Pasien COVID-19 Ditunggui Keluarga, Ganjar Tegur Dirut RSUD dan Bupati Kudus
loading...
A
A
A
KUDUS - Pasien positif COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi RSUD Loekmono Hadi, Kudus, Jateng ditunggui oleh keluarganya. Padahal keluarga yang menunggu tidak positif COVID-19 dan saat menunggu tak mengenakan alat pelindung diri (APD).
Baca juga: Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo Dipuji seperti Jokowi di Kedung Banteng
Temuan itu terungkap saat Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengecek sejumlah layanan kesehatan di Kabupaten Kudus, Senin (31/5/2021). Pengecekan dilakukan karena peningkatan kasus COVID-19 di Kudus yang melonjak tajam.
Baca juga: Menyayat Hati, Curhat Pengantin Perempuan yang Pasangannya Tewas Loncat dari Lantai 7 Hotel
Sejumlah rumah sakit dikunjungi Ganjar antara lain RSUD Loekmono Hadi Kudus, rumah sakit darurat yang ada di Asrama Mahasiswa Akbid Kudus, Rumah Sakit Mardi Rahayu dan di desa Pedawangan Kecamatan Bae Kudus.
Saat melakukan pengecekan, Ganjar menemukan pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penanganan COVID-19 di RSUD Loekmono Hadi, Kudus. Saat meninjau ruang isolasi di rumah sakit tersebut, dia melihat sejumlah pasien COVID-19 ditunggu oleh keluarganya.
Padahal, keluarga pasien itu tidak positif COVID-19. Mereka juga tidak memakai APD lengkap saat berada satu gedung dengan pasien COVID-19 itu.
Saat Ganjar datang, para keluarga pasien yang sedang menunggu itu juga tidak mengedepankan protokol kesehatan. Mereka duduk-duduk bersama keluarga pasien lain dan bahkan pasien COVID-19.
"Sampean ngapain pak, di situ? Positif juga?," tanya Ganjar pada beberapa orang yang sedang duduk-duduk di lorong tempat isolasi itu. "Tidak pak, ini lagi nunggu keluarga," kata mereka.
Jawaban itu membuat Ganjar terkejut. Ganjar langsung menegur Dirut RSUD Loekmono Hadi dan Bupati Kudus, Hartopo yang mendampinginya. Ganjar menegaskan apa yang terjadi itu salah dan harus dievaluasi karena membahayakan.
"Kalau orang tidak positif, kenapa harus ada di ruang isolasi ini. Apalagi mereka bersama satu ruangan di situ. Ini kan bahaya, siapa yang menjamin mereka tidak ketularan. Kalau seperti ini kan jumlahnya justru akan semakin banyak," katanya
Ganjar kembali menemukan kejadian yang sama saat melihat rumah sakit darurat di asrama mahasiswa Akbid Kudus. Di tempat itu, ada beberapa pasien yang ditunggu oleh keluarganya.
"Saya minta SOP diperketat agar ini tidak menular. Tadi bahaya itu, maka saya minta dievaluasi langsung hari ini juga. Agar tidak menambah potensi penularan pada yang lain," tegas Ganjar.
Dari pantauannya itu, Ganjar mengatakan bahwa pelayanan rumah sakit di Kudus untuk kasus COVID-19 memang sudah tinggi. Di RSUD Loekmono Hadi pelayanannya sudah penuh.
"Tapi pak Dirut dan pak Bupati sudah menyiapkan tambahannya di sini (asrama mahasiswa), sehingga mereka yang perlu dirawat masih bisa. Kalau rumah sakitnya sudah penuh. Sehingga kita menyiapkan cadangannya di Kota Semarang. Sudah kita siapkan, bahkan sudah ada pasien dari sini dikirim ke Semarang," ujarnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Loekmono Hadi, Abdul Aziz Achyar mengatakan, seluruh tempat tidur isolasi di rumah sakit itu memang sudah penuh. Dari 138 tempat tidur yang disediakan, tak satupun yang kosong.
"Posisi hari ini semuanya penuh, dari tempat tidur 138 itu, sudah penuh semuanya. Sebagian masih di IGD sekitar 27 orang," kata Aziz.
Akan tetapi, masih ada ruang untuk pasien yang disediakan di rumah sakit darurat asrama mahasiswa Akbid. Di sana saat ini, baru terisi 26 pasien.
"Kami juga dibantu dari RSUD Ketileng Semarang. Kemarin sudah dibawa ke Semarang 8 pasien, tadi malam 3 pasien. Jadi posisinya agak lega. Tapi sekarang isolasi memang penuh, sebagian dikirim ke Semarang," katanya.
