Misteri Hutan di Kutai Kartanegara, Bicara Sembarangan Bisa Tersesat dan Hilang
loading...
A
A
A
“Setiap hutan ada aturannya yang harus ditaati. Jangan berbicara kasar, jangan merusak hutan, jangan mengambil sesuatu secara berlebihan,” kata Pak Map.
Dia menceritakan, pernah ada warga yang tersesat karena mencoba menebang pohon di hutan tersebut. Beruntung warga tersebut membawa mesin pemotong pohon.
“Arah suara mesin itu jadi petunjuk warga lainnya untuk mengeluarkannya dari hutan,” kata Pak Map yang berprofesi sebagai pekebun kelapa sawit.
Kisah lainnya, suatu ketika desa ini kedatangan petugas kehutanan untuk membantu warga memetakan hutan desa. Pemetaan dilakukan dengan membuka akses di pinggir hutan.
Saat membuka akses itu, tentu dibutuhkan parang untuk menebas semak belukar. Saat asyik menebas, tiba-tiba parang terlepas dari gagangnya.
“Kita berusaha mencari parang itu namun tak kunjung ketemu,” kata Badri.
Seharusnya, parang yang terlepas dari gagangnya itu tidak jauh dari lokasi mereka. Apalagi tebasan tidak terlalu kuat sehingga hanya jatuh di sekitar mereka.
“Saya bilang ke petugas itu, penghuni di sini minta parangmu. Petugas kehutanan itu tak langsung menjawab dan hanya memberi kode, sudah tidak usah disebut,” kata Pak Map.
Petugas itu paham kode dari penghuni gaib sehingga meminta Pak Map untuk tidak disebut nyaring-nyaring. Mereka lalu meninggalkan hutan hanya dengan membawa gagang parang.
Dia menceritakan, pernah ada warga yang tersesat karena mencoba menebang pohon di hutan tersebut. Beruntung warga tersebut membawa mesin pemotong pohon.
“Arah suara mesin itu jadi petunjuk warga lainnya untuk mengeluarkannya dari hutan,” kata Pak Map yang berprofesi sebagai pekebun kelapa sawit.
Kisah lainnya, suatu ketika desa ini kedatangan petugas kehutanan untuk membantu warga memetakan hutan desa. Pemetaan dilakukan dengan membuka akses di pinggir hutan.
Saat membuka akses itu, tentu dibutuhkan parang untuk menebas semak belukar. Saat asyik menebas, tiba-tiba parang terlepas dari gagangnya.
“Kita berusaha mencari parang itu namun tak kunjung ketemu,” kata Badri.
Seharusnya, parang yang terlepas dari gagangnya itu tidak jauh dari lokasi mereka. Apalagi tebasan tidak terlalu kuat sehingga hanya jatuh di sekitar mereka.
“Saya bilang ke petugas itu, penghuni di sini minta parangmu. Petugas kehutanan itu tak langsung menjawab dan hanya memberi kode, sudah tidak usah disebut,” kata Pak Map.
Petugas itu paham kode dari penghuni gaib sehingga meminta Pak Map untuk tidak disebut nyaring-nyaring. Mereka lalu meninggalkan hutan hanya dengan membawa gagang parang.