Kecanduan Game Online Dinilai Sebabkan Regulasi Diri Rendah
loading...
A
A
A
SURABAYA - Dewasa ini, fenomena merebaknya game online di kalangan remaja, baik itu usia sekolah hingga mahasiswa sangat marak terjadi.
Seringkali game online membuat pemainnya mengalami kecanduan atau adiksi. Game online membuat seseorang menjadi mengabaikan aktivitas lainnya dan memilih bermain dengan gadget hingga berjam-jam.
Selain itu, game online membuat para pemainnya pasif dalam lingkungan sosialnya di dunia nyata dan lebih mementingkan kehidupan sosialnya di dunia maya.
Berangkat dari hal tersebut, Farida Munawaroh, calon wisudawan Fakultas Psikologi Untag Surabaya meneliti tentang hubungan antara regulasi diri dan konformitas dengan kecanduan game online pada mahasiswa.
Pada penelitiannya, Farida mengambil subjek peneltian yakni mahasiswa Psikologi Untag Surabaya Angkatan 2016 dengan durasi bermain game online minimal 6 jam sehari.
“Ini berdasarkan penjelasan WHO yang menyatakan bahwa seseorang yang kecanduan game online akan bermain selama 30 jam perminggu atau sekitar 6 jam perhari,” terang Putri dari pasangan M. Munir dan Nurhayati itu.
Sulung dari dua bersaudara ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara regulasi diri dan konformitas secara bersama-sama dengan kecanduan game online.
"Mereka yang mengalami kecanduan game online cenderung mempunyai regulasi diri yang rendah atau kurang baik. Hal ini mengakibatkan kurangnya perhatian atau cenderung abai dengan kewajiban yang lebih penting,” terang Farida.
Sementara itu, lanjutnya, mereka yang mengalami kecanduan game online cenderung memiliki konformitas yang relatif tinggi.
Mahasiswa yang rela menghabiskan waktu hanya untuk bermain game online demi mencapai target yang diharapkan dalam permainan seringkali sebagai bentuk upaya agar ia dapat diterima oleh kelompoknya.
“Saat bermain game online membuat mahasiswa rela meninggalkan aktivitas yang lebih prioritas dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Hal ini erat kaitannya dengan regulasi diri,” ungkap Farida.
Disisi lain, banyak ditemukan mahasiswa yang rela mengabiskan waktu hanya untuk bermain game online demi mencapai target yang diharapkan sebagai upaya agar ia dapat diterima oleh kelompoknya.
Baca juga: Cegah COVID-19, Ribuan Karyawan Pasar Elektronik Surabaya Dibekali Ini
"Biasanya untuk bermain game seperti ini ada komunitasnya juga, nah ini berkaitan dengan konformitas. Jadi mereka rela bermain berjam-jam sebagai upaya agar bisa diterima dan diakui oleh kelompoknya,” imbuhnya.
Baca juga: Terima Tambahan Vaksin 21.770 Vial, Eri: AstraZeneca Aman dan Halal
Fenomena ini membuat Farida menduga adanya indikasi terhubung antara regulasi diri dan konformitas pada kecanduan game online.
Seringkali game online membuat pemainnya mengalami kecanduan atau adiksi. Game online membuat seseorang menjadi mengabaikan aktivitas lainnya dan memilih bermain dengan gadget hingga berjam-jam.
Selain itu, game online membuat para pemainnya pasif dalam lingkungan sosialnya di dunia nyata dan lebih mementingkan kehidupan sosialnya di dunia maya.
Berangkat dari hal tersebut, Farida Munawaroh, calon wisudawan Fakultas Psikologi Untag Surabaya meneliti tentang hubungan antara regulasi diri dan konformitas dengan kecanduan game online pada mahasiswa.
Pada penelitiannya, Farida mengambil subjek peneltian yakni mahasiswa Psikologi Untag Surabaya Angkatan 2016 dengan durasi bermain game online minimal 6 jam sehari.
“Ini berdasarkan penjelasan WHO yang menyatakan bahwa seseorang yang kecanduan game online akan bermain selama 30 jam perminggu atau sekitar 6 jam perhari,” terang Putri dari pasangan M. Munir dan Nurhayati itu.
Sulung dari dua bersaudara ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara regulasi diri dan konformitas secara bersama-sama dengan kecanduan game online.
"Mereka yang mengalami kecanduan game online cenderung mempunyai regulasi diri yang rendah atau kurang baik. Hal ini mengakibatkan kurangnya perhatian atau cenderung abai dengan kewajiban yang lebih penting,” terang Farida.
Sementara itu, lanjutnya, mereka yang mengalami kecanduan game online cenderung memiliki konformitas yang relatif tinggi.
Mahasiswa yang rela menghabiskan waktu hanya untuk bermain game online demi mencapai target yang diharapkan dalam permainan seringkali sebagai bentuk upaya agar ia dapat diterima oleh kelompoknya.
“Saat bermain game online membuat mahasiswa rela meninggalkan aktivitas yang lebih prioritas dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Hal ini erat kaitannya dengan regulasi diri,” ungkap Farida.
Disisi lain, banyak ditemukan mahasiswa yang rela mengabiskan waktu hanya untuk bermain game online demi mencapai target yang diharapkan sebagai upaya agar ia dapat diterima oleh kelompoknya.
Baca juga: Cegah COVID-19, Ribuan Karyawan Pasar Elektronik Surabaya Dibekali Ini
"Biasanya untuk bermain game seperti ini ada komunitasnya juga, nah ini berkaitan dengan konformitas. Jadi mereka rela bermain berjam-jam sebagai upaya agar bisa diterima dan diakui oleh kelompoknya,” imbuhnya.
Baca juga: Terima Tambahan Vaksin 21.770 Vial, Eri: AstraZeneca Aman dan Halal
Fenomena ini membuat Farida menduga adanya indikasi terhubung antara regulasi diri dan konformitas pada kecanduan game online.
(boy)