Kisah Empu Sidi Mantra, Naga Besukih dan Selat Bali
loading...
A
A
A
Selat Bali adalah sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali . Menurut cerita, kedua pulau tersebut dulunya merupakan kesatuan daratan, yang kemudian terpisah karena sebuah peristiwa ajaib yang pernah terjadi di daerah itu.
Baca juga: Kisah Maling Aguno, Si Pencuri Sakti Berhati Budiman yang Selalu Membikin Resah Orang-orang Kaya
Alkisah,di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur , hiduplah seorang brahamana (pendeta) yang bernama Empu Sidi Mantra. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan sakti mandraguna. Selain itu, ia juga memiliki seorang istri yang cantik jelita dan seorang putra yang gagah dan tanpan bernama Manik Angkeran.
Baca juga: Kisah Cinta Patih Gajah Mada dengan 3 Wanita
Meski demikian, pendeta itu tidak bisa hidup tenang dan bahagia, karena anak semata wayangnya, Manik Angkeran, memiliki sifat tidak terpuji, yaitu gemar berjudi. Ia selalu mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi. Hal inilah yang membuat Empu Sidi Mantra dan istrinya merasa resah, karena hampir setiap hari orang-orang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang putranya.
Keadaan tersebut berlangsung hingga bertahun-tahun, sehingga lambat-laun harta kekayaan sang Empu terkuras habis. Pada suatu sore, Manik Angkeran pulang ke rumahnya dengan napastersengal-sengal. “Bapa, Ibu! Tolong aku!” seru Manik Angkeran.
Ada apa, Putraku? Apa yang terjadi denganmu?” tanya ibunya dengan perasaan cemas. “A…a… aku dikejar-kejar orang, Bu!” jawab Manik Angkeran dengan nafas yang masih terengah-engah.
“Hmm… kamu pasti kalah berjudi lagi ya!” timpa bapanya. Iya, Bapa! Aku kalah berjudi dan tidak sanggup membayar taruhan. Tolong aku, Bapa! Mereka ingin membunuhku,” Manik Angkeran mengiba kepada bapanya.
Baca juga: Kisah Maling Aguno, Si Pencuri Sakti Berhati Budiman yang Selalu Membikin Resah Orang-orang Kaya
Alkisah,di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur , hiduplah seorang brahamana (pendeta) yang bernama Empu Sidi Mantra. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan sakti mandraguna. Selain itu, ia juga memiliki seorang istri yang cantik jelita dan seorang putra yang gagah dan tanpan bernama Manik Angkeran.
Baca juga: Kisah Cinta Patih Gajah Mada dengan 3 Wanita
Meski demikian, pendeta itu tidak bisa hidup tenang dan bahagia, karena anak semata wayangnya, Manik Angkeran, memiliki sifat tidak terpuji, yaitu gemar berjudi. Ia selalu mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi. Hal inilah yang membuat Empu Sidi Mantra dan istrinya merasa resah, karena hampir setiap hari orang-orang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang putranya.
Keadaan tersebut berlangsung hingga bertahun-tahun, sehingga lambat-laun harta kekayaan sang Empu terkuras habis. Pada suatu sore, Manik Angkeran pulang ke rumahnya dengan napastersengal-sengal. “Bapa, Ibu! Tolong aku!” seru Manik Angkeran.
Ada apa, Putraku? Apa yang terjadi denganmu?” tanya ibunya dengan perasaan cemas. “A…a… aku dikejar-kejar orang, Bu!” jawab Manik Angkeran dengan nafas yang masih terengah-engah.
“Hmm… kamu pasti kalah berjudi lagi ya!” timpa bapanya. Iya, Bapa! Aku kalah berjudi dan tidak sanggup membayar taruhan. Tolong aku, Bapa! Mereka ingin membunuhku,” Manik Angkeran mengiba kepada bapanya.