Rumah Gadang Minangkabau, Merawat dan Menyatukan Generasi

Minggu, 19 April 2020 - 05:00 WIB
loading...
Rumah Gadang Minangkabau, Merawat dan Menyatukan Generasi
Rumah Gadang memiliki bentuk atap melengkung seperti tanduk kerbau, dan badan rumah landai seperti kapal. Rumah ini hanya direkatkan dengan pasak sehingga tak roboh saat gempa. Foto/Ist
A A A
Rumah Gadang atau Rumah Godang merupakan nama dari rumah adat Minangkabau. Sering disebut juga dengan nama Rumah Baanjuang dan Rumah Bagonjong.

Rumah adat Sumatera Barat ini mempunyai ciri-ciri yang sangat khas dan indah, yaitu bentuk atap yang melengkung seperti tanduk kerbau, dan badan rumah landai seperti badan kapal. Bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas itu disebut gonjong. Karena atapnya membentuk gonjong, maka rumah gadang disebut juga rumah bagonjong.

Menarik lainnya, rumah Gadang aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan menyambungkan dua bahagian kayu. Namun menggunakan pasak. Jadi saat terjadi gempa, rumah ini berayun mengikuti ritme gempa. Jadi saat gempa rumah ini tidak akan roboh.

Mengutip dari Wikipedia, asal usul bentuk rumah gadang bentuk atap rumah gadang yang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita rakyat "Tambo Alam Minangkabau". Cerita tersebut bercerita tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.

Bentuk-bentuk yang mirip tanduk kerbau tersebut sangat sering digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada perhiasan. Di antaranya adalah pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk tanduk) untuk Bundo Kanduang.

Asal-usul rumah gadang juga seringkali dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang urang Minang. Konon ceritanya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa lampau. Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.

Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar. Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang ini juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai.

Lancang kemudian ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu diberi atap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang tersebut. Kemudian, karena layar yang menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk lengkungan yang menyerupai gonjong.

Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang perahu tersebut membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah para nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong terus dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka.

Dengan adanya ciri khas ini, sesama mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling mengenali. Mereka akan mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah milik kerabat mereka yang berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3563 seconds (0.1#10.140)