Serunya Ngabuburit di Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo, Ada Tarian Sufi dan Sholawat
loading...
A
A
A
GROBOGAN - Waktu menunggu berbuka puasa , bukan menjadi waktu yang berlalu begitu saja bagi para santri di Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Mereka mengisinya dengan menggelar tari sufi dan sholawat di halaman pondok pesantren.
Bagi para santri pesantren yang ada di Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan tersebut, mengadakan latihan tari sufi setiap sore untuk memperdalam rasa kepercayaan diri kepada Allah. Mereka selalu memasrahkan diri hidup dan mati kepada sang ilahi.
Para santri tidak merasa pusing atau lemas ketika menari, meski sudah berpuasa selama seharian. Salah satu santri yunior Pondok Pesantren Ki Ageng Mbodo, Nizam mengaku, awal latihan selalu merasa pusing dan mual. "Setelah rutin mengikuti latihan selama berbulan-bulan, rasa mual dan pusing menjadi hilang," tuturnya.
Nizam bersama santri yunior lainnya, selalu mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari para santri senior ketika mengikuti latihan tari sufi . Kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya menghilangkan kejenuhan, setelah sehari penuh para santri mengisi kegiatan ramadhan .
Santri senior Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo, Toriq menjelaskan, bahwa selama menari sufi para santri diwajibkan membaca sholawat dan selalu mendekatkan diri dan pasrah kepada Allah.
Toriq menambahkan, bahwa ada beberapa makna yang sangat mendalam dalam setiap gerakan tangan dalam tari sufi . "Gerakan tangan kanan menghadap ke atas dan semakin naik saat berputar, melambangkan bahwa sang penari akan selalu mendapatkan hidayah dari Allah. Kemudian tangan kiri menghadap ke bawah, memiliki makna menyebarkan hidayah yang sudah diperoleh kepada sesama," tuturnya.
Bagi para santri pesantren yang ada di Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan tersebut, mengadakan latihan tari sufi setiap sore untuk memperdalam rasa kepercayaan diri kepada Allah. Mereka selalu memasrahkan diri hidup dan mati kepada sang ilahi.
Para santri tidak merasa pusing atau lemas ketika menari, meski sudah berpuasa selama seharian. Salah satu santri yunior Pondok Pesantren Ki Ageng Mbodo, Nizam mengaku, awal latihan selalu merasa pusing dan mual. "Setelah rutin mengikuti latihan selama berbulan-bulan, rasa mual dan pusing menjadi hilang," tuturnya.
Nizam bersama santri yunior lainnya, selalu mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari para santri senior ketika mengikuti latihan tari sufi . Kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya menghilangkan kejenuhan, setelah sehari penuh para santri mengisi kegiatan ramadhan .
Santri senior Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo, Toriq menjelaskan, bahwa selama menari sufi para santri diwajibkan membaca sholawat dan selalu mendekatkan diri dan pasrah kepada Allah.
Toriq menambahkan, bahwa ada beberapa makna yang sangat mendalam dalam setiap gerakan tangan dalam tari sufi . "Gerakan tangan kanan menghadap ke atas dan semakin naik saat berputar, melambangkan bahwa sang penari akan selalu mendapatkan hidayah dari Allah. Kemudian tangan kiri menghadap ke bawah, memiliki makna menyebarkan hidayah yang sudah diperoleh kepada sesama," tuturnya.
(eyt)