Umat Nasrani di Salatiga Bagikan Takjil Buka Puasa

Jum'at, 23 April 2021 - 22:10 WIB
loading...
Umat Nasrani di Salatiga Bagikan Takjil Buka Puasa
Sejumlah umat Nasrani membagikan takjil untuk berbuka puasa kepada pengendara kendaraan bermotor yang melintas di depan Gereja Katolik Santo Paulus Miki, Salatiga. Foto Ist
A A A
SALATIGA - Umat Gereja Katolik Santo Paulus Miki Salatiga setiap hari selama Ramadan membagikan takjil untuk berbuka puasa bagi pengendara kendaraan bermotor dan warga yang melintas di Jalan Diponegoro, tepatnya di kawasan gereja itu. Ini salah satu wujud toleransi antarumat beragama di Salatiga.

Koordinator kegiatan berbagi takjil, Agustinus Pujo Irwantoro mengatakan, kegiatan berbagi takjil menjelang waktu berbuka puasa oleh umat nasrani di depan Gereja Katolik Santo Paulus Miki telah berlangsung 2014. Kegiatan itu, adalah upaya merajut toleransi antar umat beragama di Kota Salatiga."Berbagi takjil ini sudah kami lakukan sejak lama. Meski pandemi COVID-19, kegiatan ini tetap kami laksanakan denga menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 secara ketat," katanya, Jumat (23/4/2021).

Dia mengungkapkan, semula ide membagikan takjil secara gratis itu sempat diliputi rasa khawatir akan adanya penolakan dari masyarakat. Tapi, dalam perjalanannya, banyak dukungan dan apresiasi sehingga kegiatan tersebut dijadikan tradisi setiap tahun pada bulan puasa.

"Menu takjil yang terdiri dari kolak, es dawet, bubur ketela, es buah dan lainnya merupakan hasil masakan jemaah gereja kemudian disumbangkan kepada panitia untuk dibagikan," ujarnya.

Dia menerangkan, sumbangan juga datang dari beberapa donatur yang beragama Islam. Mereka tertarik ambil bagian karena sesuai ajaran agama berbagi di bulan Ramadan pahalanya berlipat. Agustinus mengaku dalam sehari terkumpul sekira 200-250 bungkus takjil siap untuk dibagikan.

Hanya, karena situasi masih dalam pandemi serta keterbatasan tenaga sementara dibatasi maksimal 100 bungkus. "Dulu sebelum pandemi kami biasa bagikan 200-250 bungkus takjil sebelum ada pandemi. Sekarang, terpaksa kami batasi karena panitia juga tidak boleh lebih dari 10 orang," ujarnya.

Pihaknya mengungkapkan, pada masa awal pandemi masuk ke Indonesia tidak berselang lama Ramadan tiba. Tradisi membagikan takjil gratis sempat diganti sembako. Itu karena, adanya larangan berkerumun guna memutus rantai penularan COVID-19. Sumbangan yang diterima panitia waktu itu pun terbatas pada beras, mie telur, dan minyak.

Dirinya menyatakan, panitia menerapkan aturan tersebut bukan tanpa alasan tetapi lebih karena faktor kesehatan penerima bingkisan. "Tahun ini kami sudah kembali ke tradisi awal, bagi takjil," ucapnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1940 seconds (0.1#10.140)