Jawa Timur Masuk Pancaroba, Waspadai Angin Puting Beliung
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jawa Timur (Jatim) saat ini tengah menghadapi musim pancaroba, dari musim hujan menuju musim kemarau. Hal itu berpotensi munculnya cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur (Jatim). Diantaranya hujan deras disertai angin kencang, puting beliung hingga hujan es.
Plt Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Yanuar Rahmadi mengatakan, sekitar seminggu lalu, angin puting beliung menerjang Desa Pinggir Papas dan Desa Karang Anyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.
Peristiwa itu mengakibatkan tiga warga setempat mengalami luka ringan akibat tertimpa puing bangunan. "Angin puting beliung itu biasanya muncul saat peralihan musim. Baik kemarau ke hujan, maupun hujan ke kemarau," katanya, Sabtu (10/4/2021).
Yanuar menjelaskan, sebelum terjadinya puting beliung, sudah ada peringatan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG mengumumkan daerah-daerah tertentu yang patut diwaspadai akan terjadi angin puting beliung.
Selain Sumenep, wilayah lain di Jatim yang berpotensi terjadi angin puting beliung adalah Probolinggo dan Jember. "Puting beliung itu bisa terjadi dimana saja. Tapi intensitasnya pendek. Paling 5 hingga 10 menit," tandas Yanuar.
Sementara itu, Kepala Stasiun BMKG Juanda, Surabaya, I Wayan Mustika mengatakan, cuaca ekstrem terjadi akibat adanya beberapa gangguan atmosfer. Saat ini Jatim telah memasuki masa pancaroba atau peralihan musim. Sehingga perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem. "Akan terjadi hujan lebat, puting beliung dan angin kencang sesaat dari awan Cumulonimbus," kata Wayan.
Dia juga mengingatkan aktifnya pola tekanan rendah dan siklon tropis Seroja di selatan Indonesia yang membentuk palung tekanan rendah memanjang dari barat ke timur. Hal ini menyebabkan adanya konvergensi (zona pertemuan angin) di Jatim. Saat ini, kata dia, aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) yang membawa massa udara basah ke wilayah Indonesia juga berpengaruh terhadap proses dinamika atmosfer Jatim.
MJO merupakan fenomena di atmosfer yang mengindikasikan pergerakan sistem konduktivitas udara skala besar. Hal tersebut diperkuat dengan adanya gangguan gelombang Rossby yang dapat meningkatkan potensi kejadian cuaca ekstrem. "Berdasarkan beberapa gangguan atmosfer tersebut, perlunya mewaspadai curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang," tandas Wayan.
Plt Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Yanuar Rahmadi mengatakan, sekitar seminggu lalu, angin puting beliung menerjang Desa Pinggir Papas dan Desa Karang Anyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.
Peristiwa itu mengakibatkan tiga warga setempat mengalami luka ringan akibat tertimpa puing bangunan. "Angin puting beliung itu biasanya muncul saat peralihan musim. Baik kemarau ke hujan, maupun hujan ke kemarau," katanya, Sabtu (10/4/2021).
Yanuar menjelaskan, sebelum terjadinya puting beliung, sudah ada peringatan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG mengumumkan daerah-daerah tertentu yang patut diwaspadai akan terjadi angin puting beliung.
Selain Sumenep, wilayah lain di Jatim yang berpotensi terjadi angin puting beliung adalah Probolinggo dan Jember. "Puting beliung itu bisa terjadi dimana saja. Tapi intensitasnya pendek. Paling 5 hingga 10 menit," tandas Yanuar.
Sementara itu, Kepala Stasiun BMKG Juanda, Surabaya, I Wayan Mustika mengatakan, cuaca ekstrem terjadi akibat adanya beberapa gangguan atmosfer. Saat ini Jatim telah memasuki masa pancaroba atau peralihan musim. Sehingga perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem. "Akan terjadi hujan lebat, puting beliung dan angin kencang sesaat dari awan Cumulonimbus," kata Wayan.
Dia juga mengingatkan aktifnya pola tekanan rendah dan siklon tropis Seroja di selatan Indonesia yang membentuk palung tekanan rendah memanjang dari barat ke timur. Hal ini menyebabkan adanya konvergensi (zona pertemuan angin) di Jatim. Saat ini, kata dia, aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) yang membawa massa udara basah ke wilayah Indonesia juga berpengaruh terhadap proses dinamika atmosfer Jatim.
MJO merupakan fenomena di atmosfer yang mengindikasikan pergerakan sistem konduktivitas udara skala besar. Hal tersebut diperkuat dengan adanya gangguan gelombang Rossby yang dapat meningkatkan potensi kejadian cuaca ekstrem. "Berdasarkan beberapa gangguan atmosfer tersebut, perlunya mewaspadai curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang," tandas Wayan.
(don)