Sementara, Direktur Utama RS Mardi Rahayu, Pujianto mengatakan, bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit itu bahkan sudah 91%. "Kami sedang membangun tempat isolasi baru di gedung Immanuel dengan kapasitas 18 tempat tidur. Besok kemungkinan sudah bisa digunakan," ujarnya.
Baca juga: Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo Dipuji seperti Jokowi di Kedung Banteng
Temuan itu terungkap saat Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengecek sejumlah layanan kesehatan di Kabupaten Kudus, Senin (31/5/2021). Pengecekan dilakukan karena peningkatan kasus COVID-19 di Kudus yang melonjak tajam.
Baca juga: Menyayat Hati, Curhat Pengantin Perempuan yang Pasangannya Tewas Loncat dari Lantai 7 Hotel
Sejumlah rumah sakit dikunjungi Ganjar antara lain RSUD Loekmono Hadi Kudus, rumah sakit darurat yang ada di Asrama Mahasiswa Akbid Kudus, Rumah Sakit Mardi Rahayu dan di desa Pedawangan Kecamatan Bae Kudus.
Saat melakukan pengecekan, Ganjar menemukan pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penanganan COVID-19 di RSUD Loekmono Hadi, Kudus. Saat meninjau ruang isolasi di rumah sakit tersebut, dia melihat sejumlah pasien COVID-19 ditunggu oleh keluarganya.
Padahal, keluarga pasien itu tidak positif COVID-19. Mereka juga tidak memakai APD lengkap saat berada satu gedung dengan pasien COVID-19 itu.
Saat Ganjar datang, para keluarga pasien yang sedang menunggu itu juga tidak mengedepankan protokol kesehatan. Mereka duduk-duduk bersama keluarga pasien lain dan bahkan pasien COVID-19.
"Sampean ngapain pak, di situ? Positif juga?," tanya Ganjar pada beberapa orang yang sedang duduk-duduk di lorong tempat isolasi itu. "Tidak pak, ini lagi nunggu keluarga," kata mereka.
Jawaban itu membuat Ganjar terkejut. Ganjar langsung menegur Dirut RSUD Loekmono Hadi dan Bupati Kudus, Hartopo yang mendampinginya. Ganjar menegaskan apa yang terjadi itu salah dan harus dievaluasi karena membahayakan.
"Kalau orang tidak positif, kenapa harus ada di ruang isolasi ini. Apalagi mereka bersama satu ruangan di situ. Ini kan bahaya, siapa yang menjamin mereka tidak ketularan. Kalau seperti ini kan jumlahnya justru akan semakin banyak," katanya
Ganjar kembali menemukan kejadian yang sama saat melihat rumah sakit darurat di asrama mahasiswa Akbid Kudus. Di tempat itu, ada beberapa pasien yang ditunggu oleh keluarganya.
"Saya minta SOP diperketat agar ini tidak menular. Tadi bahaya itu, maka saya minta dievaluasi langsung hari ini juga. Agar tidak menambah potensi penularan pada yang lain," tegas Ganjar.
Dari pantauannya itu, Ganjar mengatakan bahwa pelayanan rumah sakit di Kudus untuk kasus COVID-19 memang sudah tinggi. Di RSUD Loekmono Hadi pelayanannya sudah penuh.
"Tapi pak Dirut dan pak Bupati sudah menyiapkan tambahannya di sini (asrama mahasiswa), sehingga mereka yang perlu dirawat masih bisa. Kalau rumah sakitnya sudah penuh. Sehingga kita menyiapkan cadangannya di Kota Semarang. Sudah kita siapkan, bahkan sudah ada pasien dari sini dikirim ke Semarang," ujarnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Loekmono Hadi, Abdul Aziz Achyar mengatakan, seluruh tempat tidur isolasi di rumah sakit itu memang sudah penuh. Dari 138 tempat tidur yang disediakan, tak satupun yang kosong.
"Posisi hari ini semuanya penuh, dari tempat tidur 138 itu, sudah penuh semuanya. Sebagian masih di IGD sekitar 27 orang," kata Aziz.
Akan tetapi, masih ada ruang untuk pasien yang disediakan di rumah sakit darurat asrama mahasiswa Akbid. Di sana saat ini, baru terisi 26 pasien.
"Kami juga dibantu dari RSUD Ketileng Semarang. Kemarin sudah dibawa ke Semarang 8 pasien, tadi malam 3 pasien. Jadi posisinya agak lega. Tapi sekarang isolasi memang penuh, sebagian dikirim ke Semarang," katanya.
Sementara, Direktur Utama RS Mardi Rahayu, Pujianto mengatakan, bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit itu bahkan sudah 91%. "Kami sedang membangun tempat isolasi baru di gedung Immanuel dengan kapasitas 18 tempat tidur. Besok kemungkinan sudah bisa digunakan," ujarnya.
(shf)