Pasien COVID-19 Ditunggui Keluarga, Ganjar Tegur Dirut RSUD dan Bupati Kudus
loading...
A
A
A
"Kalau orang tidak positif, kenapa harus ada di ruang isolasi ini. Apalagi mereka bersama satu ruangan di situ. Ini kan bahaya, siapa yang menjamin mereka tidak ketularan. Kalau seperti ini kan jumlahnya justru akan semakin banyak," katanya
Ganjar kembali menemukan kejadian yang sama saat melihat rumah sakit darurat di asrama mahasiswa Akbid Kudus. Di tempat itu, ada beberapa pasien yang ditunggu oleh keluarganya.
"Saya minta SOP diperketat agar ini tidak menular. Tadi bahaya itu, maka saya minta dievaluasi langsung hari ini juga. Agar tidak menambah potensi penularan pada yang lain," tegas Ganjar.
Dari pantauannya itu, Ganjar mengatakan bahwa pelayanan rumah sakit di Kudus untuk kasus COVID-19 memang sudah tinggi. Di RSUD Loekmono Hadi pelayanannya sudah penuh.
"Tapi pak Dirut dan pak Bupati sudah menyiapkan tambahannya di sini (asrama mahasiswa), sehingga mereka yang perlu dirawat masih bisa. Kalau rumah sakitnya sudah penuh. Sehingga kita menyiapkan cadangannya di Kota Semarang. Sudah kita siapkan, bahkan sudah ada pasien dari sini dikirim ke Semarang," ujarnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Loekmono Hadi, Abdul Aziz Achyar mengatakan, seluruh tempat tidur isolasi di rumah sakit itu memang sudah penuh. Dari 138 tempat tidur yang disediakan, tak satupun yang kosong.
"Posisi hari ini semuanya penuh, dari tempat tidur 138 itu, sudah penuh semuanya. Sebagian masih di IGD sekitar 27 orang," kata Aziz.
Akan tetapi, masih ada ruang untuk pasien yang disediakan di rumah sakit darurat asrama mahasiswa Akbid. Di sana saat ini, baru terisi 26 pasien.
"Kami juga dibantu dari RSUD Ketileng Semarang. Kemarin sudah dibawa ke Semarang 8 pasien, tadi malam 3 pasien. Jadi posisinya agak lega. Tapi sekarang isolasi memang penuh, sebagian dikirim ke Semarang," katanya.
Sementara, Direktur Utama RS Mardi Rahayu, Pujianto mengatakan, bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit itu bahkan sudah 91%. "Kami sedang membangun tempat isolasi baru di gedung Immanuel dengan kapasitas 18 tempat tidur. Besok kemungkinan sudah bisa digunakan," ujarnya.
Ganjar kembali menemukan kejadian yang sama saat melihat rumah sakit darurat di asrama mahasiswa Akbid Kudus. Di tempat itu, ada beberapa pasien yang ditunggu oleh keluarganya.
"Saya minta SOP diperketat agar ini tidak menular. Tadi bahaya itu, maka saya minta dievaluasi langsung hari ini juga. Agar tidak menambah potensi penularan pada yang lain," tegas Ganjar.
Dari pantauannya itu, Ganjar mengatakan bahwa pelayanan rumah sakit di Kudus untuk kasus COVID-19 memang sudah tinggi. Di RSUD Loekmono Hadi pelayanannya sudah penuh.
"Tapi pak Dirut dan pak Bupati sudah menyiapkan tambahannya di sini (asrama mahasiswa), sehingga mereka yang perlu dirawat masih bisa. Kalau rumah sakitnya sudah penuh. Sehingga kita menyiapkan cadangannya di Kota Semarang. Sudah kita siapkan, bahkan sudah ada pasien dari sini dikirim ke Semarang," ujarnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Loekmono Hadi, Abdul Aziz Achyar mengatakan, seluruh tempat tidur isolasi di rumah sakit itu memang sudah penuh. Dari 138 tempat tidur yang disediakan, tak satupun yang kosong.
"Posisi hari ini semuanya penuh, dari tempat tidur 138 itu, sudah penuh semuanya. Sebagian masih di IGD sekitar 27 orang," kata Aziz.
Akan tetapi, masih ada ruang untuk pasien yang disediakan di rumah sakit darurat asrama mahasiswa Akbid. Di sana saat ini, baru terisi 26 pasien.
"Kami juga dibantu dari RSUD Ketileng Semarang. Kemarin sudah dibawa ke Semarang 8 pasien, tadi malam 3 pasien. Jadi posisinya agak lega. Tapi sekarang isolasi memang penuh, sebagian dikirim ke Semarang," katanya.
Sementara, Direktur Utama RS Mardi Rahayu, Pujianto mengatakan, bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit itu bahkan sudah 91%. "Kami sedang membangun tempat isolasi baru di gedung Immanuel dengan kapasitas 18 tempat tidur. Besok kemungkinan sudah bisa digunakan," ujarnya.