Honor Tak Dibayar 3 Bulan, Relawan Pengubur Jenazah COVID-19 Protes Geruduk Rujab Walikota Kupang
loading...
A
A
A
KUPANG - Puluhan relawan pengubur jenazah COVID-19 melakukan aksi protes dan mendatangi rumah jabatan Wali kota Kupang, Jefri Riwu Kore , Nusa Tenggara Timur ( NTT ), Selasa (23/3/2021) sore, karena honor mereka sudah tiga bulan belum dibayarkan.
Selain belum dibayar, para relawan ini juga mengeluhkan rencana pemotongan sepihak yang akan dilakukan pemerintah karena alasan kekurangan anggaran.
Baca juga: Hasil Rapid Test Antigen, Tak Ada Warga Positif COVID-19 saat Kerumunan di Maumere
Bahkan, sedikitnya 33 orang relawan pengubur jenazah COVID-19 yang mendatangi rumah jabatan Wali kota Kupang itu, sambil berteriak meminta klarifikasi atas keterlambatan dan rencana pemotongan honor mereka.
Kedatangan para relawan ini nyaris ricuh karena dihadang oleh satuan Pol PP yang sedang bertugas. Suasana baru mulai kembali reda setelah Sekda Kota, Fahren Funay datang menemui mereka dan memberi penjelasan.
Salah satu relawan yang tidak ingin menyebutkan namanya mengatakan, sudah tiga bulan tidak mendapat uang jasa pemakaman jenazah COVID-19, dan dari Dinas Kesehatan memberikan informasi pemtongan uang jasa dari Rp500.000 per jenazah akan diturunkan ke Rp300.000 tanpa kesepakatan.
“Semetara para relawan ini sudah berkorban meninggalkan keluarga namun jasa mereka malah dikebiri,” protes salah satu relawan. Dia menyebutkan, pihaknya hanya menuntut hak agar dipenuhi oleh pemerintah.
Sekda Kota Kupang Fahren Funay usai berkoordinasi dengan Walikota Kupang langsung datang dan menyampaikan kesepatan dan akhirnya masa mau membubarkan diri.
“Keterlambatan ini akibat adanya refocusing anggaran, namun telah berakhir dan akan segera dibayarkan, sementara rencana pemotongan baru akan disepakati bersama dengan relawan yang akan diberlakukan pada bulan April nanti,” katanya.
Usai mendapat penjelasan para relawan pengubur jenazah COVID-19 beriringan bersama dengan membawa 4 unit mobil ambulace langsung kembali ke posko untuk bertugas, sambil menunggu jadwal pembayaran jasa penguburan.
Selain belum dibayar, para relawan ini juga mengeluhkan rencana pemotongan sepihak yang akan dilakukan pemerintah karena alasan kekurangan anggaran.
Baca juga: Hasil Rapid Test Antigen, Tak Ada Warga Positif COVID-19 saat Kerumunan di Maumere
Bahkan, sedikitnya 33 orang relawan pengubur jenazah COVID-19 yang mendatangi rumah jabatan Wali kota Kupang itu, sambil berteriak meminta klarifikasi atas keterlambatan dan rencana pemotongan honor mereka.
Kedatangan para relawan ini nyaris ricuh karena dihadang oleh satuan Pol PP yang sedang bertugas. Suasana baru mulai kembali reda setelah Sekda Kota, Fahren Funay datang menemui mereka dan memberi penjelasan.
Salah satu relawan yang tidak ingin menyebutkan namanya mengatakan, sudah tiga bulan tidak mendapat uang jasa pemakaman jenazah COVID-19, dan dari Dinas Kesehatan memberikan informasi pemtongan uang jasa dari Rp500.000 per jenazah akan diturunkan ke Rp300.000 tanpa kesepakatan.
“Semetara para relawan ini sudah berkorban meninggalkan keluarga namun jasa mereka malah dikebiri,” protes salah satu relawan. Dia menyebutkan, pihaknya hanya menuntut hak agar dipenuhi oleh pemerintah.
Sekda Kota Kupang Fahren Funay usai berkoordinasi dengan Walikota Kupang langsung datang dan menyampaikan kesepatan dan akhirnya masa mau membubarkan diri.
“Keterlambatan ini akibat adanya refocusing anggaran, namun telah berakhir dan akan segera dibayarkan, sementara rencana pemotongan baru akan disepakati bersama dengan relawan yang akan diberlakukan pada bulan April nanti,” katanya.
Usai mendapat penjelasan para relawan pengubur jenazah COVID-19 beriringan bersama dengan membawa 4 unit mobil ambulace langsung kembali ke posko untuk bertugas, sambil menunggu jadwal pembayaran jasa penguburan.
(nic)