Banjir, Longsor Gempa hingga Tsunami Mengintai, Ini Daerah Rawan Bencana di Jabar
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat telah mengambil sejumlah langkah antisipasi guna menghadapi potensi multirisiko bencana alam mulai banjir, tanah longsor, hingga gempa bumi.
Diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan bahwa potensi multirisiko bencana bakal meningkat pada Januari-Maret 2021 mendatang. Bukan itu saja, pakar seismolog ITB juga memprediksi bahwa gempa bumi besar (megathrust) yang berdampak terjadinya gelombang tsunami setinggi 20 meter di pesisir selatan Pulau Jawa, termasuk Jabar pun menjadi ancaman lainnya.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar, Dani Ramdan mengatakan, potensi multirisiko bencana , khususnya bencana hidrometeorologi tak lepas dari dampak fenomena la nina di Indonesia.
"Dengan adanya La Nina, intensitas hujan bakal lebih lebat dibandingkan tahun lalu. Daerah-daerah yang memiliki kerawanan pergerakan tanah maupun banjir mendapat atensi berlebih, mulai dari mitigasi maupun kesiapan logistiknya," ujarnya.
Menurut Dani, BMKG memprakirakan bahwa Indonesia pada umumnya bakal terkena dampak fenomena La Nina. Adapun musim hujan diprediksi mulai masuk di sebagian wilayah Indonesia pada Oktober-November2020dan puncaknya Januari-Februari kemudian mulai turun di Maret-April 2021.
"Nah La Nina ini fenomenanya adalah intensitas hujannya tinggi. Jadi akhir tahun sampai Januari, Februari, akan sangat lebat hujan. Biasanya kalau di kita hujan lebat itu berimplikasi pada longsor dan banjir atau bencana hidrometeorologi," jelasnya.
Dani mengakui, fenomena La Nina akan berakibat terhadap peningkatan potensi bencana dan dampaknya, khususnya di Jabar. Meski begitu, pihaknya berharap, dengan meningkatnya kewaspadaan, dampak bencana tersebut dapat ditekan.
"Sebenarnya, dampak bencana itu bukan hanya potensi, tapi yang paling penting adalah kesiapan kita menghadapi. Kalau mitigasi bisa kita lakukan dari sekarang, mungkin dampak bisa kita eliminir," ujarnya.
Diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan bahwa potensi multirisiko bencana bakal meningkat pada Januari-Maret 2021 mendatang. Bukan itu saja, pakar seismolog ITB juga memprediksi bahwa gempa bumi besar (megathrust) yang berdampak terjadinya gelombang tsunami setinggi 20 meter di pesisir selatan Pulau Jawa, termasuk Jabar pun menjadi ancaman lainnya.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar, Dani Ramdan mengatakan, potensi multirisiko bencana , khususnya bencana hidrometeorologi tak lepas dari dampak fenomena la nina di Indonesia.
"Dengan adanya La Nina, intensitas hujan bakal lebih lebat dibandingkan tahun lalu. Daerah-daerah yang memiliki kerawanan pergerakan tanah maupun banjir mendapat atensi berlebih, mulai dari mitigasi maupun kesiapan logistiknya," ujarnya.
Menurut Dani, BMKG memprakirakan bahwa Indonesia pada umumnya bakal terkena dampak fenomena La Nina. Adapun musim hujan diprediksi mulai masuk di sebagian wilayah Indonesia pada Oktober-November2020dan puncaknya Januari-Februari kemudian mulai turun di Maret-April 2021.
"Nah La Nina ini fenomenanya adalah intensitas hujannya tinggi. Jadi akhir tahun sampai Januari, Februari, akan sangat lebat hujan. Biasanya kalau di kita hujan lebat itu berimplikasi pada longsor dan banjir atau bencana hidrometeorologi," jelasnya.
Dani mengakui, fenomena La Nina akan berakibat terhadap peningkatan potensi bencana dan dampaknya, khususnya di Jabar. Meski begitu, pihaknya berharap, dengan meningkatnya kewaspadaan, dampak bencana tersebut dapat ditekan.
"Sebenarnya, dampak bencana itu bukan hanya potensi, tapi yang paling penting adalah kesiapan kita menghadapi. Kalau mitigasi bisa kita lakukan dari sekarang, mungkin dampak bisa kita eliminir," ujarnya.