Terungkap, Pengadaan Mesin PCR RSUD Blitar Rp2,3 Miliar Tak Melalui Lelang

Namun sejak beroperasi Oktober 2020, tingkat kunjungan pasien masih juga minim. Pihak DPRD menilai RSUD Srengat masih belum mampu bersaing dengan rumah sakit swasta yang ada.

Baca juga: Dilaporkan Rizky Febian Terkait Penggelapan, Teddy Pardiyana Diperiksa Polda Jabar

"Terus terang kami kecewa," ujar Sekertaris Komisi IV DPRD Kabupaten Blitar, Medi Wibawa, Senin (7/6/2021). Sebagai rumah sakit baru tipe C, RSUD Srengat memiliki tiga kelas layanan pasien.

Kelas I dengan 6 bed, Kelas II dengan 6 bed dan Kelas III dengan 30 bed. Kemudian ditambah VIP sebanyak 5 bed. Medi mengecek langsung di RSUD Srengat. Data yang ia peroleh sepanjang April, Kelas III RSUD Srengat hanya dihuni 22 pasien rawat inap umum dan BPJS.

Pada bulan Mei ditempati 25 pasien. Sementara Kelas II di bulan yang sama (April) ditempati 6 pasien dan pada bulan Mei kosong. "Sedangkan Kelas I pada April dihuni 6 pasien dan Mei 7 pasien. Untuk VIP pada April dihuni 5 pasien dan Mei hanya 1 pasien," terang Medi. Melihat fasilitas yang dimiliki, Medi melihat tingkat kunjungan pasien ke RSUD Srengat masih minim.

Sebagian besar warga di Kecamatan Srengat, Wonodadi, Ponggok, Sanankulon dan Udanawu lebih memilih ke rumah sakit swasta. Sebagian lainnya lebih menyukai berobat ke RSUD dr Iskak Tulungagung.

Sementara saat berdirinya RSUD Srengat, Dinas Kesehatan mengklaim sebagai rumah sakit dengan fasilitas kesehatan paling lengkap dan canggih.

Diantaranya empat ruang operasi dengan tekhnologi tercanggih, yakni dilengkapi fasilitas Modular Operation Theatre semacam Operation Set atau dinding anti bakteri. Kemudian dijalankan oleh 200 tenaga kesehatan, mulai tujuh dokter spesialis, dokter umum dan perawat.

Selain itu mempunyai fasilitas pelayanan khusus COVID-19 yang terdiri empat kamar isolasi, dan mesin PCR untuk swab test. Sejak peluncuran, legislatif kata Medi berharap RSUD Srengat bakal menjadi rumah sakit andalan.

Apalagi anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan mencapai Rp145 miliar. Namun faktanya di lapangan belum sesuai harapan. Kekecewaan legislatif bertambah ketika melihat kondisi bangunan rumah sakit yang banyak dijumpai kerusakan.

Sejumlah plafon di ruang laboratorium, kata Medi banyak yang sudah rusak. "Kita kecewa. Karena hingga kini RSUD Srengat belum mampu bersaing. Bangunannya juga mulai banyak yang rusak," kata Medi.

Menanggapi hal itu, Direktur RSUD Srengat dr Pantjarara Budiresmi mengaku sejak beroperasi Oktober 2020, belum bisa memaksimalkan pelayanan masyarakat karena belum bekerja sama dengan BPJS.

Kemudian dengan menjadikan RSUD Srengat sebagai rumah sakit untuk kasus COVID-19, menjadikan banyak masyarakat yang takut. Meskipun pasien COVID-19 ditempatkan di ruang isolasi khusus yang terpisah dengan IGD dan rawat jalan. "Kita baru bisa melayani pasien BPJS sejak April 2021," ujar Pantjarara.

RSUD Srengat hingga kini juga belum bisa melakukan promosi sendiri. Sebab status rumah sakit belum BLUD. Semua kebijakan terkait dengan promosi kata Pantjarara masih tergantung dengan keputusan dinas kesehatan. "Karena belum BLUD," katanya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4947 seconds (0.1#10.140)