Cerita Cinta Dari Kampung China, Ratusan Tahun Menyatu Dalam Urat Nadi Manado
loading...
A
A
A
Tak sulit menemukan lokasi pechinan ini, sebab berada di tengah-tengah kota . Ke sini bisa menggunakan angkot jurusan Pasar 45 atau taksi online. Dari bandara berjarak sekitar 20 km. Di sekitar kawasan, banyak terdapat rumah makan atau kedai kopi.
Budayawan Tionghoa, Sofyan Jimmy Yosadi menggatakan, bahwa kawasan Kampung China ini sejak ratusan tahun silam sudah ada di daerah Kota Manado , yang dahulu kala disebut Wenang.
Awalnya kawasan ini masih berupa rawa-rawa, dibangun di belakang Benteng Fort Amsterdam , yang didirikan oleh bangsa Portugis, dan Spanyol, kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang namanya diubah menjadi benteng Fort Nieuw Amsterdam (Amsterdam Baru).
"Kemudian di belakang benteng oleh pemerintah Hindia Belanda, dibangun pemukiman-pemukiman yang berdasarkan etnis. Ada China, Arab, termasuk Minahasa, gunanya untuk mudah mengontrolnya," ungkapnya.
"Di belakang benteng ini lahir apa yang disebut dengan pemukiman khusus warga Tionghoa, namanya Kampung China, di sebelahnya ada kampung Arab, ada juga Kampung Tomohon , dan ada bantik," tutur Sofyan.
Sejak ratusan tahun itu kemudian ada kawasan yang merupakan kumpulan orang-orang Tionghoa , dan dari sinilah kemudian dibangun Klenteng pertama di tanah Minahasa, Sulawesi Utara, yang namanya adalah Klenteng Ban Hin Kiong.
Berdasarkan catatan sejarahnya, klenteng dibangun sekitar tahun 1700-an, dan kemudian dilakukan beberapa kali renovasi, yang paling besar-besaran renovasinya dilakukan pada tahun 1918.
Budayawan Tionghoa, Sofyan Jimmy Yosadi menggatakan, bahwa kawasan Kampung China ini sejak ratusan tahun silam sudah ada di daerah Kota Manado , yang dahulu kala disebut Wenang.
Awalnya kawasan ini masih berupa rawa-rawa, dibangun di belakang Benteng Fort Amsterdam , yang didirikan oleh bangsa Portugis, dan Spanyol, kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang namanya diubah menjadi benteng Fort Nieuw Amsterdam (Amsterdam Baru).
"Kemudian di belakang benteng oleh pemerintah Hindia Belanda, dibangun pemukiman-pemukiman yang berdasarkan etnis. Ada China, Arab, termasuk Minahasa, gunanya untuk mudah mengontrolnya," ungkapnya.
"Di belakang benteng ini lahir apa yang disebut dengan pemukiman khusus warga Tionghoa, namanya Kampung China, di sebelahnya ada kampung Arab, ada juga Kampung Tomohon , dan ada bantik," tutur Sofyan.
Sejak ratusan tahun itu kemudian ada kawasan yang merupakan kumpulan orang-orang Tionghoa , dan dari sinilah kemudian dibangun Klenteng pertama di tanah Minahasa, Sulawesi Utara, yang namanya adalah Klenteng Ban Hin Kiong.
Berdasarkan catatan sejarahnya, klenteng dibangun sekitar tahun 1700-an, dan kemudian dilakukan beberapa kali renovasi, yang paling besar-besaran renovasinya dilakukan pada tahun 1918.