Transformasi Digital, Strategi Tepat Menyongsong The New Normal

Jum'at, 22 Mei 2020 - 20:33 WIB
loading...
Transformasi Digital,...
Foto/ilustrasi.ist
A A A
JAKARTA - Pandemi coronavirus diseases 2019 (COVID-19) tanpa disadari telah menggerakan perubahan besar masyarakat global dalam segala bidang kehidupan, tak terkecuali dunia usaha. Di masa pandemi, pelaku usaha dipaksa bertahan hidup dengan berbagai cara.

Namun saat ini pelaku usaha dan kalangan industry sudah mulai menata strategi menghadapi masa pascapandemi. Salah satunya adalah transformasi digital, yang diyakini merupakan strategi ampuh bagi dunia usaha untuk survive setelah pandemi berakhir.

Digitalisasi dianggap relevan dengan perilaku the new normal yang berlaku pada semua lini industry untuk mempercepat upaya pemulihan “kerusakan” akibat pandemi, meningkatkan produktivitas, dan menekan biaya.

Muhammad Ade Irfan, sekretaris Badan Kejuruan Mesin – Persatuan Insinyur Indonesia (BKM – PII) mengatakan, digitalisasi merupakan salah satu bentuk the new normal yang akan banyak ditunggu untuk diresepkan industri.

”Tujuannya adalah memberikan kemudahan bagi industri untuk menambah produktivitas dan kenaikan revenue secara bertahap, serta mengoptimalkan pelibatan sumberdaya dalam proyek,” ujar dia sharing session online tentang Implementasi Transformasi Digital pada Industri yang diselenggarakan BKM – PII, Kamis (22/5/2020).

(Baca: Dentuman Misterius Terdengar Lagi, Kodam Siliwangi Lakukan Pengecekan)

Acara ini menghadirkan dua pembicara yaitu Anang Efendy (Enterprise Lead Google Cloud Indonesia) dan Pulung Listyawan (Engineering Manager PT Tangguh Jaya Abadi Solusindo). Anang menyampaikan bahwa digital commerce adalah bentuk usaha yang luar biasa karena memiliki basis data.

Basis data itulah yang akan menjadi currency dan diperebutkan masyarakat. Sebab, dengan data tersebut dapat diprediksikan dengan relatif tepat kegiatan seperti pemeliharaan, segmentasi pasar, perubahan kepemimpinan, budaya, perancangan, serta pengambilan keputusan. ”Jadi, transformasi digital adalah data, data adalah action, dan action adalah outcome,” kata Anang.

Meskipun begitu, menurut Anang ada hambatan dalam transformasi yaitu manusia, perubahan, keterampilan dan keamanan kerja, dan perbedaan generasi. Dalam pandangannya, pekerjaan ke depan lebih condong pada kreativitas dan inovasi, yang dibutuhkan adalah keterampilan khusus.

”Maka arah perubahan industri adalah mendefinisikan model bisnis baru, mengadopsi perubahan manajemen dan bersiap untuk gelombang perubahan berikutnya,” katanya dalam diskusi yang diikuti 64 peserta yang terdiri atas dari akademisi, pelaku bisnis, pemerintahan, asosiasi, juga mahasiswa tingkat akhir yang tertarik pada dunia digital.

(Baca: Update, Pasien Positif Corona di Jabar Sudah Tembus 2.000 Orang)

Sementara sebagai engineering manager, Pulung Listyawan menyebutkan bahwa proyek besar dikerjakan dengan batasan waktu, batasan biaya, dan batasan personel. Keterlibatan penjadwalan dalam sebuah proyek harus ditepati semua lini yang terhubung.

”Di sinilah, teknologi digital berperan untuk membantu eksekusi dengan cepat, akurat, dan terintegrasi, cukup dengan personel terbatas,” ujar dia.
(muh)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4120 seconds (0.1#10.140)