Senja Kala Lasmi, Sang Ledek Legendaris Dari Pesisir Utara

Rabu, 21 April 2021 - 09:36 WIB
loading...
Senja Kala Lasmi, Sang...
Ledek legendaris asal Desa kropak, Kecamatan Wirosasi, Kabupaten Grobogkan, Jawa Tengah, Lasmi, mengisi hari tuanya di rumah sederhana dengan kondisi memprihatinkan. Foto/iNews TV/Rustaman Nusantara
A A A
GROBOGAN - Suara geding-gending Jawa , masih terdengar mengalun menghanyutkan dari pengeras suara tua yang sederhana. Terkadang suaranya tak nyaring lagi, namun tetap dipaksakan untuk mengiringi tarian Tayub .



Tak lagi ada gemerlap lampu panggung dan sorak-sorai penonton, serta laki-laki yang berebut mendapatkan sampur dari tangan lembutnya. Namun, Lasmi tetap saja menggerakkan tangan , pinggul, dan mata dengan lirikan penuh goda.



Pancaran pesonanya memang mulai memudar, seiring waktu yang menggiringnya pada senja kala. Tapi, Lasmi masih terus bergerak menarikan Tayub dengan gemulai, meski panggungnya telah usai.



Beberapa puluh tahun lalu, siapa yang tidak mengenal Lasmi. Penari Tayub atau yang akrab disebut Ledek oleh masyarakat Jawa tersebut, selalu menghiasi panggung-panggung. Kehadirannya banyak dinantikan.

Nama Lasmi tak hanya terdengar santer di tanah kelahirannya Desa Kropak, Kecamatan Wirosasi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Lasmi moncer di kancah panggung nasional hingga internasional.

Senja Kala Lasmi, Sang Ledek Legendaris Dari Pesisir Utara


Hidup bergelimang kemewahan, pastinya dirasakan Lasmi di masa kejayaannya . Namun, kondisi itu berbalik kini. Karirnya mulai redup setelah ia gagal menjalani suntik silicon pada hidung dan janggutnya.

Tragisnya, sang ledek legendaris tersebut kini harus menghidupi diri sendiri dan orang tuanya dengan jalan mengamen dari rumah ke rumah dan pasar-pasar. Kondisi wajahnya mengalami kerusakan bentuk, setelah era 1990-an dia gagal suntik silicon.



Kegagalan dan redupnya sinar panggung itu, tak membuat Lasmi menyerah. Perempuan yang kini sudah berusia 61 tahun tersebut, tetap semangat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan sang ibu yang sudah renta.

Demkian juga semangatnya untuk terus melestarikan kesenian tradisional yang sudah digelutinya sejak usia 15 tahun. Dia masih menyala, di tengah kerapuhan fisiknya tertelan usia, dan badai budaya asing yang menerpa generasi anak bangsa ini.



Masih sangat kental ingatannya, saat dia bersama ayahnya mengikuti pementasan kesenian tradisional . "Awalnya saya menjadi sinden. Setelah beberapa tahun menekuni sinden, kemudian merambah ke kesenian Tayub," kenangnya.

Saat menekuni seni Tayub, karir Lasmi semakin meroket. Bahkan sang ledek legendaris ini sempat mewakili Grobogan, dan Indonesia dalam ajang festifal seni dan budaya tingkat nasional dan internasional pada era 1980-an.

Senja Kala Lasmi, Sang Ledek Legendaris Dari Pesisir Utara


Kemoncerannya mereduk, saat era 1990-an dia terpengaruh bujuk rayu periasnya untuk mempercantik diri dengan menggunakan suntik silicon. Dengan dana Rp100 ribu kala itu, dia kemudian menjalani suntik silicon.

Bencana itu datang beberapa tahun kemudian, kondisi hidung dan janggut lasmi mulai mengalami perubahan dan kerusakan permanen, hingga ia sempat mengalami depresi dan malu untuk tampil. "Sempat sangat menyesal, namun saya berusaha untuk tetap berkarya," ujarnya.



Saat kondisi wajahnya mulai rusak, Lasmi mulai sepi permintaan untuk pentas. Seluruh uang hasil kerja selama ini, telah habis untuk keperluan hidup sehari-hari bersama ibunya. Bahkan, seluruh perhiasan yang selalu digunakan dalam pentas habis ia jual.

Lasmi yang kini terjepit dalam keterpurukan ekonomi, terpaksa mengamen dari rumah-kerumah, dan pasar ke pasar demi bisa bertahan hidup. Beberapa kelompok seniman di Grobogan yang prihatin melihat kondisi ledek dan penari tayub legendaris itu, berusaha membantu untuk mengangkat karir ledek lasmi kembali.



Ketua Forum Komunikasi Pegiat Seni (Forkapi) Grobogan, Jawa Tengah, Hardono menjelaskan, bahwa ledek Lasmi adalah tokoh seniman yang membesarkan dan memperkenalkan kesenian khas Grobogaan ke kancah dunia.

"Kami berharap agar pemerintah ikut peduli dan memperhatikan tokoh seniman legendaris yang telah mengharumkan nama Grobogan, Jawa Tengah, serta Indonesia. Kini kondisinya sangat terpuruk, membutuhkan uluran tangan dari semua pihak," tuturnya.

Seluruh seniman di Grobogan, kini melarang sang ledek dan penari tayub legendaris ini untuk mengamen. Lasmi akan dilibatkan oleh para seniman dalam setiap pentas, sehingga roda perekonomian dan popularitas sang legendaris bisa bangkit kembali.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4407 seconds (0.1#10.140)